Opinion
Beranda » Berita » Konsekuensi Tauhid Uluhiyyah: Mengapa Hanya Allah Satu-satunya yang Berhak Disembah?

Konsekuensi Tauhid Uluhiyyah: Mengapa Hanya Allah Satu-satunya yang Berhak Disembah?

Tauhid uluhiyyah adalah pilar utama. Ia membentuk akidah seorang Muslim.

SURAU.CO – Manusia diciptakan dengan tujuan yang jelas. Tujuan itu adalah beribadah kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Quran, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56). Ayat ini menegaskan misi hidup kita. Oleh karena itu, ibadah menjadi sentral.

Makna Hakiki Tauhid Uluhiyyah

Secara fundamental, tauhid uluhiyyah adalah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya sesembahan. Ini berarti semua bentuk ibadah kita, misalnya doa, salat, puasa, zakat, haji, nazar, atau tawakal, harus ditujukan hanya kepada-Nya. Dengan demikian, tidak ada perantara. Tidak ada pula sekutu bagi-Nya dalam ibadah.

Oleh karena itu, setiap Muslim wajib meyakini ini. Keyakinan ini harus tertanam kuat di hati. Sebab, ini adalah pembeda utama. Ia membedakan antara keimanan sejati dan kesyirikan. Tauhid uluhiyyah adalah poros agama.

Konsekuensi Pertama: Menjauhi Segala Bentuk Syirik

Konsekuensi paling mendasar adalah menjauhi syirik. Syirik adalah dosa terbesar dalam Islam. Ia berarti menyekutukan Allah dalam ibadah. Bahkan, syirik bisa berbentuk besar atau kecil. Syirik besar menghapus semua pahala. Sementara itu, syirik kecil mengurangi kesempurnaan tauhid.

Misalnya, menyembah berhala adalah syirik besar. Meminta pertolongan kepada selain Allah juga syirik besar. Riya’ (pamer ibadah) adalah syirik kecil. Oleh karena itu, seorang Muslim harus sangat berhati-hati. Kita harus senantiasa memeriksa niat kita. Setiap tindakan harus murni karena Allah.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Konsekuensi Kedua: Ikhlas dalam Setiap Ibadah

Ketika kita memahami tauhid uluhiyyah, kita akan ikhlas. Ikhlas berarti memurnikan niat beribadah. Setiap amal hanya untuk meraih ridha Allah. Tidak ada keinginan pujian manusia. Tidak ada pula tujuan duniawi lainnya. Ini adalah inti dari keikhlasan.

Sebagai contoh, shalat kita harus karena Allah. Sedekah kita juga harus karena Allah. Bahkan, menuntut ilmu pun harus karena Allah. Keikhlasan ini penting sekali. Tanpanya, ibadah kita sia-sia. Oleh karena itu, kita harus terus melatih diri. Kita perlu menjaga kemurnian hati.

Konsekuensi Ketiga: Ketaatan Mutlak kepada Perintah Allah

Tauhid uluhiyyah menuntut ketaatan mutlak. Kita harus taat kepada Allah sepenuhnya. Perintah-Nya adalah hukum tertinggi. Larangan-Nya harus kita jauhi. Ini mencakup semua aspek kehidupan. Mulai dari yang personal hingga sosial.

Contohnya, shalat lima waktu adalah perintah. Puasa Ramadhan juga wajib. Menutup aurat adalah kewajiban wanita. Menjauhi riba adalah larangan keras. Semua ini harus kita jalankan. Tanpa pengecualian. Dengan demikian, ketaatan ini menjadi bukti iman kita.

Konsekuensi Keempat: Memiliki Tujuan Hidup yang Jelas

Dengan tauhid uluhiyyah, hidup menjadi terarah. Kita memiliki tujuan yang jelas. Tujuan itu adalah meraih surga Allah. Kita juga berusaha menjauh dari neraka. Setiap langkah hidup kita diarahkan ke sana. Ini memberi makna mendalam.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Tanpa tujuan ini, hidup akan hampa. Manusia akan mudah tersesat. Mereka akan mengejar kesenangan duniawi semata. Padahal, dunia hanyalah sementara. Oleh karena itu, tauhid uluhiyyah sangat krusial. Ia memberikan kompas moral dan spiritual.

Konsekuensi Kelima: Merasakan Ketenangan dan Kedamaian Hati

Ketika seseorang mengesakan Allah, hatinya tenang. Ia merasa damai. Ini karena ia hanya bergantung pada Allah. Tidak ada rasa takut kepada makhluk. Tidak ada pula kekhawatiran berlebihan. Semua urusan ia serahkan kepada Allah.

Misalnya, saat menghadapi kesulitan. Ia yakin Allah akan menolong. Saat mendapat nikmat, ia bersyukur. Ia tidak merasa sombong. Rasa tenang ini adalah anugerah. Hanya orang bertauhid yang merasakannya. Sebab, Allah adalah Pelindung sejati.

Konsekuensi Keenam: Menjadi Hamba yang Bersyukur

Pengenalan tauhid uluhiyyah juga menumbuhkan rasa syukur. Kita sadar akan semua nikmat Allah. Mulai dari kesehatan hingga rezeki. Semua berasal dari-Nya. Oleh karena itu, kita merasa berterima kasih. Syukur ini diwujudkan dalam ibadah.

Kita tidak hanya bersyukur dengan lisan. Lebih dari itu, kita bersyukur dengan perbuatan. Dengan kata lain, menggunakan nikmat Allah untuk ketaatan. Ini adalah bentuk syukur yang paling tinggi.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Pilar Kehidupan Seorang Muslim

Pada akhirnya, tauhid uluhiyyah adalah pilar utama. Ia membentuk akidah seorang Muslim. Ia juga mengarahkan setiap tindakan. Dengan memegang teguh prinsip ini, kita terhindar dari kesesatan. Kita juga meraih ridha Allah SWT.

Oleh karena itu, mari kita perkuat tauhid kita. Mari kita pastikan ibadah kita murni hanya untuk Allah. Semoga Allah senantiasa membimbing kita. Semoga kita selalu teguh di atas jalan-Nya yang lurus.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement