Mode & Gaya
Beranda » Berita » Jangan Sampai Buta Mata dan Buta Hati Karena Gadget

Jangan Sampai Buta Mata dan Buta Hati Karena Gadget

Jangan Sampai Buta Mata dan Buta Hati Karena Gadget
Jangan Sampai Buta Mata dan Buta Hati Karena Gadget. Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Dalam era modern ini, manusia seolah tak bisa lepas dari gadget. Dari anak kecil hingga orang tua, hampir semua tangan kini menggenggam ponsel pintar. Gadget menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari—untuk bekerja, belajar, berkomunikasi, bahkan untuk hiburan. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, gadget juga menyimpan ancaman besar: kebutaan, bukan hanya pada mata, tapi juga pada hati.

Kita sering mendengar nasihat, “Gunakan teknologi dengan bijak.” Tapi seberapa sering kita benar-benar merenungkan makna bijak itu? Banyak orang kini lebih sering menatap layar dibanding menatap wajah orang yang dicintainya. Banyak yang lebih hafal notifikasi media sosial daripada ayat-ayat suci. Inilah fenomena yang berbahaya: gadget yang seharusnya menjadi alat bantu, kini justru menguasai manusia.

Gadget: Sahabat atau Musuh Tersembunyi?

Tak bisa dipungkiri, gadget membawa manfaat besar. Melalui smartphone, kita dapat belajar hal baru, memperluas jaringan, hingga mengelola pekerjaan dari mana saja. Dalam dunia dakwah pun, gadget menjadi sarana penyebar kebaikan yang sangat efektif. Namun, semua kebaikan itu bisa berubah menjadi bumerang jika manusia kehilangan kendali.

Banyak orang kini mengalami apa yang disebut “digital addiction” atau kecanduan digital. Mata terus menatap layar tanpa jeda. Dalam sehari, seseorang bisa menghabiskan waktu hingga 8-10 jam hanya untuk menatap layar ponsel. Hasilnya? Mata menjadi lelah, penglihatan menurun, bahkan muncul gangguan psikologis seperti stres dan kecemasan.

Lebih parah lagi, gadget membuat manusia buta secara spiritual. Ketika waktu shalat tiba, tangan masih sibuk menggulir layar. Ketika keluarga berbicara, mata tetap terpaku pada video yang tak berujung. Hati menjadi kering, kehilangan rasa, dan lupa bahwa hidup bukan hanya di dunia digital.

Duka Aceh dan Fenomena Selfie di Tengan Bencana

Buta Mata: Akibat Nyata dari Kelebihan Gadget

Secara medis, penggunaan gadget berlebihan memang dapat merusak kesehatan mata. Cahaya biru (blue light) yang dipancarkan layar dapat menyebabkan kelelahan mata digital atau digital eye strain. Gejalanya antara lain mata kering, pandangan kabur, dan sakit kepala.

Selain itu, terlalu lama menatap layar juga membuat otot mata tegang dan mengurangi kemampuan fokus. Banyak orang muda kini harus memakai kacamata karena rabun jauh akibat terlalu sering melihat layar dekat. Bahkan, pada beberapa kasus ekstrem, paparan cahaya biru dalam jangka panjang dapat merusak retina.

Allah SWT telah menganugerahkan mata sebagai salah satu nikmat terbesar. Melalui mata, kita mengenali keindahan ciptaan-Nya, membaca Al-Qur’an, dan melihat wajah orang-orang yang kita cintai. Maka sungguh menyedihkan jika nikmat itu rusak hanya karena kita tak mampu mengendalikan diri terhadap benda mati bernama gadget.

Allah berfirman:

“Dan Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati; sedikit sekali kamu bersyukur.”
(QS. As-Sajdah: 9)

Padel: Olahraga atau Tren Gaya Hidup Baru 

Ayat ini menjadi pengingat bahwa penglihatan adalah amanah yang harus dijaga. Jika mata digunakan untuk hal yang sia-sia, maka itu adalah bentuk ketidaksyukuran kepada Allah.

Buta Hati: Bahaya yang Lebih Mengerikan

Jika Buta mata mungkin masih bisa diobati, tapi buta hati jauh lebih berbahaya. Buta hati terjadi ketika seseorang tidak lagi peka terhadap kebenaran. Ia bisa melihat dunia, tetapi tidak melihat tanda-tanda kebesaran Allah di dalamnya. Ia sibuk dengan dunia maya, tapi abai dengan panggilan Ilahi.

Media sosial sering menjadi penyebab utama kebutaan hati ini. Saat seseorang tenggelam dalam arus konten yang tiada henti—gosip, pamer, kebohongan, dan fitnah—jiwa menjadi tumpul. Ia kehilangan rasa malu, kehilangan empati, bahkan kehilangan rasa takut kepada Allah.

Padahal Rasulullah pernah bersabda:

“Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad ada segumpal daging; jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, itulah hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Indahnya Pacaran Setelah Pernikahan

Ketika gadget membuat seseorang buta hati, maka seluruh amalnya akan terpengaruh. Ia mungkin masih berbuat baik, tapi tanpa keikhlasan. Ia mungkin masih berinteraksi, tapi tanpa makna. Ia hidup dalam dunia maya, tapi mati rasa di dunia nyata.

Tanda-Tanda Buta Mata dan Buta Hati Karena Gadget

Berikut beberapa tanda yang perlu kita waspadai agar tidak terjerumus lebih jauh:

  1. Sulit fokus beribadah. Saat shalat, pikiran melayang ke pesan yang belum dibaca. Saat membaca Al-Qur’an, tangan tak sabar ingin menggenggam ponsel.
  2. Merasa gelisah tanpa ponsel. Seolah hidup terasa hampa jika tak memegang gadget walau sebentar.
  3. Lebih banyak waktu di dunia maya daripada dengan keluarga. Anak, pasangan, bahkan orang tua, menjadi korban dari perhatian yang tersita oleh layar.
  4. Menurunnya empati dan kesabaran. Interaksi digital yang cepat membuat manusia kehilangan kesantunan dan rasa iba.
  5. Kurang tidur dan kesehatan menurun. Banyak yang begadang demi menonton video atau bermain game hingga larut malam.

Jika tanda-tanda ini sudah mulai muncul, maka itu pertanda alarm bahaya. Saatnya melakukan detoks digital sebelum semuanya terlambat.

Menyembuhkan Diri dari Kecanduan Gadget

Mengendalikan penggunaan gadget bukan berarti menolak teknologi. Islam tidak menentang kemajuan, tapi mengajarkan keseimbangan. Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya badanmu memiliki hak atasmu, matamu memiliki hak atasmu…”
(HR. Bukhari)

Artinya, setiap anggota tubuh perlu dijaga haknya. Termasuk mata dan hati. Berikut beberapa langkah praktis agar tidak buta mata dan buta hati karena gadget:

  1. Gunakan gadget untuk kebaikan. Isilah layar dengan hal-hal yang bermanfaat: membaca Al-Qur’an digital, mendengar ceramah, atau menulis kebaikan.
  2. Tetapkan waktu tanpa layar. Misalnya, 1 jam sebelum tidur tanpa gadget, atau waktu makan tanpa ponsel.
  3. Perbanyak interaksi nyata. Tatap wajah orang-orang yang kita cintai, dengarkan cerita mereka tanpa gangguan layar.
  4. Jaga pandangan. Jangan biarkan mata melihat hal yang haram atau sia-sia di dunia maya.
  5. Perkuat ibadah. Jadikan shalat, zikir, dan membaca Al-Qur’an sebagai pengisi waktu utama, bukan sekadar pelengkap setelah scrolling.
  6. Syukuri nikmat penglihatan dan hati. Setiap kali membuka mata di pagi hari, ucapkan syukur kepada Allah karena masih diberi kesempatan untuk melihat dunia nyata, bukan hanya layar ponsel.

Renungan: Layar yang Menutup Cahaya

Bayangkan jika suatu hari mata ini benar-benar tak bisa melihat. Apa yang akan kita rasakan? Menyesal, tentu. Tapi lebih dari itu, betapa sedihnya jika selama hidup, mata hanya digunakan untuk melihat hal sia-sia dan hati tak pernah digunakan untuk mengenal Allah.

Banyak orang kini hidup dalam “kegelapan modern”. Bukan karena mati lampu, tapi karena cahayanya tertutup oleh layar-layar kecil yang memenjarakan jiwa. Cahaya iman perlahan padam, tergantikan oleh cahaya biru dari ponsel yang tak pernah padam.

Rasulullah mengingatkan dalam sebuah hadis:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)

Maka jagalah hati agar tetap hidup, meski dunia semakin canggih. Jangan sampai mata yang terbuka lebar justru tak mampu melihat kebenaran, dan hati yang berdetak malah tak lagi peka terhadap panggilan iman.

Gunakan Gadget, Jangan Menjadi Budak Gadget

Gadget hanyalah alat. Ia bisa menjadi sumber ilmu atau sumber kelalaian, tergantung siapa yang menggunakannya. Jika mengggunakan dengan niat baik dan terkendalikan dengan iman, maka ia menjadi jalan pahala. Tapi jika mengggunakan tanpa kendali dan penuh hawa nafsu, maka ia menjadi jalan menuju kebinasaan.

Mari kita renungkan kembali:
Apakah kita masih mengendalikan gadget, atau justru gadget yang mengendalikan kita?
Apakah mata ini masih digunakan untuk melihat ayat-ayat Allah, atau sekadar menatap dunia maya yang menipu? Apakah hati ini masih hidup dengan zikir, atau telah mati oleh notifikasi dunia?

Jangan tunggu sampai Allah benar-benar mengambil penglihatan dan menutup hati kita karena lalai. Gunakan nikmat penglihatan untuk melihat kebesaran-Nya, dan jagalah hati agar tetap bercahaya dengan iman.

Sebagaimana firman Allah:

“Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”
(QS. Al-Hajj: 46)

Maka, jangan sampai gadget membuat kita buta dua kali: buta mata dan buta hati. Gunakanlah teknologi untuk mendekat kepada Allah, bukan untuk menjauh dari-Nya. Sebab sesungguhnya kebahagiaan sejati bukan berada pada balik layar, melainkan pada hati yang hidup dengan cahaya iman.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.