Opinion
Beranda » Berita » Milad Muhammadiyah: Meneguhkan Gerakan Pencerahan

Milad Muhammadiyah: Meneguhkan Gerakan Pencerahan

Milad Muhammadiyah: Meneguhkan Gerakan Pencerahan
Milad Muhammadiyah: Meneguhkan Gerakan Pencerahan

 

SURAU.CO – “Dari Muhammadiyah, untuk Indonesia dan kemanusiaan semesta.”

Setiap Milad Muhammadiyah selalu menjadi momentum bagi kita untuk kembali merenungi arti perjuangan, keteguhan, dan keikhlasan dalam beramal. Gerakan yang lahir pada 18 November 1912 ini bukan hanya organisasi, tetapi manhaj dakwah dan pembaruan yang terus menghadirkan cahaya di tengah umat.

Sejak dirintis oleh KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah mengajak kita kembali kepada kemurnian ajaran Islam—kembali ke Al-Qur’an dan As-Sunnah—dengan wajah dakwah yang menyejukkan, mencerahkan, dan memajukan. Inilah warisan besar Sang Pencerah: kesalehan yang tidak berhenti pada ibadah personal, tetapi menjelma menjadi amal nyata yang menyentuh kehidupan manusia.

Gerakan yang Melampaui Waktu

Selama lebih dari satu abad, Muhammadiyah telah menorehkan jejak luar biasa:

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Ribuan sekolah, universitas, dan pesantren yang mencerdaskan bangsa.
Rumah sakit dan layanan kesehatan yang menguatkan derajat hidup umat.
Gerakan sosial yang hadir untuk masyarakat tanpa memandang suku dan agama.

Dakwah pencerahan (tanwir) yang membebaskan umat dari praktik-praktik tak berdasar dan memajukan cara berpikir islami.

Inilah bukti bahwa amal tidak berhenti pada kata-kata, tetapi mewujud menjadi peradaban.

Spirit Keteladanan KH. Ahmad Dahlan

Dalam Milad ini, kita kembali belajar dari kesederhanaan dan keberanian beliau:

Berani mengoreksi diri dan tradisi yang tidak berdasar syariat.
>Berani melangkah melawan arus demi kebenaran.
>Berani mengajarkan ilmu dengan cara-cara yang maju di zamannya.
>Berani mengabdikan hidup untuk umat tanpa pamrih.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Semua itu mengingatkan kita bahwa dakwah bukan tentang popularitas, melainkan keteguhan dan pengorbanan yang tulus.

Muhammadiyah dan Tantangan Zaman

Di tengah maraknya hoaks, krisis moral, ideologi sesat, dan gempuran modernitas tanpa arah, Muhammadiyah hadir sebagai pelita. Melalui prinsip Tajdid (pembaruan), Muhammadiyah mengajak umat untuk:

Memahami agama secara benar dan berlandaskan dalil.
Menghindari takhayul, bid’ah, dan khurafat.
Membangun masyarakat yang sehat, berdaya, cerdas, dan berkemajuan.
Menjadi muslim yang kuat akidahnya, lurus ibadahnya, dan mulia akhlaknya.

Spirit berkemajuan ini adalah penanda bahwa Islam tidak pernah identik dengan keterbelakangan, tetapi selalu mendorong kemajuan peradaban.

Milad sebagai Ajang Muhasabah

Milad bukan hanya perayaan, tetapi:

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Waktu untuk memperbarui niat.
>Waktu untuk memperkuat dakwah.
>Waktu untuk meluruskan arah.
Waktu untuk menghidupkan kembali semangat amal shalih.

Apakah kita sudah menjadi bagian dari gerakan pencerahan?
Dan Apakah kita sudah menyebarkan kedamaian, ilmu, dan akhlak mulia?
Apakah kita sudah berkontribusi untuk umat sebagaimana diajarkan para pendiri?

Pertanyaan-pertanyaan ini mengajak kita kembali kepada jati diri seorang muslim: menjadi rahmat bagi semesta.

Penutup: Terus Mencerahkan!

Semoga di milad ini, seluruh kader, simpatisan, dan siapa pun yang mengambil manfaat dari dakwah Muhammadiyah dapat memperbaruhi komitmen untuk:

Menghidupkan dakwah yang menyejukkan.
Menjaga ketulusan dalam beramal.
Mengokohkan akidah dan ibadah.

Menjadi pribadi yang membawa cahaya di keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Milad Muhammadiyah bukan hanya milad sebuah organisasi—tetapi milad gerakan besar yang terus memajukan peradaban.

Selamat Milad Muhammadiyah.
Semoga Allah memberkahi setiap langkah dakwah, amal, dan perjuangan.

 

MILAD MUHAMMADIYAH (113 tahun, 18 Nov 1912 – 18 Nov 2025)

Muhammadiyah lahir bukan untuk merespons tahlilan, muludan, atau berjanjen. Bukan itu. Ia lahir dari api semangat KH. Ahmad Dahlan yang disulut oleh dentuman Surah Al-Ma’un. Beliau tidak sekadar membaca ayat itu—beliau menghidupkannya.

Saat banyak orang berhenti pada hafalan, KH. Ahmad Dahlan justru gelisah: Bagaimana mungkin seseorang merasa dekat dengan Allah, tetapi menutup mata terhadap yatim dan kaum miskin?
Dari kegelisahan itulah Muhammadiyah berdiri: gerakan yang menjadikan kepedulian sebagai aksi nyata—terwujud dalam panti asuhan, sekolah, rumah sakit, dan layanan sosial di seluruh negeri.
Milad Muhammadiyah adalah pengingat bahwa iman harus berwujud karya, dan ayat-ayat Allah harus hidup dalam tindakan.

Selamat Milad Muhammadiyah: terus mencerahkan, memajukan, dan menggembirakan. Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement