Opinion
Beranda » Berita » Kebenaran Ilmiah dan Warisan Nubuwah: Peringatan Aqiqah dan Ilmu

Kebenaran Ilmiah dan Warisan Nubuwah: Peringatan Aqiqah dan Ilmu

Kebenaran Ilmiah dan Warisan Nubuwah: Peringatan Aqiqah dan Ilmu
Kebenaran Ilmiah dan Warisan Nubuwah: Peringatan Aqiqah dan Ilmu

 

SURAU.CO – Jangan sekali-kali beranggapan bahwa hanya Rasūlullāh ﷺ yang memahami makna Al-Qur’an.
Ucapan seperti itu bisa menyeret pada rusaknya iman, bahkan membatalkan Islam.

Al-Qur’an bukan sekadar kitab bacaan, melainkan wahyu petunjuk bagi seluruh umat manusia untuk dipahami, diamalkan, dan dijadikan pedoman hidup.
Rasūlullāh ﷺ memang penerima wahyu pertama, namun beliau mewariskan ilmunya kepada para sahabat, tabi‘in, dan ulama, agar setiap generasi mampu memahami kandungan kalamullah dengan bimbingan ilmu yang benar.

Maka siapa yang berkata bahwa makna Al-Qur’an tidak bisa dipahami selain Nabi ﷺ, sesungguhnya ia menutup pintu ilmu, menolak warisan nubuwah, dan menyalahi ijma‘ ulama.
Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi.”

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

𝗥𝘂𝗸𝘂𝗻 𝗜𝗺𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗕𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮 𝗞𝗲𝘆𝗮𝗸𝗶𝗻𝗮𝗻 𝗠𝗲𝗻𝘆𝗶𝗺𝗽𝗮𝗻𝗴

Dalam Rukun Iman, setiap Muslim wajib beriman kepada:

  1. 𝗞𝗶𝘁𝗮𝗯 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 — meyakini bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia.
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman;

> “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.” (QS. Al-Baqarah:185)

  1. 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹 — meyakini bahwa Rasulullah ﷺ menyampaikan dan menjelaskan wahyu agar umat memahaminya.
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman;

> “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar engkau menjelaskan kepada manusia” (QS. An-Nahl:44)

Jika seseorang berkata bahwa hanya Rasul yang memahami maknanya, berarti ia menafikan fungsi Al-Qur’an sebagai hidayah, dan menolak tugas Rasul sebagai pengajar wahyu.
Itu bertentangan langsung dengan dua rukun iman tersebut.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

𝗧𝗮𝗺𝗽𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗕𝗮𝗴𝗶 𝗣𝗼𝗹𝗮 𝗣𝗶𝗸𝗶𝗿 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿

Waspadalah terhadap racun sekulerisme yang menimbulkan akal lemah dan perasaan sesat.
Sekulerisme memisahkan akal dari wahyu, menuhankan logika, menolak bimbingan ilahi.
Akhirnya manusia menafsirkan agama tanpa ilmu, menilai ayat dengan hawa nafsu, dan menjadikan emosi sebagai ukuran kebenaran.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman;

> “Dan siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit.”

(QS. Ṭāhā:124)

Ketika seseorang berani berkata bahwa Al-Qur’an tidak bisa dipahami dengan pemahaman Rasulullah ﷺ dan para sahabat, maka sesungguhnya ia telah menolak petunjuk wahyu dan membuka jalan menuju kesesatan dan menghantarkan dia kedalm jurang kebodohan yang semakin dalam.

𝗧𝗮𝗺𝗽𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗟𝗼𝗴𝗶𝗸𝗮 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗕𝗲𝗿𝗼𝗽𝗶𝗻𝗶 𝗧𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗜𝗹𝗺𝘂

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Seseorang yang menjustifikasi Al-Qur’an tanpa ilmu sejatinya mengakui kekosongan akalnya sendiri.
Akal yang tidak disinari wahyu hanyalah wadah gelap yang dikuasai hawa nafsu. Ketika nafsu menguasai logika, kebenaran tertutup, dan kesesatan terlihat indah.

Itulah 𝗸𝗲𝗵𝗮𝗻𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗽𝗶𝗸𝗶𝗿 ketika manusia 𝗺𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮 𝗽𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝘁𝗮𝗵𝘂 tanpa mepelajarinya, padahal ia belum mengenal Allah dan belum memahami kitab-Nya.

𝗠𝘂𝘀𝘂𝗵-𝗠𝘂𝘀𝘂𝗵 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗠𝗲𝗺𝗽𝗲𝗹𝗮𝗷𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗠𝗲𝗹𝗲𝗺𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗨𝗺𝗮𝘁

Sebaliknya, musuh-musuh Islam justru mempelajari Al-Qur’an dengan penuh kesungguhan, bukan untuk beriman, tapi untuk melemahkan umat.
Mereka ingin mencabut mukjizat terbesar dari dada kaum Muslimin agar umat mudah diarahkan, dilemahkan semangatnya, dan dirampas kehormatannya.

𝗖𝗮𝘁𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗛𝗶𝘀𝘁𝗼𝗿𝗶𝘀 𝗦𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁:

Sejak abad ke-18 dan 19, para orientalis Barat meneliti Al-Qur’an dari sudut sekuler dan kolonial
Mereka menulis tafsir “rasional” yang menolak mukjizat dan wahyu, untuk meruntuhkan otoritas ulama serta menanamkan keraguan dalam akidah umat.

Namun usaha itu selalu gagal, karena Allah telah menjamin penjagaan kitab-Nya bukan hanya lafaznya, tapi juga maknanya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman;

> “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

(QS. Al-Ḥijr:9)

𝗞𝗘𝗠𝗕𝗔𝗟𝗜𝗟𝗔𝗛 𝗞𝗘𝗣𝗔𝗗𝗔 𝗪𝗔𝗛𝗬𝗨 𝗗𝗔𝗡 𝗨𝗟𝗔𝗠𝗔 – 𝗧𝗔𝗠𝗘𝗡 𝗗𝗜 𝗧𝗘𝗡𝗚𝗔𝗛 𝗚𝗘𝗟𝗔𝗣𝗡𝗬𝗔 𝗙𝗜𝗞𝗜𝗥 𝗦𝗘𝗞𝗨𝗟𝗘𝗥

Ketika Akal Tanpa Wahyu, Maka Nafsu Jadi Tuhan

Ketahuilah, salah satu tanda kerusakan zaman adalah ketika manusia lebih percaya pada opini pribadi daripada kalam Rabb-nya
Akal tanpa wahyu hanyalah pedang tumpul ia bisa menusuk pemiliknya sendiri. Dan perasaan tanpa iman hanyalah badai yang mengguncang kebenaran hingga hilang arah.

𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿𝗶𝘀𝗺𝗲 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗳𝗶𝘁𝗻𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗺𝗶𝗸𝗶𝗿𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗯𝗲𝘀𝗮𝗿 𝗮𝗯𝗮𝗱 𝗶𝗻𝗶: ia menjadikan manusia berpikir tanpa Allah, menilai benar-salah tanpa Rasul, dan menafsirkan wahyu dengan hawa nafsu.
Inilah racun halus yang menjauhkan umat dari sumber kekuatan terbesar mereka Al-Qur’an.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman;

> “Mereka menjadikan hawa nafsu mereka sebagai tuhan.”

(QS. Al-Jāthiyah: 23)

Ketika nafsu telah menjadi pengendali, maka tidak ada lagi tadabbur, tidak ada lagi rujukan kepada ulama, dan tidak ada lagi rasa takut kepada Allah. Yang tersisa hanyalah akal yang berdebat dengan Tuhan-nya dan lidah yang berani menilai ayat dengan logika sendiri.

𝗞𝗲𝗯𝗮𝗻𝗴𝗸𝗶𝘁𝗮𝗻 𝗗𝗶𝗺𝘂𝗹𝗮𝗶 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗞𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗸𝗲 𝗧𝗮𝗱𝗮𝗯𝗯𝘂𝗿

Ingatlah, Al-Qur’an adalah kitab tadabbur, bukan kitab diam.
Ia hidup di dada orang-orang yang membaca, memahami, dan berjuang dengan ilmunya.

Allah tidak menurunkan wahyu untuk disimpan di rak, tetapi untuk menggerakkan hati dan memperbaiki dunia.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman;

> “Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”

(QS. Ṣād: 29)

Barangsiapa meninggalkan tadabbur, maka ia akan hidup dalam gelapnya kebodohan. Dan barangsiapa menafsirkan tanpa ilmu, maka ia telah membuka pintu kehancuran.

𝗝𝗮𝗻𝗷𝗶 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗠𝗲𝗻𝗷𝗮𝗴𝗮 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻

Sebesar apa pun usaha manusia menyelewengkan maknanya, Allah telah menjamin penjagaan Al-Qur’an, baik lafaz maupun maknanya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman;

> “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

(QS. Al-Ḥijr: 9)».

Maka siapa yang mencoba mengaburkan maknanya, atau menjauhkan umat dari pemahaman Rasulullah ﷺ, sesungguhnya ia sedang menentang penjagaan Allah sendiri dan pasti akan kalah dengan egonya dan kesombongan yang membodohkan dirinya sendiri.

𝗞𝗲𝘀𝗶𝗺𝗽𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗜𝗹𝗺𝗶𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗧𝗲𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶𝘀

Al-Qur’an adalah wahyu abadi, diturunkan untuk dipahami oleh seluruh manusia dengan bimbingan Rasulullah ﷺ dan ulama pewarisnya.

Menganggap hanya Nabi ﷺ yang bisa memahaminya adalah kesesatan akidah yang menafikan dua rukun iman: iman kepada kitab dan kepada rasul.

Umat wajib kembali mempelajari tafsir dan tadabbur berdasarkan manhaj salaf agar tetap dalam cahaya wahyu.

𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝗗𝗮𝗸𝘄𝗮𝗵

Wahai kaum Muslimin,
bangkitlah dari kelalaian dan arus tafsir modern yang menyesatkan!
Pelajarilah Al-Qur’an sebagaimana Rasulullah ﷺ dan para ulama salaf memahaminya.
Jangan biarkan akal dipimpin nafsu dan sekulerisme.
Hidupkan kembali Al-Qur’an dalam dada dan amal  karena siapa yang hidup dengan Al-Qur’an, maka Allah akan menjaganya bersama kitab-Nya.

Wahai penuntut ilmu,
wahai pengemban risalah akhir zaman
Bangkitlah dengan Al-Qur’an sebagaimana Rasulullah ﷺ bangkit dari gua Hira.

Jadikan setiap hurufnya cahaya yang menuntun akalmu, dan setiap maknanya pedoman dalam amalmu.
Karena umat tidak akan kuat tanpa wahyu, dan wahyu tidak akan hidup tanpa umat yang berilmu.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman;

> “Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”

(QS. Al-Mujādalah: 11)

𝗧𝗲𝗴𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗧𝗮𝗺𝗲𝗻𝗴 𝗣𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮𝗯𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺

Bila sekulerisme melemahkan akal, maka imanlah yang menguatkan.
Bila logika menipu, maka wahyu yang menuntun.
Dan bila musuh mempelajari Al-Qur’an untuk menghancurkan, maka kita wajib mempelajarinya untuk menegakkan kembali kehormatan umat.

Umat yang berpegang teguh pada Al-Qur’an akan kembali memimpin dunia dengan cahaya ilmu, bukan dengan kekuasaan kosong.

Karena kekuatan sejati bukan di tangan mereka yang banyak bicara tetapi di tangan mereka yang menafsirkan Al-Qur’an dengan iman dan menegakkan kebenaran dengan ilmu.

𝗣𝗲𝗻𝘂𝘁𝘂𝗽

Al-Qur’an adalah amanah, bukan sekadar bacaan.
Jangan biarkan akalmu terpisah dari wahyu, dan jangan biarkan perasaanmu menyalip imanmu.
Karena ketika wahyu dibuang dari cara berpikir, maka setanlah yang akan menjadi guru.

Kembalilah kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan jalan ulama, bukan opini dan juga tidak mengikuti mengikuti ulama palsu tapi menindaknya kejalan yang lurus dengan adil.

Itulah satu-satunya jalan agar aqidah tetap selamat dan Islam kembali tegak dengan kemuliaannya.

Sebarkan dakwah ini di setiap ruang, di setiap hati, dan di setiap medan,  agar bumi kembali damai di bawah naungan wahyu.

𝗗𝗲𝘀𝗮𝗸 𝗠𝗨𝗜 𝗦𝗲𝗴𝗲𝗿𝗮 𝗕𝗲𝗿𝘁𝗶𝗻𝗱𝗮𝗸!
𝘒𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝙛𝙖𝙩𝙬𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙢 𝙙𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 karena menjaga akidah 245 juta umat Islam adalah amanah MUI yang hidup dan dibiayai dari pajak dan harta Umat dari hak kekayaan SDA negeri ini!

𝗝𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗮𝗿𝘂𝘀 𝗸𝗲𝗯𝗮𝗻𝗴𝗸𝗶𝘁𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮𝗯𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗸𝗲𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗸𝗲𝗺𝗮𝗷𝘂𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗱𝗮𝘀𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗪𝗮𝗵𝘆𝘂 𝗜𝗹𝗮𝗵𝗶.

𝙂𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊

Islam — Sumber Ilmu Pengetahuan dan Cahaya Akhir Zaman. (Rahmat Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement