SURAU.CO – Hari ini, berapa kali kamu ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐บ๐ข๐ฌ๐ด๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ๐ข๐ฅ๐ช๐ญ๐ข๐ฏ baik secara langsung maupun di dunia digital? Berapa kali ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ณ๐ข๐ด๐ข ๐ญ๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ karena himpitan ekonomi, utang, dan kebutuhan hidup yang terus menekan?
Dan Berapa kali ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ช๐ต๐ข ๐ต๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ฐ๐ณ๐ถ๐ฑ๐ด๐ช ๐ฑ๐ฆ๐ซ๐ข๐ฃ๐ข๐ต yang ditangkap oleh pejabat lain, tapi semuanya tetap di bawah bendera โdemokrasiโ? Berapa kali pula hari ini ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ณ ๐ซ๐ข๐ฏ๐ซ๐ช-๐ซ๐ข๐ฏ๐ซ๐ช ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ช๐ด ๐ฑ๐ข๐ณ๐ข ๐ฑ๐ฆ๐ฎ๐ช๐ฎ๐ฑ๐ช๐ฏ negeri ini program-program โharapan baruโ yang tak pernah benar-benar terasa di lapangan?
Sudah berapa sering kali ๐ฌ๐ช๐ต๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต ๐ณ๐ข๐ฌ๐บ๐ข๐ต ๐ต๐ฆ๐ณ๐ต๐ช๐ฏ๐ฅ๐ข๐ด, sementara segelintir orang memonopoli kekayaan bangsa dengan nama pembangunan? Pernahkah kamu berpikir, Apakah semua ini hal baru?
Ilusi Keadilan
๐๐ต๐ข๐ถ ๐ซ๐ถ๐ด๐ต๐ณ๐ถ ๐ด๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ญ๐ข๐ฏ๐จ๐ด๐ถ๐ฏ๐จ ๐ด๐ฆ๐ซ๐ข๐ฌ ๐ฅ๐ฆ๐ญ๐ข๐ฑ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ถ๐ญ๐ถ๐ฉ ๐ต๐ข๐ฉ๐ถ๐ฏ ๐ญ๐ข๐ญ๐ถ ๐ด๐ฆ๐ซ๐ข๐ฌ ๐ฅ๐ฆ๐ฎ๐ฐ๐ฌ๐ณ๐ข๐ด๐ช ๐ฅ๐ช๐ซ๐ข๐ฅ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ช๐ฅ๐ฆ๐ฐ๐ญ๐ฐ๐จ๐ช ๐ฃ๐ข๐ฏ๐จ๐ด๐ข, setelah kewajiban syariat Islam yang semula termaktub dalam dasar negara dikhianati dengan dihapus dan diganti menjadi Pancasila, sehari setelah pembacaan teks Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh tokoh sekulerisme demokrasi?
Atau bahkan, sejak 2.500 tahun lalu ketika demokrasi pertama kali lahir adakah satu pun fakta sejarah yang menunjukkan rakyat hidup sejahtera, adil, cerdas, bahagia, tanpa maksiat dan keputusasaan?
Ataukah sejak dahulu hingga kini, demokrasi hanyalah panggung sandiwara di mana rakyat menjadi penonton yang rela ditindas, kekayaannya dirampas, aset bangsanya dijual, dan hidupnya terus dipajaki?
Pernahkah kamu berpikir bahwa demokrasi hanyalah ilusi keadilan, sebuah tipuan yang rapi, agar rakyat tetap percaya bahwa mereka berkuasa, padahal kekuasaan itu sudah lama dirampas?
Kepentingan Penguasa dan Pemilik Modal
Sejak awal kelahirannya, demokrasi dijanjikan sebagai jalan menuju keadilan โkekuasaan di tangan rakyat.โ
Namun, lihatlah kenyataannya hari ini.
Apakah benar rakyat yang berkuasa?
Ataukah segelintir elit yang pandai memainkan suara rakyat untuk melanggengkan kekuasaannya?
Demokrasi seolah memberi pilihan, padahal pilihan itu sudah ditentukan.
Ia menjanjikan kebebasan, tapi kebebasan itu hanya sebatas yang tidak mengganggu kepentingan penguasa dan pemilik modal.
Ia berbicara tentang keadilan, tapi keadilan itu hanya untuk mereka yang mampu membeli hukum. ๐๐ฎ๐ป ๐ฟ๐ฎ๐ธ๐๐ฎ๐? Tetap menjadi objek, bukan subjek. Tetap menjadi penonton, bukan pemain, ribuan tahun takyat jadi korban.
Lihatlah bagaimana sistem ini memelihara kemiskinan, bukan menghapusnya.
Ia menciptakan kesenjangan, lalu menutupi luka itu dengan jargon โpertumbuhan ekonomi.โ Ia menjerat rakyat dengan pajak, utang, dan harga kebutuhan yang terus naik sementara mereka yang duduk di kursi kekuasaan hidup dari keringat orang-orang yang mereka tindas.
Dan ketika rakyat mulai bersuara, demokrasi menunjukkan wajah aslinya:
ia menuduh rakyat โradikal,โ ia membungkam dengan dalih โkeamanan,โ ia memenjarakan dengan alasan โmelawan hukum.โ
Meninggalkan Jejak Darah Di Setiap Benua
Di sinilah kebohongan itu terungkap
bahwa demokrasi tidak pernah benar-benar milik rakyat. Ia hanyalah alat untuk menenangkan amarah rakyat, sebuah sistem yang dirancang agar manusia merasa berkuasa,
padahal kendali sejatinya berada di tangan segelintir orang yang tak terlihat.
๐๐ฎ๐๐๐ก ๐.๐๐๐ ๐ญ๐๐ก๐ฎ๐ง ๐ฆ๐๐ง๐ฎ๐ฌ๐ข๐ ๐ฆ๐๐ฆ๐ฉ๐๐ซ๐๐๐ฒ๐๐ข ๐ฆ๐ข๐ฆ๐ฉ๐ข ๐ข๐ง๐ข, mimpi tentang suara rakyat, tentang kebebasan, tentang keadilan.
Namun sejarah berbicara lain: ๐ฏ๐ฎ๐ป๐ด๐๐ฎ ๐ฑ๐ฒ๐บ๐ถ ๐ฏ๐ฎ๐ป๐ด๐๐ฎ ๐ท๐ฎ๐๐๐ต ๐ฑ๐ฎ๐น๐ฎ๐บ ๐ฝ๐ฒ๐ฟ๐ฎ๐ป๐ด, ๐ฝ๐ฒ๐ป๐ถ๐ป๐ฑ๐ฎ๐๐ฎ๐ป, ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐ธ๐ฒ๐ต๐ฎ๐ป๐ฐ๐๐ฟ๐ฎ๐ป ๐๐ฒ๐บ๐๐ฎ๐ป๐๐ฎ ๐ฎ๐๐ฎ๐ ๐ป๐ฎ๐บ๐ฎ ๐ฑ๐ฒ๐บ๐ผ๐ธ๐ฟ๐ฎ๐๐ถ.
Selama lebih dari ๐๐ฎ๐๐ ๐ฎ๐ฏ๐ฎ๐ฑ, ๐ธ๐ฒ๐๐ถ๐ธ๐ฎ ๐ฑ๐ฒ๐บ๐ผ๐ธ๐ฟ๐ฎ๐๐ถ ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐๐ฒ๐ธ๐๐น๐ฎ๐ฟ๐ถ๐๐บ๐ฒ ๐ฑ๐ถ๐ฎ๐ป๐ด๐ธ๐ฎ๐ ๐๐ฒ๐ฏ๐ฎ๐ด๐ฎ๐ถ ๐ฝ๐๐ป๐ฐ๐ฎ๐ธ ๐ฝ๐ฒ๐ฟ๐ฎ๐ฑ๐ฎ๐ฏ๐ฎ๐ป ๐บ๐ผ๐ฑ๐ฒ๐ฟ๐ป, dunia justru menyaksikan tragedi terbesar dalam sejarah manusia. ๐๐ฒ๐ฏ๐ถ๐ต ๐ฑ๐ฎ๐ฟ๐ถ ๐ฏ๐ฌ๐ฌ ๐ท๐๐๐ฎ ๐ท๐ถ๐๐ฎ ๐บ๐ฒ๐น๐ฎ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ข๐ฌ๐ช๐ฃ๐ข๐ต ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ, ๐ฌ๐ฐ๐ญ๐ฐ๐ฏ๐ช๐ข๐ญ๐ช๐ด๐ฎ๐ฆ, ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ฆ๐ฃ๐ถ๐ต๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ฌ๐ถ๐ข๐ด๐ข๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ฐ๐ญ๐ช๐ต๐ช๐ฌ, ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฎ๐ฃ๐ช๐ด๐ช ๐ฆ๐ฌ๐ฐ๐ฏ๐ฐ๐ฎ๐ช ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ญ๐ข๐ฉ๐ช๐ณ ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐ด๐ช๐ด๐ต๐ฆ๐ฎ ๐ช๐ฏ๐ช. Dua perang dunia, invasi atas nama ๐ธ๐ฒ๐ฏ๐ฒ๐ฏ๐ฎ๐๐ฎ๐ป, ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐ฝ๐ฒ๐ป๐ถ๐ป๐ฑ๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ฎ๐๐ฎ๐ ๐ป๐ฎ๐บ๐ฎ ๐ฑ๐ฒ๐บ๐ผ๐ธ๐ฟ๐ฎ๐๐ถ ๐๐ฒ๐น๐ฎ๐ต ๐บ๐ฒ๐ป๐ถ๐ป๐ด๐ด๐ฎ๐น๐ธ๐ฎ๐ป ๐ท๐ฒ๐ท๐ฎ๐ธ ๐ฑ๐ฎ๐ฟ๐ฎ๐ต ๐ฑ๐ถ ๐๐ฒ๐๐ถ๐ฎ๐ฝ ๐ฏ๐ฒ๐ป๐๐ฎ.
Dan itu belum termasuk ๐ท๐๐๐ฎ๐ฎ๐ป ๐ท๐ถ๐๐ฎ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ต๐ถ๐น๐ฎ๐ป๐ด ๐๐ฒ๐๐ถ๐ฎ๐ฝ ๐๐ฎ๐ต๐๐ป ๐๐ฎ๐บ๐ฝ๐ฎ๐ถ ๐ต๐ฎ๐ฟ๐ถ ๐ถ๐ป๐ถ bukan karena peluru, tetapi karena kehancuran moral dan spiritual. Dari ๐ธ๐ฒ๐น๐ฎ๐ฝ๐ฎ๐ฟ๐ฎ๐ป, ๐ฒ๐ธ๐๐ฝ๐น๐ผ๐ถ๐๐ฎ๐๐ถ ๐ฒ๐ธ๐ผ๐ป๐ผ๐บ๐ถ, ๐๐๐ฉ, ๐ฝ๐ฒ๐ฟ๐๐ถ๐ป๐ฎ๐ต๐ฎ๐ป, ๐ป๐ฎ๐ฟ๐ธ๐ผ๐ฏ๐ฎ, ๐ต๐ถ๐ป๐ด๐ด๐ฎ ๐ฏ๐๐ป๐๐ต ๐ฑ๐ถ๐ฟ๐ถ semua menjadi gejala dari sistem yang memisahkan manusia dari nilai-nilai ketuhanan.
Melahirkan Generasi yang Kehilangan Arah
Ironisnya, semua itu terjadi di bawah panji yang mengaku membawa kemajuan dan kemanusiaan. Namun di balik slogan โhak asasiโ dan โkebebasan,โ tersimpan fakta bahwa sekularisme dan demokrasi telah melahirkan generasi yang kehilangan arah hidup, kehilangan makna, dan kehilangan jiwanya sendiri.
Barangkali inilah tragedi terbesar umat manusia ketika mereka percaya bahwa kebebasan adalah kebenaran, padahal kebebasan tanpa arah hanyalah bentuk lain dari perbudakan. Kita diperintahkan memilih, namun yang kita pilih hanyalah wajah-wajah berbeda dari sistem yang sama.
Juga Kita disuruh bersuara, namun suara kita tenggelam dalam lautan kepentingan mereka yang punya kuasa dan harta.
Kita diajak percaya bahwa nasib bangsa ada di tangan rakyat, padahal keputusan sudah lama ditulis di ruang rapat yang tak pernah kita masuki.
Demokrasi, dalam wajahnya yang paling halus, bukan lagi sekadar sistem politik ia telah menjadi agama baru yang menuhankan suara mayoritas, dan menghapus nilai kebenaran yang hakiki.
Ia menempatkan โangkaโ di atas โnurani,โ
dan โkepentinganโ di atas โkeadilan.โ
Rakyat Hanya Menjadi Penonton Demokrasi
Maka jangan heran jika hari ini kita hidup dalam dunia yang semakin bebas, namun semakin kehilangan makna.
Semakin banyak bicara tentang hak asasi,
namun semakin sedikit yang benar-benar memahami tanggung jawab.
Semakin banyak pemimpin yang terpilih,
namun semakin sedikit yang memimpin dengan hati. Dan rakyat yang katanya pemilik kedaulatan tertinggi kini hanya menjadi penonton dalam teater besar bernama demokrasi. Mereka bertepuk tangan setiap lima tahun sekali, menyaksikan aktor-aktor baru naik panggung. Sementara naskahnya tetap sama dan ojeknya juga tetap penindasan rakyat.
Mungkin sudah saatnya kita berhenti memuja demokrasi, dan mulai bertanya:
apa arti โ๐ฎ๐ฑ๐ถ๐นโ? apa arti โ๐ฏ๐ฒ๐ฏ๐ฎ๐โ? dan apa arti โ๐ฏ๐ฒ๐ฟ๐ฑ๐ฎ๐๐น๐ฎ๐โ? Bukan dalam definisi yang diwariskan sistem ini, tetapi dalam makna yang sejati. B๐ข๐ฉ๐ธ๐ข ๐ฌ๐ฆ๐ฌ๐ถ๐ข๐ด๐ข๐ข๐ฏ ๐ด๐ฆ๐ซ๐ข๐ต๐ช ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ข๐ฅ๐ข ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ถ๐ด๐ช๐ข, ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ข๐ช๐ฏ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ข๐ฅ๐ข ๐ฌ๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ๐ข๐ฏ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ถ๐ฃ๐ข๐ฉ ๐ฐ๐ญ๐ฆ๐ฉ ๐ด๐ถ๐ข๐ณ๐ข ๐ต๐ฆ๐ณ๐ฃ๐ข๐ฏ๐บ๐ข๐ฌ.
Sebab jika kebenaran bisa ditentukan oleh mayoritas, maka kebenaran tak pernah benar. Dan ๐ท๐ถ๐ธ๐ฎ ๐ธ๐ฒ๐ฎ๐ฑ๐ถ๐น๐ฎ๐ป ๐ฏ๐ฒ๐ฟ๐ด๐ฎ๐ป๐๐๐ป๐ด ๐ฝ๐ฎ๐ฑ๐ฎ ๐๐ถ๐ฎ๐ฝ๐ฎ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ฏ๐ฒ๐ฟ๐ธ๐๐ฎ๐๐ฎ, ๐บ๐ฎ๐ธ๐ฎ ๐ฟ๐ฎ๐ธ๐๐ฎ๐ ๐ฎ๐ธ๐ฎ๐ป ๐๐ฒ๐น๐ฎ๐บ๐ฎ๐ป๐๐ฎ ๐๐ฒ๐ฟ๐๐ถ๐ฝ๐ ๐ผ๐น๐ฒ๐ต ๐ถ๐น๐๐๐ถ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐บ๐ฒ๐ฟ๐ฒ๐ธ๐ฎ ๐๐ฒ๐ฏ๐๐ โ๐ฑ๐ฒ๐บ๐ผ๐ธ๐ฟ๐ฎ๐๐ถ.โ
Ancaman Demokrasi Sekulerisme
Namun kini, pertanyaan itu kembali kepada kita: Sampai kapan ๐ธ๐ฎ๐บ๐ ๐บ๐ฎ๐ ๐๐ฒ๐ฟ๐๐ ๐บ๐ฒ๐ป๐ท๐ฎ๐ฑ๐ถ ๐ธ๐ผ๐ฟ๐ฏ๐ฎ๐ป ๐ฝ๐ฒ๐ป๐ถ๐ป๐ฑ๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ฑ๐ฒ๐บ๐ผ๐ธ๐ฟ๐ฎ๐๐ถ. Dan menjadi bagian dari ๐ ๐ช๐ ๐ต๐๐ฎ ๐บ๐๐ฏ๐ ๐๐ฆ๐๐ขโ๐ช๐๐ฌ๐๐ฏ ๐ฑ๐๐ณ๐๐ฏ๐, ๐ฌ๐๐ญ๐๐ฑ๐๐ณ๐๐ฏ, ๐๐ฆ๐๐ถ๐ ๐ข๐๐ข๐ ๐๐ฐ๐๐ข๐, ๐ฅ๐๐ฏ ๐ฌ๐๐ฉ๐๐ฏ๐๐ถ๐๐ข๐ ๐ ๐ฑ๐๐ณ๐๐ต๐ข๐ข๐ ๐ข๐ฎ๐๐ต ๐ฎ๐๐ฏ๐ข๐ด๐๐ข?
Sampai kapan ๐ธ๐ฎ๐บ๐ ๐บ๐ฎ๐ ๐บ๐ฒ๐ป๐ท๐ฎ๐ฑ๐ถ ๐ฝ๐ฒ๐ป๐ฑ๐๐ธ๐๐ป๐ด ๐ถ๐ฑ๐ฒ๐ผ๐น๐ผ๐ด๐ถ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐บ๐ฒ๐บ๐ฏ๐๐ป๐๐ต ๐บ๐ฎ๐ป๐๐๐ถ๐ฎ ๐บ๐ฎ๐๐ฎ๐น ๐๐ฒ๐ฟ๐ฏ๐ฒ๐๐ฎ๐ฟ ๐๐ฒ๐ฝ๐ฎ๐ป๐ท๐ฎ๐ป๐ด ๐๐ฒ๐ท๐ฎ๐ฟ๐ฎ๐ต ๐ฝ๐ฒ๐ฟ๐ฎ๐ฑ๐ฎ๐ฏ๐ฎ๐ป ๐บ๐ฎ๐ป๐๐๐ถ๐ฎ dibumi. Dan membunuh secara perlahan membunuh nurani, membunuh nilai, dan membunuh kesadaran akan kebenaran sejati?
Apakah kita masih akan terus percaya pada janji manis demokrasi. Atau mulai mencari jalan lain yang benar-benar adil dan berpihak pada kehidupan?
๐๐๐ ๐๐ข๐ฆ๐๐ง๐ ๐ฆ๐๐ง๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ญ๐ฆ๐ฎ? ๐ฎ๐ฝ๐ฎ๐ธ๐ฎ๐ต ๐ฑ๐ฒ๐บ๐ผ๐ธ๐ฟ๐ฎ๐๐ถ ๐บ๐ฎ๐๐ถ๐ต ๐น๐ฎ๐๐ฎ๐ธ ๐ฑ๐ถ๐ฝ๐ฒ๐ฟ๐ฐ๐ฎ๐๐ฎ, atau ๐๐๐ฑ๐ฎ๐ต ๐๐ฎ๐ฎ๐๐ป๐๐ฎ ๐ธ๐ถ๐๐ฎ ๐บ๐ฒ๐บ๐ฏ๐๐ธ๐ฎ ๐บ๐ฎ๐๐ฎ ๐ฑ๐ฎ๐ฟ๐ถ ๐ถ๐น๐๐๐ถ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐๐ฒ๐น๐ฎ๐ต ๐บ๐ฒ๐ป๐ถ๐ฝ๐ ๐ฑ๐๐ป๐ถ๐ฎ ๐๐ฒ๐น๐ฎ๐บ๐ฎ ๐ฎ.๐ฑ๐ฌ๐ฌ ๐๐ฎ๐ต๐๐ป?
Saat nya kita mengambil sikap tegas agar selamat dari ancaman demokrasi sekulerisme selama ini. Dan tinggalkan jawaban dikolom komentar atas pendapatnya sesuai pertanyaan diatas? Jangan lupa dibagikan tulisan ini untuk membangunkan kesadaran kita bersama dari pengaruh virus pemikiran demokrasi sekulerisasi yang membutakan akal. (Rahmat Daily)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
