Opinion
Beranda » Berita » Ulama Keras Terhadap Pemimpin Zalim

Ulama Keras Terhadap Pemimpin Zalim

Ulama Keras Terhadap Pemimpin Zalim
Ulama Keras Terhadap Pemimpin Zalim

 

SURAU.CO – Sejarah Islam adalah sejarah jihad: perlawanan terhadap kezaliman, penindasan, dan penguasa yang menyimpang dari hukum Allah.

Dalam setiap zaman, ulama tampil bukan hanya sebagai guru dan pengajar, melainkan benteng terakhir umat. Mereka menjaga akidah, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dan menolak tunduk kepada penguasa zalim.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka…” (QS. Hud: 113)

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Sabda Rasulullah ﷺ:

“Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya (kepada kebaikan) dan melarangnya (dari kezaliman), kemudian penguasa itu membunuhnya.” (HR. al-Hakim, hasan)

𝗕𝗔𝗕 𝗜: 𝗨𝗟𝗔𝗠𝗔 𝗠𝗨𝗝𝗔𝗛𝗜𝗗 𝗞𝗟𝗔𝗦𝗜𝗞

  1. Imam Ahmad bin Hanbal (164–241 H)
    Pendiri Mazhab Hanbali. Beliau hidup di era Abbasiyah, ketika khalifah memaksakan doktrin sesat Mu’tazilah bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Imam Ahmad menolak, sehingga dipenjara, dicambuk, bahkan diancam hukuman mati. Pesannya:

“Bagaimana aku mengatakan sesuatu yang tidak pernah dikatakan Rasulullah ﷺ dan para sahabat?”

  1. Ibn Taymiyyah (661–728 H)
    Ulama besar Damaskus, hidup di masa serangan Mongol. Beliau menolak penguasa Mongol yang mengaku Islam namun berhukum dengan selain syariat. Ia berkali-kali dipenjara dan akhirnya wafat di penjara.
    Pesannya:

“Siapa yang berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah, maka ia adalah thaghut.” (Majmu’ Fatawa)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

  1. Ibn Qayyim al-Jauziyyah (691–751 H)
    Murid utama Ibn Taymiyyah. Membela gurunya dengan karya-karya besar seperti I’lam al-Muwaqqi’in. Mereka memenjara dan menyiksa dia bersama gurunya.
    Pesannya:

“Syariat itu adalah keadilan seluruhnya. Mereka mengubah hukum yang adil menjadi zalim, itu bukanlah syariat.”

𝗨𝗟𝗔𝗠𝗔 𝗠𝗨𝗝𝗔𝗛𝗜𝗗 𝗡𝗨𝗦𝗔𝗡𝗧𝗔𝗥𝗔

  1. Tuanku Imam Bonjol (1772–1864)
    Pemimpin Perang Padri melawan Belanda dan adat menyimpang di Minangkabau. Mereka menangkap dan mengasingkannya ke Manado dan Minahasa hingga dia wafat.
    Semboyan:

“Hidup mulia atau mati syahid.”

  1. Ulama Padri (Tuanku Nan Renceh, Tuanku Pasaman, dll.)
    Menolak adat yang bertentangan syariat. Menghadapi serangan Belanda sekaligus oposisi dari bangsanya sendiri.
    Semboyan:

“Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.”

  1. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (1855–1916)
    Imam Besar Masjidil Haram, asal Koto Gadang. Guru dari KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari. Mengkritik adat batil dan tarekat menyimpang.
    Pesannya:

“Syariat harus di atas adat, bukan adat di atas syariat.”

  1. KH. Hasyim Asy’ari (1871–1947)
    Pendiri NU. Mengeluarkan Resolusi Jihad (22 Oktober 1945) yang memicu pertempuran 10 November Surabaya.
    Pesannya:

“Berperang melawan penjajah adalah fardhu ‘ain atas setiap muslim.”

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

  1. KH. Ahmad Dahlan (1868–1923)
    Pendiri Muhammadiyah. Melawan kebodohan dan kemiskinan dengan pendidikan modern berbasis Al-Qur’an.
    Pesannya:

“Surat al-Ma’un adalah cermin: siapa mengabaikan fakir miskin, maka shalatnya dusta.”

  1. Pangeran Diponegoro (1785–1855)
    Pemimpin Perang Jawa (1825–1830) melawan Belanda. Ditangkap dengan tipu daya, diasingkan ke Makassar hingga wafat.
    Pesannya:

“Lebih baik hancur daripada dijajah.”

  1. Sultan Hasanuddin (1631–1670)
    Raja Gowa, dijuluki “Ayam Jantan dari Timur.” Melawan VOC Belanda hingga akhir hayatnya.
    Pesannya:

“Selama aku hidup, aku tidak akan tunduk pada Belanda.”

  1. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710–1812)
    Penulis Sabil al-Muhtadin, kitab fiqih yang jadi pedoman hukum Islam di kerajaan Banjar. Menentang adat batil dan sinkretisme.

𝗨𝗟𝗔𝗠𝗔 𝗠𝗨𝗝𝗔𝗛𝗜𝗗 𝗞𝗢𝗡𝗧𝗘𝗠𝗣𝗢𝗥𝗘𝗥

  1. Umar Mukhtar (1858–1931)
    Dikenal sebagai “Singa Padang Pasir.” Memimpin jihad melawan Italia di Libya selama 20 tahun. Ditangkap dan digantung.
    Pesan terakhir:

“Kita tidak menyerah. Kita akan menang atau mati syahid.”

  1. Syekh Abdul Qadir al-Jazairi (1808–1883)
    Pemimpin perlawanan Aljazair melawan Prancis. Ditangkap dan diasingkan.

  2. Hasan al-Banna (1906–1949)
    Pendiri Ikhwanul Muslimin. Melawan kolonialisme dan sekulerisme di Mesir. Dibunuh oleh rezim Mesir.

  3. Sayyid Quthb (1906–1966)
    Pemikir dan penulis Fi Zhilal al-Qur’an. Mengkritik rezim sekuler Mesir. Mereka memenjara, menyiksa, dan akhirnya menghukum gantung.
    Pesannya:

“Sesungguhnya jalan ini panjang, tetapi tidak ada jalan lain selain menegakkan hukum Allah.”

  1. Buya Hamka (1908–1981)
    Ulama besar, sastrawan, Ketua MUI pertama. Mengkritik penguasa Orde Lama, menolak intervensi politik dalam agama. Dipenjara oleh rezim Soekarno (1964–1966).
    Pesannya:

“Mereka mengorganisir kebatilan untuk mengalahkan kebenaran.”

  1. Abul A’la al-Maududi (1903–1979)
    Pendiri Jamaat-e-Islami di India–Pakistan. Menyerukan penerapan syariat Islam di negara baru. Berkali-kali dipenjara.

  2. Ruhullah Khomeini (1902–1989)
    Pemimpin Revolusi Iran 1979. Menggulingkan rezim Syah yang sekuler. Mereka membuangnya ke pengasingan sebelum dia kembali memimpin revolusi.

  3. Abdullah Azzam (1941–1989)
    Ulama Palestina. Pengobar semangat jihad di Afghanistan. Gugur dalam pemboman mobil.
    Pesannya:

“Jihad adalah fardhu ‘ain sampai bumi Palestina bebas dari penjajahan.”

  1. Mohammad Natsir (1908–1993)
    Perdana Menteri RI, ulama Masyumi. Menolak sekularisme, membela penerapan Islam. Mereka membungkam, memenjara, dan menjauhkan dari politik.

  2. Syafruddin Prawiranegara (1911–1989)
    Ketua PDRI, ulama–negarawan. Mereka berhasil menyelamatkan republik dari keterpurukan. Menolak rezim sekuler.

  3. KH. Isa Anshari (1916–1969)
    Tokoh Masyumi, orator ulung “Singa Podium.” Lantang mengkritik rezim. Dibungkam oleh Orde Lama.

  4. KH. Zainal Arifin Abbas (1909–1963)
    Politisi dan ulama Masyumi. Melawan sekularisme di parlemen. Ditahan oleh pemerintah.

  5. KH. Abdul Wahab Hasbullah (1888–1971)
    Pendiri NU. Menolak dominasi penjajah dan menyerukan kemandirian umat Islam.

𝗣𝗘𝗡𝗨𝗧𝗨𝗣

Dari abad ke-2 Hijriah hingga abad ke-20, dari Damaskus hingga Jakarta, ulama adalah penjaga umat. Dari sekian banyak Ulama yang berpengaruh menjaga Syariat dan Umat Islam yang tidak semuanya tertulis dalam makalah ini,  intinya dari Para Ulama terdahulu  Mereka mengajarkan bahwa:

  1. Kita harus melawan kezaliman dan menghentikannya sekarang juga.
  2. Syariat Allah harus di atas segalanya.
  3. Jihad adalah kewajiban sepanjang zaman, baik dengan pedang, pena, maupun amal.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah, dan ketaatan itu hanya untuk Allah semata.” (QS. Al-Baqarah: 193)

𝗦𝗘𝗥𝗨𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗞𝗪𝗔𝗛

Ulama sejati tidak pernah tunduk kepada penguasa zalim. Mereka adalah benteng terakhir umat, penegak amar ma’ruf nahi munkar, dan penjaga akidah dari fitnah kekuasaan.

Mari teruskan jejak jihad mereka dengan menyuarakan kebenaran, menolak kezaliman, dan menegakkan syariat Allah di atas segalanya.

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Khaliq.”
(HR. Ahmad)

#LawanKezaliman #SyariatDiAtasSegalanya #UlamaPejuang #AmarMarufNahiMunkar #IslamKaffah #DakwahTanpaTakut.  (Rahmat Daily)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement