Ibadah
Beranda » Berita » Shalat Dhuha: Cahaya Rezeki di Pagi Hari

Shalat Dhuha: Cahaya Rezeki di Pagi Hari

Shalat Dhuha: Cahaya Rezeki di Pagi Hari
Shalat Dhuha: Cahaya Rezeki di Pagi Hari

 

SURAU.CO – Setiap pagi, mentari menebarkan sinarnya di ufuk timur. Langit membiru, angin berhembus lembut, dan kehidupan pun mulai berdenyut. Di saat seperti itu, Islam mengajarkan satu amalan yang penuh makna — shalat dhuha, shalat yang membawa keberkahan, ketenangan, dan janji rezeki dari Allah ﷻ.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Pada setiap persendian kalian terdapat sedekah, maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, dan itu semua dapat digantikan dengan dua rakaat shalat dhuha.” (HR. Muslim)

Hadis ini menggambarkan betapa besarnya nilai shalat dhuha. Ia bukan hanya ibadah tambahan, tapi wujud syukur atas kesehatan dan kekuatan tubuh yang diberikan Allah sejak pagi hari.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Makna Spiritual di Balik Waktu Dhuha

Waktu dhuha dimulai ketika matahari telah naik setinggi tombak (sekitar 15 menit setelah matahari terbit) hingga menjelang waktu zuhur. Ini adalah waktu di mana manusia mulai sibuk dengan aktivitas dunia. Namun, bagi seorang mukmin yang sadar akan makna kehidupan, waktu ini bukan sekadar awal kerja, tetapi juga awal tawakkal.

Shalat dhuha menjadi bentuk pengakuan hamba bahwa sumber rezeki sejati bukan dari tangan manusia, melainkan dari Allah ﷻ. Usaha hanyalah sebab, tapi pemberi hasil tetap Dia yang Maha Kaya.

Ketika seseorang melaksanakan shalat dhuha, ia sedang berkata dalam diam:
“Ya Allah, sebelum aku bertebaran di muka bumi mencari nafkah, aku bersimpuh di hadapan-Mu. Limpahkanlah keberkahan dalam setiap langkahku hari ini.”

Janji Allah bagi yang Menjaga Dhuha

Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah ﷺ meriwayatkan bahwa Allah ﷻ berfirman:

> “Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat rakaat di awal siangmu (yakni dhuha), niscaya Aku akan mencukupimu di akhir harimu.”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Janji ini bukan sekadar kecukupan materi. “Akan Aku cukupkan” bisa bermakna:

Diberi kecukupan hati, yaitu merasa puas dengan rezeki yang ada.
Diberi kecukupan waktu, yakni keberkahan dalam aktivitas.
Dan Diberi kecukupan tenaga, sehingga pekerjaan terasa ringan.
Diberi kecukupan ilmu dan petunjuk dalam mengambil keputusan.

Maka orang yang menjaga shalat dhuha, sejatinya sedang mengundang pertolongan Allah agar hidupnya dimudahkan dalam segala urusan.

Dhuha sebagai Wujud Syukur

Salah satu rahasia spiritual shalat dhuha terletak pada semangat syukur. Setiap sendi tubuh manusia bergerak sejak pagi — mata melihat, tangan bekerja, kaki melangkah. Semua itu menuntut sedekah sebagai bentuk syukur.

Namun, Allah memberi kemudahan: cukup dua rakaat dhuha sudah mewakili sedekah seluruh persendian.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Betapa rahmat-Nya luas dan lembut.
Dengan shalat dhuha, seorang hamba seolah berkata,
“Ya Rabb, Engkau telah membangunkanku dari tidur, memberi napas, memberi semangat, memberi kesempatan. Maka aku persembahkan sujud dhuha ini sebagai rasa syukur atas nikmat-Mu.”

Dhuha: Rahasia Para Pencari Rezeki

Para ulama menuturkan, banyak orang saleh yang menjadikan shalat dhuha sebagai bagian dari rutinitas tetap. Mereka meyakini bahwa di waktu dhuha, langit terbuka untuk turunnya rahmat dan rezeki.

Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa shalat dhuha memiliki hubungan erat dengan keberkahan rezeki, karena dilakukan di waktu manusia mulai bekerja dan berusaha. Ia adalah simbol penyatuan antara ibadah dan ikhtiar.

Rasulullah ﷺ sendiri dikenal sebagai orang yang sering melaksanakan shalat dhuha. Dalam hadis Ummu Hani’ radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa pada hari Fathu Makkah, Nabi ﷺ melaksanakan shalat dhuha sebanyak delapan rakaat dengan penuh kekhusyukan.
(HR. Bukhari dan Muslim)

Menyegarkan Jiwa di Tengah Kepenatan Dunia

Bagi yang hidup di zaman serba cepat dan sibuk, shalat dhuha menjadi oase ruhani, sehingga ia menenangkan pikiran, menyejukkan hati, dan menata kembali prioritas hidup.

Dhuha seolah mengingatkan:

“Jangan biarkan dunia membuatmu lupa kepada Pencipta rezeki. Ambillah jeda, lalu bersujudlah, sehingga langkahmu kembali ringan dan hatimu kembali tenteram.”

Banyak orang yang setelah rutin dhuha merasa lebih fokus dalam bekerja, lebih tenang menghadapi ujian, dan lebih lapang menerima takdir, sehingga inilah buah dari keikhlasan ibadah.

Tata Cara dan Jumlah Rakaat

Shalat dhuha minimal dua rakaat dan maksimal dua belas rakaat. Shalat dhuha dilakukan dua rakaat sekali salam, dan ini sama seperti shalat sunnah lainnya.

Waktu terbaik shalat dhuha adalah ketika matahari mulai meninggi, yaitu sekitar pukul 08.00–10.00 pagi, oleh karena itu, ini adalah waktu di mana panas mulai terasa.

Bacaan dalam shalat dhuha sama dengan shalat lainnya, oleh karena itu dianjurkan untuk memperbanyak dzikir. (Tengku Iskandar, M.Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara, Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement