Surau.co. Berteman adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Tidak ada yang bisa hidup sendiri, karena setiap jiwa diciptakan dengan kebutuhan untuk saling terhubung. Namun, dalam pandangan Islam, pertemanan bukan sekadar kebutuhan sosial—ia juga bernilai ibadah.
Berteman menjadi ibadah sosial ketika dilandasi niat baik, kasih sayang, dan keinginan untuk saling menolong dalam kebaikan. Allah berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Māidah [5]: 2)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap bentuk kerja sama yang mengarah pada kebaikan memiliki nilai ibadah. Maka, persahabatan yang sehat bukan sekadar hubungan emosional, tetapi juga bentuk ketaatan sosial kepada Allah.
Makna Persahabatan dalam Pandangan Islam
Dalam Islam, hubungan sosial memiliki tempat yang tinggi. Rasulullah ﷺ menempatkan silaturahmi, kasih sayang, dan ukhuwah sebagai fondasi kehidupan beriman.
Beliau bersabda:
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا
“Orang mukmin bagi mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling menguatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa hubungan antarsesama muslim seharusnya bersifat saling menopang. Dalam konteks ini, berteman menjadi ibadah karena ia memperkuat tali persaudaraan yang Allah perintahkan.
Persahabatan yang sejati bukan dibangun di atas kepentingan, melainkan atas dasar iman dan kasih sayang. Imam Al-Māwardī dalam Adāb ad-Dunyā wa ad-Dīn menerang:
الصَّدِيقُ الصَّالِحُ نِعْمَةٌ مِنْ نِعَمِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، يُذَكِّرُكَ إِذَا نَسِيتَ، وَيُسَدِّدُكَ إِذَا أَخْطَأْتَ.
“Teman yang saleh adalah nikmat dari nikmat dunia dan agama. Ia mengingatkanmu ketika engkau lupa, dan meluruskanmu ketika engkau salah.”
Bagi Al-Māwardī, sahabat bukan sekadar teman berbagi, tetapi penjaga jalan kebenaran. Maka, berteman dengan niat untuk saling menasihati dan memperbaiki diri adalah ibadah yang bernilai tinggi.
Berteman sebagai Cermin Keimanan
Persahabatan dalam Islam selalu dikaitkan dengan kualitas iman. Hubungan yang baik menunjukkan kejernihan hati dan akhlak seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
المرء على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang tergantung pada agama temannya, maka hendaklah kalian melihat dengan siapa kalian berteman.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hadits ini memberi pesan mendalam bahwa pilihan teman akan memengaruhi arah kehidupan. Berteman dengan orang saleh mengantarkan pada kebaikan, sedangkan bergaul dengan orang buruk bisa menyeret pada kesesatan.
Karena itu, memilih teman adalah bagian dari tanggung jawab spiritual. Teman yang baik bukan yang selalu memuji, tetapi yang berani menegur dengan kasih. Dalam hubungan seperti ini, teguran menjadi bentuk kasih sayang, bukan celaan. Maka, persahabatan sejati adalah ibadah yang menumbuhkan keimanan, bukan sekadar kenyamanan.
Dimensi Ibadah dalam Berteman
Berteman bisa menjadi ladang pahala ketika dijalani dengan niat ikhlas karena Allah. Bahkan, mencintai seseorang semata-mata karena Allah termasuk amalan yang tinggi nilainya. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ
“Barang siapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan karena Allah, maka ia telah sempurna imannya.” (HR. Abu Dawud)
Cinta karena Allah inilah yang menjadikan persahabatan bernilai ibadah. Berteman bukan lagi sekadar mencari teman bicara, tetapi juga teman menuju surga.
Orang yang menjalin pertemanan karena Allah akan menumbuhkan rasa saling menolong, saling doa, dan saling menjaga nama baik. Di sinilah letak keindahan sosial Islam: setiap relasi manusia dapat menjadi jalan menuju ridha Ilahi.
Tantangan Berteman di Era Modern
Zaman modern menawarkan banyak kemudahan, tetapi juga menimbulkan kesepian baru. Media sosial menghubungkan banyak orang, tetapi sering kali tanpa kedekatan batin. Kita memiliki banyak “teman”, namun sedikit yang benar-benar memahami.
Dalam suasana seperti ini, konsep ibadah sosial menjadi sangat relevan. Berteman tidak cukup dengan interaksi digital; ia membutuhkan kehadiran nyata, empati, dan perhatian.
Imam Al-Māwardī menerangkan dalam Adāb ad-Dunyā wa ad-Dīn:
مَنْ لَمْ يُخَالِطِ النَّاسَ لَمْ يَعْرِفْ طِيبَ مَعَاشِرَتِهِمْ، وَمَنْ لَمْ يَحْتَمِلْ أَذَاهُمْ لَمْ يَسْتَمْتِعْ بِصُحْبَتِهِمْ.
“Barang siapa tidak bergaul dengan manusia, ia tidak akan mengenal manisnya pertemanan; dan siapa yang tidak sabar atas gangguan mereka, ia tidak akan menikmati kebersamaan mereka.”
Kutipan ini mengajarkan bahwa pertemanan sejati menuntut kesabaran. Tidak ada hubungan tanpa ujian. Ibadah sosial berupa persahabatan justru diuji ketika perbedaan muncul. Orang yang beriman tidak lari dari konflik, tetapi mengelolanya dengan hikmah dan kasih sayang.
Persahabatan dan Akhlak: Dua Hal yang Saling Menopang
Akhlak yang baik adalah fondasi dari hubungan sosial yang sehat. Berteman tanpa akhlak hanya melahirkan kepura-puraan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu.” (QS. Al-Hujurat [49]: 10)
Ayat ini menegaskan bahwa ukhuwah bukan sekadar hubungan sosial, tetapi kewajiban moral. Persahabatan yang baik melatih seseorang untuk menahan amarah, memaafkan, dan menjaga lisan.
Orang yang baik dalam berteman akan mudah didekati karena kelembutannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ الأَصْحَابِ عِندَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ
“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang paling baik terhadap temannya.” (HR. Tirmidzi)
Dengan demikian, berteman menjadi bentuk ibadah ketika akhlak menjadi jantungnya. Senyum, kepedulian, dan kejujuran yang kita berikan kepada teman sejatinya adalah amal saleh yang mengundang rahmat.
Berteman dengan Niat yang Benar
Segala amal tergantung pada niatnya. Begitu juga pertemanan. Jika niatnya karena dunia, maka nilainya berhenti di dunia. Namun, jika niatnya karena Allah, maka nilainya sampai ke akhirat.
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa pada hari kiamat, Allah akan memanggil:
“Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku? Hari ini Aku akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku, pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku.” (HR. Muslim)
Hadits ini menggambarkan betapa agungnya cinta persaudaraan karena Allah. Teman yang saling mendoakan, saling menasihati, dan saling menguatkan dalam iman akan mendapatkan perlindungan istimewa di akhirat kelak.
Karena itu, niat menjadi pembeda antara hubungan sosial biasa dan ibadah sosial. Ibadah sosial tidak menuntut ritual khusus, tetapi keikhlasan dalam menjalin hubungan antarmanusia.
Menjaga Pertemanan Sebagai Amanah
Persahabatan yang baik membutuhkan pemeliharaan. Ia ibarat taman yang harus disiram dengan doa, perhatian, dan kejujuran. Banyak pertemanan rusak bukan karena perbedaan besar, tetapi karena kealpaan menjaga hal kecil: lupa meminta maaf, enggan berterima kasih, atau sibuk dengan diri sendiri.
Islam mengajarkan bahwa setiap hubungan adalah amanah. Rasulullah ﷺ bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
“Tidaklah sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjaga hubungan baik berarti menjaga iman. Setiap kali kita menahan emosi demi mempertahankan persahabatan, sesungguhnya kita sedang beribadah. Karena itu, berteman dengan niat memperbaiki diri dan menebar kasih adalah bentuk nyata dari ibadah sosial.
Penutup
Berteman itu ibadah sosial. Ia tidak hanya menghubungkan hati manusia, tetapi juga membuka jalan menuju kasih Tuhan. Teman sejati bukan yang selalu bersama di masa senang, tetapi yang mengingatkan saat kita mulai jauh dari kebenaran.
Persahabatan sejati adalah doa yang berjalan, ia hidup di antara nasihat dan senyum,
antara sabar dan keikhlasan, antara dunia dan akhirat. Jangan remehkan satu pelukan, satu perhatian, atau satu doa dari sahabat, karena bisa jadi di sanalah Allah menyimpan rahmat yang besar.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
