Opinion
Beranda » Berita » Piagam Madinah: Konstitusi Pertama dalam Sejarah Islam

Piagam Madinah: Konstitusi Pertama dalam Sejarah Islam

Piagam Madinah: Konstitusi Pertama dalam Sejarah Islam
Piagam Madinah: Konstitusi Pertama dalam Sejarah Islam
DAFTAR ISI

 

SURAU.CO – Ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ pada tahun 1 Hijriah / 622 M di Madinah. Sumber utama: Sirah Ibnu Hisyam, Kitab al-Amwāl karya Abu ‘Ubaid, al-Bidāyah wa an-Nihāyah karya Ibnu Katsīr.

𝗣𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵𝘂𝗹𝘂𝗮𝗻 𝗛𝗶𝘀𝘁𝗼𝗿𝗶𝘀

Piagam Madinah (الوثيقة المدينة) merupakan dokumen politik dan sosial tertulis pertama dalam sejarah Islam, yang ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ setelah hijrah dari Makkah ke Madinah.

𝗧𝘂𝗷𝘂𝗮𝗻 𝘂𝘁𝗮𝗺𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘢𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘬𝘢𝘵 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘢𝘥𝘪𝘭𝘢𝘯, 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘵𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘮𝘢𝘪, 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘨𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘯𝘦𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘙𝘢𝘴𝘶𝘭𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩 ﷺ.

Piagam ini berisi 47 pasal yang mengatur hubungan antara kaum Muhajirin, Anshar, dan kaum Yahudi di Madinah, meliputi aturan sosial, politik, ekonomi, hukum, dan pertahanan.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

𝗣𝗲𝗿𝘀𝗮𝘁𝘂𝗮𝗻 𝗨𝗺𝗮𝘁 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 (𝗣𝗮𝘀𝗮𝗹 𝟭–𝟱)

  1. Kaum Muhajirin dari Quraisy dan kaum Anshar adalah satu umat (ummah wāhidah) di hadapan manusia lainnya.

  2. Setiap kabilah Muslim tetap memikul tanggung jawab terhadap anggotanya sesuai tradisi yang adil.

  3. Kaum mukminin tidak boleh membiarkan saudara mereka terbebani utang atau kesulitan tanpa bantuan.

  4. Seorang mukmin tidak boleh mengadakan perjanjian dengan pihak lain tanpa seizin kaum mukminin seluruhnya.

  5. Kaum mukminin adalah satu tangan dalam menghadapi siapa pun yang berbuat zalim atau menimbulkan kerusakan.

    Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Dalil pendukung:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:

> “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS. Al-Ḥujurāt: 10)

𝗣𝗿𝗶𝗻𝘀𝗶𝗽 𝗞𝗲𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗔𝗺𝗮𝗻𝗮𝗵 (𝗣𝗮𝘀𝗮𝗹 𝟲–𝟭𝟬)

  1. Orang yang paling bertakwa adalah yang paling mulia dan berhak dalam perjanjian ini.

  2. Tidak ada dosa seorang mukmin yang ditanggung oleh mukmin lain.

    Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

  3. Kaum mukminin bersatu melawan pelaku kezaliman, walaupun dia kerabat dekat.

  4. Tidak boleh memberikan perlindungan kepada musuh Allah atau penindas kaum mukminin.

  5. Seorang mukmin tidak boleh membunuh mukmin lain demi kepentingan orang kafir, atau menolong mereka melawan Islam.

Dalil pendukung:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:

> “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Mā’idah: 2)

𝗣𝗲𝗿𝘀𝗮𝘁𝘂𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗿𝗹𝗶𝗻𝗱𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗦𝗼𝘀𝗶𝗮𝗹 (𝗣𝗮𝘀𝗮𝗹 𝟭𝟭–𝟭𝟰)

  1. Perlindungan Allah adalah satu; siapa pun di antara kaum Muslimin yang memberi perlindungan, maka sah bagi semuanya.

  2. Kaum Yahudi yang bersekutu dengan umat Islam mendapat perlindungan dan hak yang sama selama mereka tidak berkhianat.

  3. Semua pihak wajib saling membantu jika Madinah diserang musuh.

  4. Perdamaian dan peperangan hanya boleh diputuskan oleh Rasulullah ﷺ.

𝗞𝗮𝘂𝗺 𝗬𝗮𝗵𝘂𝗱𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗡𝗼𝗻-𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺 (𝗣𝗮𝘀𝗮𝗹 𝟭𝟱–𝟮𝟭)

  1. Kaum Yahudi Bani ‘Auf adalah satu umat bersama kaum mukminin, dengan agama mereka sendiri, dan kaum Muslimin dengan agama mereka.

  2. Kaum Yahudi dari Bani Najjar, Harits, Sa’idah, Jusham, Aus, Tha’labah, dan sekutu mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti Bani ‘Auf.

  3. Kaum Yahudi dan kaum Muslimin menanggung biaya masing-masing dalam urusan mereka.

  4. Kedua pihak saling menolong menghadapi musuh bersama.

  5. Tidak boleh salah satu pihak membuat perjanjian damai tanpa izin Rasulullah ﷺ.

  6. Kaum Yahudi tidak boleh menolong Quraisy atau musuh lain yang memerangi Islam.

  7. Jika terjadi perselisihan besar, keputusan dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya ﷺ

𝗞𝗲𝗮𝗺𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗱𝗶𝗻𝗮𝗵 (𝗣𝗮𝘀𝗮𝗹 𝟮𝟮–𝟮𝟳)

  1. Madinah adalah tanah haram (kawasan suci) bagi semua pihak yang terikat dalam perjanjian.

  2. Semua penduduk wajib membela Madinah jika diserang musuh.

  3. Tidak boleh membantu musuh luar.

  4. Kaum Yahudi turut membiayai perang jika terjadi serangan.

  5. Tidak boleh ada pengkhianatan atau pelanggaran di antara penduduk.

  6. Tidak seorang pun boleh keluar berperang tanpa izin Rasulullah ﷺ.

𝗛𝘂𝗸𝘂𝗺 𝗱𝗮𝗻 𝗧𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴 𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 (𝗣𝗮𝘀𝗮𝗹 𝟮𝟴–𝟯𝟮)

  1. Tidak boleh menolong penjahat atau melindungi pengkhianat.

  2. Siapa yang berbuat jahat akan menanggung akibatnya sendiri.

  3. Tidak ada tanggung jawab atas kejahatan orang lain.

  4. Allah bersama orang yang paling bertakwa dan menepati janji.

  5. Tidak boleh melindungi Quraisy atau siapa pun yang memerangi kaum mukminin.

𝗞𝗲𝗽𝗲𝗺𝗶𝗺𝗽𝗶𝗻𝗮𝗻 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 ﷺ (𝗣𝗮𝘀𝗮𝗹 𝟯𝟯–𝟰𝟭)

  1. Kaum Yahudi dan Muslim wajib saling menasihati dan tidak berbuat zalim.

  2. Madinah adalah wilayah aman bagi semua pihak yang menepati perjanjian.

  3. Tidak boleh menciptakan kekacauan atau merusak keamanan.

  4. Jika muncul fitnah, penyelesaian dikembalikan kepada Rasulullah ﷺ.

  5. Tidak boleh membuat perjanjian terpisah.

  6. Quraisy dan sekutunya tidak boleh diberi perlindungan.

  7. Semua pihak wajib membantu melawan penyerang Madinah.

  8. Tidak boleh melindungi pelaku kejahatan.

  9. Pelanggar perjanjian akan mendapat hukuman dari Allah dan Rasul-Nya.

𝗣𝗲𝗻𝘂𝘁𝘂𝗽 (𝗣𝗮𝘀𝗮𝗹 𝟰𝟮–𝟰𝟳)

  1. Piagam ini tidak melindungi orang zalim dan pengkhianat.

  2. Siapa pun yang keluar berperang atau tinggal di rumah berada dalam perlindungan Allah dan Rasul-Nya.

  3. Piagam ini berlaku bagi seluruh penduduk Madinah — Muslim maupun non-Muslim — selama mereka setia.

  4. Allah adalah pelindung yang paling kuat atas isi perjanjian ini.

  5. Rasulullah ﷺ adalah pemimpin (hakim dan kepala negara) bagi semua pihak.

  6. Piagam ini menjadi dasar hukum, pemerintahan, dan sistem sosial pertama dalam sejarah Islam.

𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝗗𝗮𝗸𝘄𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗲𝘀𝗮𝗱𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗨𝗺𝗮𝘁

𝗪𝗮𝗵𝗮𝗶 𝗸𝗮𝘂𝗺 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺𝗶𝗻,
Piagam Madinah bukan sekadar dokumen sejarah — ia adalah pijakan bagi sistem pemerintahan Islam yang berdaulat, adil, dan berpihak pada ketakwaan.
Di tengah zaman sekularisme dan demokrasi yang memisahkan agama dari kehidupan, Piagam Madinah mengingatkan kita bahwa syariat adalah fondasi peradaban sejati.

Rasulullah ﷺ Bersabda:

> “Kemudian akan ada Khilafah ‘ala Minhāj an-Nubuwwah.”

(HR. Ahmad)

Mari kita kembalikan kesadaran umat pada nilai-nilai tawhid, persatuan, dan keadilan ilahi, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ di Madinah.

𝗗𝗮𝗳𝘁𝗮𝗿 𝗣𝘂𝘀𝘁𝗮𝗸𝗮

  1. Ibnu Hisyam, As-Sīrah an-Nabawiyyah, Juz 2, Beirut: Dar al-Ma‘rifah.
  2. Ibnu Katsir, Al-Bidāyah wa an-Nihāyah, Juz 3, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
  3. Abu ‘Ubaid, Kitāb al-Amwāl, Beirut: Dar al-Fikr.
  4. Dr. Muhammad Hamidullah, The First Written Constitution in the World, Hyderabad, 1941.
  5. Prof. Akram Dhiya al-‘Umari, As-Sīrah an-Nabawiyyah as-Sahīhah, Madinah: Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam.
  6. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, ABIM, 1978.
  7. Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsīr al-Munīr, Juz 10–12

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيدنا محمدٍ، وعلى آله وصحبه أجمعين.

𝗪𝗮𝗵𝗮𝗶 𝗸𝗮𝘂𝗺 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺𝗶𝗻, 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 ﷺ 𝗱𝗶 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵 𝗽𝗲𝗻𝗷𝘂𝗿𝘂 𝗻𝗲𝗴𝗲𝗿𝗶

Ketahuilah bahwa Piagam Madinah bukan sekadar dokumen sejarah — ia adalah konstitusi pertama Islam, dibangun atas dasar tauhid, keadilan, dan persaudaraan sejati.

Di bawah bimbingan Rasulullah ﷺ, kaum Muhajirin dan Anshar bersatu menjadi umat yang satu (أُمَّةً وَاحِدَةً), menjunjung tinggi keadilan, menolak kezhaliman, dan hidup dalam perlindungan hukum Allah.

Namun hari ini, banyak umat terpecah oleh paham sekularisme, nasionalisme, dan demokrasi buatan manusia, yang memisahkan agama dari kehidupan, memecah umat menjadi golongan, dan melupakan syariat Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:

> “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.”

(QS. Al-Māidah: 49)

Dan Rasulullah ﷺ telah bersabda:

> “Akan datang sesudahku kekhilafahan yang berjalan di atas manhaj kenabian.”

(HR. Ahmad, Abu Dawud).

𝗪𝗮𝗵𝗮𝗶 𝗨𝗺𝗮𝘁 𝗡𝗮𝗯𝗶 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗺𝗺𝗮𝗱 ﷺ

Bangkitlah dari kelalaian.
Satukan barisan, kuatkan ukhuwah, dan kembalilah kepada Syariat Islam secara kaffah (menyeluruh) agar kita tidak sesat oleh hawa nafsu dunia dan sistem kufur.

Tegakkanlah kembali:

Keadilan sebagaimana ditegakkan Rasulullah ﷺ di Madinah,

Persatuan sebagaimana dipimpin oleh Khulafā’ ar-Rāsyidīn,

Dan tauhid murni tanpa sekularisme dan kemunafikan.

𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗣𝗮𝗿𝗮 𝗨𝗹𝗮𝗺𝗮, 𝗔𝘀𝗮𝘁𝗶𝗱𝘇, 𝗱𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝘆𝗲𝗿𝘂 𝗗𝗮𝗸𝘄𝗮𝗵

Sebarkanlah kembali isi Piagam Madinah di setiap mimbar, majelis, dan ruang pendidikan Islam.
Jadikan ia dasar memahami politik Islam, keadilan sosial, dan tatanan masyarakat tauhid.
Bangun kesadaran bahwa Islam bukan hanya ibadah ritual, tetapi sistem kehidupan yang sempurna.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman :

> “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan.”

(QS. Al-Baqarah: 208)

𝗣𝗲𝗻𝘂𝘁𝘂𝗽 𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻

Wahai saudara seiman, janganlah kita puas hidup di bawah bayang-bayang sistem buatan manusia,sementara hukum Allah kita tinggalkan.
𝗦𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗲𝗺𝘂𝗹𝗶𝗮𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗸𝗲𝘁𝗮𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹-𝗡𝘆𝗮.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:

> “Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

(QS. Muhammad: 7)

𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝗶𝗻𝗶 𝗱𝗶𝘀𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗯𝗲𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗰𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝗡𝗮𝗯𝗶 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗺𝗺𝗮𝗱 ﷺ, 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗸𝗶𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝘀𝗮𝗱𝗮𝗿𝗮𝗻 𝘁𝗮𝘂𝗵𝗶𝗱, 𝗸𝗲𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗻, 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝘀𝗮𝘁𝘂𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗯𝗮𝘄𝗮𝗵 𝗦𝘆𝗮𝗿𝗶𝗮𝘁 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺.

𝙂𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊

Islam — Sumber Ilmu Pengetahuan dan Cahaya Akhir Zaman. (Rahmat Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement