Opinion
Beranda » Berita » Ketenangan: Sebuah Renungan Dari Pesisir Di Ujung Pantai

Ketenangan: Sebuah Renungan Dari Pesisir Di Ujung Pantai

Ketenangan: Sebuah Renungan Dari Pesisir Pantai di Ujung Pantai
Ketenangan: Sebuah Renungan Dari Pesisir Pantai di Ujung Pantai

 

SURAU.CO – selalu punya caranya sendiri untuk menenangkan hati. Namun, pesisir selatan—dengan garis pantainya yang panjang, batu-batu karang yang kokoh, dan siluet pulau-pulau kecil di kejauhan—menawarkan jenis ketenangan yang berbeda.

Ia bukan hanya menghadirkan pemandangan indah, tetapi juga menghadirkan rasa damai yang meresap jauh ke dalam jiwa. Dan pada gambar ini, keindahan itu terasa begitu kuat: ombak yang tenang, langit yang membentang luas, serta susunan batu yang seakan menjadi saksi bisu perjalanan waktu.

Keindahan pesisir selatan bukan semata karena lanskapnya yang memukau, tetapi juga karena suasana yang tercipta dari kesederhanaannya. Tidak ada hiruk pikuk. Tidak ada kebisingan. Hanya suara angin yang menyentuh permukaan laut, suara burung yang sesekali melintas, dan debur ombak yang datang dengan ritme yang teratur. Dalam kesunyian seperti inilah manusia sering menemukan dirinya kembali—merenungkan hidup, menata hati, dan mensyukuri nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya.

Sesuai Takaran yang Telah Ditetapkan-Nya

Batu-batu besar yang tersusun di tepi pantai memberi kesan kokoh dan kuat, seolah mengingatkan kita bahwa hidup juga membutuhkan pondasi yang tegar. Sebagaimana batu-batu itu menahan gempuran ombak, begitu pula seorang mukmin mesti meneguhkan iman untuk menghadapi gelombang ujian. Pesisir selatan mengajarkan tentang keteguhan, ketabahan, dan keseimbangan. Laut tidak pernah marah tanpa sebab, angin tidak selalu kencang, dan ombak tidak selalu tinggi. Semua berjalan dalam takaran yang Allah tetapkan dengan sempurna.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Pulau-pulau kecil di kejauhan tampak samar, namun justru di situ letak keindahannya. Mereka seperti lukisan alami yang menghiasi cakrawala, menghadirkan rasa rindu untuk menjelajah sekaligus rasa syukur atas keindahan yang masih terjaga. Langit yang berawan lembut menciptakan suasana teduh—sebuah balutan ilahi yang membuat pantai ini terasa lebih menenangkan.

Pantai pesisir selatan tidak hanya mempesona mata, tetapi juga mengajarkan nilai kehidupan. Setiap hamparan laut mengajarkan luasnya rahmat Allah. Dan Setiap hembusan angin mengajarkan lembutnya kasih sayang-Nya. Setiap gelombang yang kembali ke tengah lautan mengingatkan kita bahwa hidup adalah perjalanan pulang—pulang kepada Rabb yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Membuka Mata Hati, Mengambil Hikmah

Betapa banyak orang yang datang ke pantai untuk sekadar duduk diam, memandangi laut, namun pulang dengan hati yang lebih ringan. Itulah keajaiban ciptaan Allah. Ia menaruh pelajaran di mana saja—di langit, di permukaan air, bahkan pada batu-batu yang tampak tak bergerak. Dan kita, hamba-hamba-Nya, hanya perlu membuka mata hati untuk mengambil hikmah.

Memandang pesisir selatan seperti dalam foto ini, rasanya kita diajak untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia. Untuk merenung bahwa hidup bukan semata mengejar dunia yang fana, tetapi mencari ketenangan yang hakiki. Bahwa sebagaimana laut yang luas itu tidak pernah habis dipandang, begitu pula nikmat Allah tidak pernah habis dihitung.

Akhirnya, pantai mengajarkan kita untuk bersyukur. Bersyukur atas udara yang kita hirup. Dan Bersyukur atas mata yang bisa menikmati pemandangan. Bersyukur atas waktu lapang yang Allah berikan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Dan pesisir selatan, dengan segala keindahannya, menjadi pengingat bahwa dunia ini penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah bagi siapa saja yang mau memperhatikan.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Semoga setiap perjalanan ke pantai membawa keberkahan: menenangkan hati, menambah syukur, dan menguatkan iman. Pantai pesisir selatan bukan hanya tempat yang indah—ia adalah pesan lembut dari Allah agar kita selalu ingat kepada-Nya. (Oleh: Tengku Iskandar, M. Pd -Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement