Khazanah
Beranda » Berita » Peran Niat dalam Setiap Amal Menurut Kitab Bahjatul Wasail: Ikhlas Sebagai Kunci Penerimaan

Peran Niat dalam Setiap Amal Menurut Kitab Bahjatul Wasail: Ikhlas Sebagai Kunci Penerimaan

Muslim berdoa dengan hati ikhlas di masjid diterangi cahaya lembut.
Cahaya lembut yang menerangi wajah seseorang yang sedang berdoa, melambangkan niat suci yang menjadi sumber kekuatan amal.

Surau.co. Setiap amal manusia selalu berawal dari niat. Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam Bahjatul Wasail menegaskan bahwa niat tidak hanya membuka amal, tetapi juga menentukan nilainya. Banyak orang berbuat baik, namun hanya sebagian yang benar-benar memperoleh nilai di sisi Allah. Perbedaannya terletak pada satu hal: ikhlas dalam niat.

Fenomena ini sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari. Kita melihat orang yang rajin membantu, bersedekah, atau beribadah. Namun, muncul bisikan batin: “Apa orang lain melihatku?” Pertanyaan kecil itu sering menguji arah niat kita.

Makna Niat Menurut Bahjatul Wasail

Syekh Nawawi menjelaskan bahwa niat menjadi pembeda tegas antara ibadah dan kebiasaan. Beliau menulis:

قال الشيخ محمد بن نووي البنتني:
النية هي قصد الشيء مقترنًا بفعله، وهي تميز العبادات عن العادات.

“Niat merupakan maksud seseorang yang menyatu dengan perbuatannya dan memisahkan ibadah dari rutinitas.”

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Dengan kata lain, seseorang bisa shalat, puasa, atau bersedekah setiap hari, tetapi amal itu baru bernilai ketika niatnya selaras dengan tujuan ibadah tersebut. Tanpa niat yang lurus, seluruh amal kehilangan arah.

Di zaman sekarang, kondisi ini mirip dengan seseorang yang bekerja keras tetapi tidak mengetahui arah hidupnya. Ia sibuk, namun tidak memiliki tujuan. Begitulah amal tanpa niat—tampak besar, tetapi kosong.

Ikhlas: Pondasi Utama Amal

Syekh Nawawi menekankan bahwa niat yang benar selalu beriringan dengan ikhlas. Beliau menjelaskan:

والإخلاص أن يقصد العبد بعمله وجه الله وحده لا غيره.

“Ikhlas berarti seseorang meniatkan amalnya untuk mengharap wajah Allah semata.”

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Ikhlas membutuhkan ketekunan. Ia menyerupai kaca bening yang terus terkena debu. Karena itu, kita harus membersihkannya setiap saat. Ketika seseorang mendapat pujian setelah berbuat kebaikan, godaan untuk mencari pengakuan muncul dengan cepat. Di sinilah latihan batin bekerja.

Niat dan Penerimaan Amal

Syekh Nawawi menegaskan bahwa niat menentukan nilai sebuah amal. Beliau mengutip hadis yang sangat dasar:

إنما الأعمال بالنيات، فمن كانت نيته لله قبل عمله، قُبل عمله، ومن كانت لغيره رُد عليه.

“Amal mengikuti niat. Siapa yang meniatkan amalnya untuk Allah, Allah menerima amal itu. Sebaliknya, siapa yang meniatkannya untuk selain Allah, Allah menolak amal itu.”

Penjelasan ini menunjukkan bahwa nilai amal tidak bergantung pada besar kecilnya tindakan, tetapi pada arah hati. Seseorang mungkin menolong dalam jumlah kecil, namun ketika ia melakukannya untuk Allah, amal itu membesar. Namun, ketika ia mengejar pujian, amal itu mengecil bahkan lenyap maknanya.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Cara Membersihkan Niat

Menjaga niat tidak cukup dengan sekali usaha. Kita membutuhkan mujahadah yang berkelanjutan. Syekh Nawawi memberikan pedoman:

ومن أراد أن يخلص نيته، فليجاهد نفسه، وليذكر فناء الدنيا وبقاء الآخرة.

“Siapa yang ingin membersihkan niat, hendaklah ia melawan hawa nafsunya dan mengingat kefanaan dunia serta kekekalan akhirat.”

Nasihat ini mengajak kita untuk selalu sadar bahwa dunia tidak abadi. Kesadaran itu menuntun hati agar tidak tergoda oleh pujian manusia.

Tantangan Niat di Era Modern

Saat ini, ujian niat semakin kuat. Media sosial menghadirkan ruang yang luas untuk memamerkan kebaikan. Di satu sisi, seseorang ingin menginspirasi. Namun, di sisi lain, muncul hasrat halus untuk memperoleh perhatian.

Karena itu, kita harus sering bertanya:
“Untuk siapa aku melakukan ini?”

Pertanyaan ini dapat merawat kejujuran batin. Syekh Nawawi menegaskan bahwa Allah menilai cahaya ikhlas yang tumbuh dalam hati, bukan sorotan manusia.

Kesimpulan: Niat sebagai Arah Hidup

Dari penjelasan Bahjatul Wasail, kita dapat memahami bahwa niat berfungsi sebagai kompas spiritual. Niat mengarahkan setiap amal dan menentukan nilainya. Ikhlas kemudian menguatkan arah itu agar tetap lurus.

Setiap orang perlu menjaga niatnya setiap hari. Selama hati terus bertanya “Untuk siapa?” maka amalnya tetap berada di jalan yang benar. Sekecil apa pun amal yang lahir dari keikhlasan, Allah memberikan nilai yang sangat besar.

اللهم اجعل أعمالنا خالصة لوجهك الكريم
“Ya Allah, jadikanlah amal kami ikhlas karena wajah-Mu yang mulia.”

Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo, Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement