Khazanah
Beranda » Berita » Menjaga 7 Anggota Badan dari Maksiat : Nasihat Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah

Menjaga 7 Anggota Badan dari Maksiat : Nasihat Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah

Ilustrasi seorang muslim yang bemunajat kepada Allah.
Ilustrasi seorang muslim yang bemunajat kepada Allah.

SURAU.COImam Al-Ghazali, dalam kitab monumental beliau, Bidayatul Hidayah, dengan tegas mengingatkan kita bahwa kedurhakaan pada Allah tidak lain karena sasaran anggota badan. Padahal, anggota badan merupakan kenikmatan dan amanah dari Allah. Kita harus menjaga dan memeliharanya. Oleh karena itu, bila anggota badan—yang merupakan kenikmatan dari Allah—kita gunakan untuk mendurhakai-Nya, berarti hal itu menjadi pangkal dari puncak kekufuran. Sementara itu, kelalaian dan kecerobohan terhadap amanat Allah yang ada pada diri kita merupakan puncak kedurhakaan. Padahal, jauh sebelumnya kita telah menerima peringatan:

“Peliharalah selalu anggota tubuhmu.”

Perlunya Merenung dan Mengoreksi Diri

Oleh karena hal di atas, maka Imam Al-Ghazali mengajak kita merenung dan mengoreksi diri. Bagaimana kita menjaga benteng-benteng tersebut? Padahal, sudah menjadi kepastian yang mutlak bahwa kita tidak akan terlepas dan pasti mempunyai tanggung jawab yang kelak di kemudian hari akan Allah tuntut.

“Renungkanlah, seluruh anggota badan kita kelak akan menjadi saksi yang tidak akan bohong, dan akan mengadukan segala yang kita perbuat di Padang Mahsyar, yaitu Mahkamah Hari Kiamat, dengan suara yang lantang, kritis, serta benar. ”

Dengan demikian, Imam Al-Ghazali menyampaikan bahawa kita pasti akan mendapatkan teguran dan pengaduan, sehingga nampaklah segala amal perbuatan yang pernah kita perbuat, sebab pada saat itu segala amal perbuatan akan seluruh manusia saksikan.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Allah SWT. menegaskan dalam firman-Nya:

“Pada hari (ketika) lidah, tangan, kaki mereka menjadi saksi atas mereka, terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. An Nuur: 24)

Di ayat lainnya, Allah SWT. telah menegaskan:

“Pada hari kiamat Kami tutup mulut mereka, tangan mereka berkatalah kepada Kami dan kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasiin: 65)

Pentingnya Menjaga Tujuh Anggota Badan dari Maksiat

Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali mengatakan

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

“Wahai manusia yang lemah, jagalah dan peliharalah seluruh anggota tubuh, terutama tujuh anggota badan dari kemaksiatan. Sebab, Neraka Jahannam mempunyai tujuh pintu, yang setiap pintu Allah atur dan persiapkan bagi manusia yang berbuat kesalahan. Yang dimasukkan ke neraka tersebut adalah mereka yang berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah SWT. dengan menggunakan tujuh anggota badannya, yaitu: Mata, Telinga, Lisan (mulut), Perut, Farji (kemaluan), Tangan, dan Kaki.”

Maka, hendaklah kita menjaga ketujuh anggota badan tersebut dengan sebaik mungkin, jangan sampai kita pergunakan untuk menuruti kehendak hawa nafsu. Menuruti kehendak hawa nafsu termasuk golongan yang dijerumuskan ke jurang neraka Jahannam.

Oleh karenanya, ketujuh anggota badan perlu sekali kita pelihara demi keselamatan diri. Hendaklah kita merenungkan dan memperhatikannya, hingga kita dapat menjaga sesuai dengan yang telah digariskan oleh ajaran syariat Islam, sehingga kita benar-benar dapat menjadi suci dari segala noda dosa. Adapun cara menjaga ketujuh anggota tersebut dapat Anda ikuti dalam uraian ataupun pembahasan yang terkandung dalam buku kecil ini. Tujuannya adalah agar kita dapat selamat dari api neraka Jahannam yang amat pedih itu dan tergolong dalam “Zumratul Muttaqin”, tergolong dalam rombongan orang yang jujur dan sahih.

Mata Sebagai Sarana Mendapatkan Petunjuk dalam Kegelapan

Mata Allah ciptakan agar kita bisa mendapatkan petunjuk di dalam kegelapan. Dengan perantaraan mata, kita dapat menyaksikan kehidupan alam, melihat segala macam yang Allah ciptakan. Kita dapat melihat wanita cantik dan pemuda tampan, dan masih banyak lagi, yang semua itu merupakan pertanda dari ayat-ayat keagungan dan kekuasaan Allah SWT.

Karena begitu besarnya kenikmatan yang kita peroleh lewat mata, maka wajib kita syukuri. Hal yang demikian kita maksudkan agar kita dapat selamat dari segala kemudaratan ataupun kemaksiatan yang mata lakukan. Dan bisa berakibat sangat fatal. Hendaklah kita sadar dan menyadari, serta selalu memikirkan rahasia mengapa mata dititahkan buat kita. Untuk apa kita menggunakan kedua belah mata kita? Pada dasarnya, Islam telah memberikan tuntunan terhadap kita dalam menggunakan atau memanfaatkan mata. Allah SWT. telah memerintahkan kita menggunakan mata untuk: Memperoleh petunjuk dalam kegelapan, memperoleh pertolongan dalam menuntut segala hajat hidup di dalam mengarungi kehidupan, dan melihat dan menyaksikan segala keindahan yang telah Allah SWT. ciptakan, baik keindahan yang ada di langit maupun di bumi. Selanjutnya, tujuannya adalah agar kita dapat mengambil i’tibar dan pelajaran serta pengetahuan tentang kekuasaan, keagungan, dan kebesaran Allah SWT.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Pentingnya Memelihara Mata dari Perkara yang Allah Larang

Oleh karenanya, hendaklah kita selalu menjaga dan memelihara mata dari empat macam perkara yang dilarang. Pertama, janganlah kita gunakan mata untuk melihat orang lain yang bukan mahram. Kedua, hindarilah melihat aneka ragam keindahan bentuk dan rupa secara berlebihan, sebab hal itu dapat memikat dan menimbulkan syahwat. Ketiga, jangan sekali-kali kita gunakan mata untuk melihat dan memandang orang Islam dengan nada sinis dan meremehkan. Dan yang terakhir, jangan kita gunakan mata untuk menatap orang lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan ketakutan pada mereka.

Demikianlah, mata harus kita pelihara. Karena mata yang senantiasa akan mengantarkan kita kepada moral yang baik, sesuai yang telah  syariat Islam gariskan. Karenanya, sebagai orang yang mengaku diri sebagai muslim, hendaklah kita selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT. agar mata kita—yang menjadi amanat dan karunia dari sisi-Nya—dapat terjaga dan terjauhkan dari segala perbuatan maksiat dan dosa. Maksiat dan dosa dapat menarik kita ke jurang kenestapaan dan kebinasaan. Setelah kita dapat menjaga anggota badan yang berupa mata, maka hendaklah kita menjaga anggota yang lain, agar kita benar-benar selamat dari murka dan ancaman Allah SWT.

 Memelihara Telinga dari Maksiat

Telinga merupakan bagian dari tujuh anggota tubuh yang harus kita pelihara. Oleh karena itu, setelah kita membahas masalah menjaga mata, kita juga membicarakan bagaimana memelihara telinga dari segala perbuatan maksiat yang dilarang Islam.

Tentu kita telah maklumi, telinga merupakan nikmat dan amanat dari Allah SWT. yang wajib kita syukuri dan pelihara. Alangkah bahagianya orang yang memiliki telinga dapat digunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah, mendengarkan kesyahduan dan kemerduan alunan musik, mendengar lagu qasidah, dan mendengar tuntunan dan petunjuk ajaran agama. Namun demikian, Allah memberikan telinga kepada manusia bukanlah untuk kita gunakan mendengar setiap suara. Sebaliknya, Islam telah memberikan ketentuan dalam penggunaan telinga tersebut, yaitu: Mendengarkan firman-firman Allah SWT, Mendengarkan sabda Rasulullah SAW. dan mendengarkan hikmah para kekasih Allah.

Di samping itu, hendaklah kita menggunakannya sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat mengantar kita ke suatu kebahagiaan yang kekal dan kenikmatan yang abadi, yang telah Allah sediakan kelak di akhirat, berupa surga.

Karena itu, janganlah kita gunakan mendengarkan sesuatu yang bid’ah, ucapan ghibah (mengumpat), berguman, provokasi, perkataan keji, ucapan mengadu domba, atau mendengarkan penuturan kejelekan orang lain. Hendaklah kita menghindari semua itu semaksimal mungkin, apalagi bagi kita yang mengaku sebagai Muslim yang tunduk dan patuh pada ajaran agama. Di samping menghindari mendengarkan perkataan-perkataan tersebut, kita juga harus menghindari mengucapkannya pula.

Andaikan telinga kita kita gunakan untuk mendengar sesuatu yang  Islam benci, yang seharusnya mendatangkan kemanfaatan. Akan tetapi malah berbalik menjadi sesuatu yang membahayakan. Dan, sesuatu yang seharusnya mendatangkan keutamaan, berbalik menjadi sesuatu yang mendatangkan kerusakan dan kebinasaan. Akibatnya, hal ini akan mendatangkan kerugian yang amat besar.

Yang Berbicara dan  Mendengarkan Sama-Sama Berdosa

Imam Al-Ghazali menyampaikan agar kita jangan beranggapan bahwa perbuatan dosa hanya menimpa orang yang berbicara saja, sedangkan yang mendengarkannya tidak mendapatkan dosa. Sebab, Rasulullah SAW. dengan tegas memberikan keterangan sebagai berikut:

“Sesungguhnya orang yang mendengarkan adalah sekutu orang yang berbicara (dalam dosa), dan dia merupakan salah satu dari dua orang yang berbuat ghibah (mengumpat).”

Oleh sebab itu, Imam Al-Ghazali berwasiat agar kita selalu berhati-hati dalam mendengarkan perkataan, jangan  ikut-ikutan mendengarkan sesuatu yang syariat Islam larang. Semoga Allah memberikan perlindungan dan pertolongan kepada kita, agar kita dapat memelihara telinga dari sesuatu yang tidak ada manfaatnya, sehingga selamat sepanjang masa.(St.Diyar)

Referensi: Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ghazali at-Thusi , Bidayatul Hidayah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement