Opinion
Beranda ยป Berita ยป Demokrasi adalah Tahyul Modern dalam Pendidikan, Ancaman Kebodohan Berkepanjangan

Demokrasi adalah Tahyul Modern dalam Pendidikan, Ancaman Kebodohan Berkepanjangan

Demokrasi adalah Tahyul Modern dalam Pendidikan, Ancaman Kebodohan Berkepanjangan
Demokrasi adalah Tahyul Modern dalam Pendidikan, Ancaman Kebodohan Berkepanjangan
DAFTAR ISIโˆ’

 

SURAU.CO – ๐—ž๐—ฒ๐˜๐—ถ๐—ธ๐—ฎ ๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—น ๐—ฑ๐—ถ๐—ฏ๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ฎ๐—บ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฒ๐—ฏ๐—ผ๐—ฑ๐—ผ๐—ต๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐—ถ๐—ฎ๐—ด๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ฎ๐—ป. Demokrasi hari ini bukan sekadar sistem politik, ia telah menjelma menjadi agama baru dalam dunia pendidikan. Diajarkan di sekolah, dihafal di kampus, seolah-olah menjadi kebenaran mutlak yang tak boleh digugat.

Padahal, demokrasi bukan ilmu, tapi kepercayaan kosong tanpa dasar wahyu.
Ia menipu dengan bahasa kebebasan, menyihir akal manusia agar tunduk pada suara mayoritas, bukan pada kebenaran dari Allah.

๐—”๐—ฆ๐—”๐—Ÿ-๐—จ๐—ฆ๐—จ๐—Ÿ ๐——๐—˜๐— ๐—ข๐—ž๐—ฅ๐—”๐—ฆ๐—œ: ๐——๐—”๐—ฅ๐—œ ๐—ฃ๐—”๐—š๐—”๐—ก๐—œ๐—ฆ๐— ๐—˜ ๐—ฌ๐—จ๐—ก๐—”๐—ก๐—œ

Fakta sejarah menunjukkan, konsep demokrasi berasal dari filsuf pagan Yunani:
Socrates, Plato, dan Aristoteles manusia yang menuhankan akal, namun menolak wahyu.

Mereka hidup dalam sistem penyembahan dewa-dewi, bukan dalam bimbingan Ilahi.
Mereka menjadikan ego manusia sebagai pusat nilai, dan dari sanalah lahir โ€œkebebasanโ€ tanpa arah.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Itulah akar sejati demokrasi: ego yang dibungkus rasionalitas, paganisme yang disamarkan dengan istilah modern.

๐——๐—˜๐— ๐—ข๐—–๐—ฅ๐—”๐—ฆ๐—œ ๐——๐—”๐—Ÿ๐—”๐—  ๐—ฃ๐—˜๐—ก๐——๐—œ๐——๐—œ๐—ž๐—”๐—ก: ๐—ง๐—”๐—›๐—ฌ๐—จ๐—Ÿ ๐— ๐—ข๐——๐—˜๐—ฅ๐—ก

Kini, sistem pendidikan sekuler menjadikan demokrasi sebagai dogma.
Diajarkan bahwa โ€œsuara rakyat adalah suara Tuhanโ€, bahwa โ€œkebebasan adalah puncak kemanusiaanโ€, dan bahwa โ€œsemua pendapat sama benarnya.โ€

Padahal pendidikan sejati seharusnya:

  1. ๐— ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ป ๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—น ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ ๐—ธ๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐—ต๐—ฎ๐—ธ๐—ถ๐—ธ๐—ถ, ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐—บ๐—ฎ๐˜†๐—ผ๐—ฟ๐—ถ๐˜๐—ฎ๐˜€.

  2. ๐— ๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ต ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฝ๐—ถ๐—ธ๐—ถ๐—ฟ ๐—ถ๐—น๐—บ๐—ถ๐—ฎ๐—ต, ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฝ๐—ถ๐—ธ๐—ถ๐—ฟ ๐—ฟ๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐˜๐—ถ๐˜ƒ๐—ถ๐˜€๐˜๐—ถ๐—ธ.

    Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

  3. ๐— ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—บ๐—ฏ๐˜‚๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ถ๐—บ๐—ฎ๐—ป, ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—บ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฒ๐˜€๐—ผ๐—บ๐—ฏ๐—ผ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—ฟ๐—ฎ๐˜€๐—ถ๐—ผ๐—ป๐—ฎ๐—น.

Tapi dalam demokrasi, siapa pun yang mempertanyakan sistemnya akan disingkirkan,
dicap fanatik, ekstrem, dan anti-kemajuan.
Inilah bukti bahwa demokrasi bukan sistem berpikir, tapi agama baru yang menolak kritik ilmiah dan kebenaran sejati. Agama pagan Yunani kuno yang berbentuk sistem politik.

๐— ๐—˜๐— ๐—•๐—จ๐—ก๐—š๐—ž๐—”๐—  ๐—”๐—ž๐—”๐—Ÿ ๐——๐—”๐—ก ๐— ๐—˜๐— ๐—•๐—ข๐——๐—ข๐—›๐—ž๐—”๐—ก ๐— ๐—”๐—ก๐—จ๐—ฆ๐—œ๐—”

Mendukung demokrasi sama saja dengan membungkam akal dari kebenaran.
Manusia memperbudak akal, dan memaksanya tunduk pada nafsu!.

Kebenaran bukan lagi apa yang benar, tapi apa yang populer.
Massa menentukan keadilan, bukan kebenaran!.

Inilah paradoks besar:
demokrasi yang katanya menjunjung kebebasan berpikir, justru membunuh kemampuan berpikir jernih.
Ia menciptakan generasi yang pintar secara teknis tapi bodoh secara moral, berani berdebat tapi takut pada kebenaran yang akirnya mengembalikan mereka pada kebodohan total jadi budak kekuasaan kapitalisย  dan alat industri.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

๐—œ๐—ฆ๐—Ÿ๐—”๐— : ๐—ฃ๐—˜๐—ก๐——๐—œ๐——๐—œ๐—ž๐—”๐—ก ๐—ง๐—”๐—จ๐—›๐—œ๐——, ๐—•๐—จ๐—ž๐—”๐—ก ๐—ฃ๐—˜๐—ก๐——๐—œ๐——๐—œ๐—ž๐—”๐—ก ๐—ง๐—”๐—›๐—ฌ๐—จ๐—Ÿ

Islam memuliakan akal, tapi mengikatnya dengan wahyu agar tidak tersesat oleh hawa nafsu.

Pendidikan tauhid mengajarkan kita menggunakan akal untuk mengenal Allah dan menegakkan kebenaran, bukan untuk menuhankan manusia!.

Kebebasan dalam Islam adalah kebebasan berpikir di bawah cahaya wahyu, bukan kebebasan menolak hukum Tuhan.
Inilah perbedaan mendasar antara pendidikan tauhid dan pendidikan demokratis yang sekuler dan kosong.

๐—•๐—จ๐—ž๐—ง๐—œ ๐—œ๐—Ÿ๐— ๐—œ๐—”๐—› ๐——๐—”๐—ก ๐—Ÿ๐—ข๐—š๐—œ๐—ž๐—” ๐—ฆ๐—˜๐—๐—”๐—ง๐—œ

Secara ilmiah,
demokrasi tidak pernah melahirkan peradaban berbasis kebenaran universal. Ia hanya melahirkan relativisme nilai, di mana kebenaran berubah sesuai selera dan suara terbanyak.

Secara logika,
demokrasi menyalahi akal itu sendiri.
Akal yang benar akan tunduk pada fakta dan kebenaran, bukan pada jumlah suara atau opini mayoritas.

Maka mendukung demokrasi adalah menyembah mayoritas, bukan menyembah kebenaran.

๐—ž๐—˜๐—ง๐—œ๐—ž๐—” ๐— ๐—”๐—ก๐—จ๐—ฆ๐—œ๐—” ๐— ๐—˜๐—ก๐—ฌ๐—˜๐— ๐—•๐—”๐—› ๐——๐—œ๐—ฅ๐—œ๐—ก๐—ฌ๐—” ๐—ฆ๐—˜๐—ก๐——๐—œ๐—ฅ๐—œ

Inilah hakekat demokrasi:
Mereka menurunkan Tuhan, lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai raja!.
Mereka menyusun hukum, menolak wahyu,
dan menamainya โ€œkemajuanโ€.

Namun, sesungguhnya itu adalah kebodohan yang berbalut kesombongan.
๐—ฆ๐—ฒ๐—ฏ๐—ฎ๐—ฏ ๐˜๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ ๐—ธ๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฏ๐—ฎ๐˜€๐—ฎ๐—ป ๐˜€๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐˜๐—ถ ๐—ฑ๐—ถ ๐—ฏ๐—ฎ๐˜„๐—ฎ๐—ต ๐—ป๐—ฎ๐—ณ๐˜€๐˜‚ ๐—บ๐—ฎ๐—ป๐˜‚๐˜€๐—ถ๐—ฎ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ ๐—ต๐—ฎ๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ธ๐—ฒ๐—ธ๐—ฎ๐—ฐ๐—ฎ๐˜‚๐—ฎ๐—ป ๐—บ๐—ผ๐—ฟ๐—ฎ๐—น ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฒ๐—ต๐—ฎ๐—ป๐—ฐ๐˜‚๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—น.

๐—ž๐—˜๐—ฆ๐—œ๐— ๐—ฃ๐—จ๐—Ÿ๐—”๐—ก: ๐—ง๐—”๐—›๐—ฌ๐—จ๐—Ÿ ๐—ฌ๐—”๐—ก๐—š ๐——๐—œ๐—•๐—จ๐—ก๐—š๐—ž๐—จ๐—ฆ ๐—ž๐—˜๐—•๐—˜๐—•๐—”๐—ฆ๐—”๐—ก

Demokrasi adalah tahyul modern:
Mereka membungkus warisan pagan Yunani dengan kata โ€œkebebasanโ€ dan โ€œkemanusiaanโ€!.
Ia menipu manusia agar merasa bebas,
padahal sebenarnya terbelenggu oleh hawa nafsu dan kesepakatan manusia.

Ia membuat manusia berilmu tanpa iman,
cerdas tanpa arah, dan akhirnya sesat dalam keyakinan palsu yang ia sebut rasionalitas.

๐—ฆ๐—˜๐—ฅ๐—จ๐—”๐—ก ๐—ง๐—”๐—จ๐—›๐—œ๐——

Kembalilah pada pendidikan tauhid.
Jadikan wahyu sebagai cahaya akal, bukan akal sebagai tandingan wahyu.
Mereka menyembah demokrasi, dan itu artinya mereka menyembah egonya sendiri!.

๐—ช๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—ถ ๐—ด๐˜‚๐—ฟ๐˜‚, ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ, ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ฝ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐˜ ๐—ถ๐—น๐—บ๐˜‚!
๐—•๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ถ๐˜๐—น๐—ฎ๐—ต serukan kembali pendidikan tauhid, pendidikan yang menjadikan Allah sumber kebenaran, bukan mayoritas manusia.

๐—ฆ๐—ฒ๐—ฏ๐—ฎ๐—ฟ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐—ถ๐—ป๐—ถ ๐—ฑ๐—ถ ๐˜€๐—ฒ๐˜๐—ถ๐—ฎ๐—ฝ ๐—บ๐—ฎ๐—ท๐—น๐—ถ๐˜€

Agar umat tidak tersesat oleh sistem yang lahir dari ego paganisme Yunani Kuno yang menyebabkan fungsi otak manusia kembali kosong.
Karena hanya pendidikan yang berlandaskan wahyu yang akan menyelamatkan akal, iman, dan masa depan bangsa.

๐—ž๐—น๐—ถ๐—ธ, ๐—ฏ๐—ฎ๐—ด๐—ถ๐—ธ๐—ฎ๐—ป, ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ท๐—ฎ๐—ฑ๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฏ๐—ฎ๐—ด๐—ถ๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ ๐—ธ๐—ฒ๐—ฏ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ถ๐˜๐—ฎ๐—ป ๐˜‚๐—บ๐—ฎ๐˜. ๐™‚๐™š๐™ง๐™–๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™๐™–๐™ ๐™ฎ๐™–๐™ฉ ๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™จ๐™–๐™ฉ๐™ช ๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™–๐™ฃ๐™ฉ๐™–๐™จ ๐™ƒ๐˜ผ๐™ˆ๐˜ผ ๐™‹๐™Š๐™‡๐™„๐™๐™„๐™† ๐˜ฟ๐™š๐™ข๐™ค๐™ ๐™ง๐™–๐™จ๐™ž ๐™Ž๐™š๐™ ๐™ช๐™ก๐™š๐™ง ๐™ฌ๐™–๐™ง๐™ž๐™จ๐™–๐™ฃ ๐™‹๐™š๐™™๐™–๐™ก๐™–๐™ข๐™–๐™ฃ ๐™‹๐˜ผ๐™‚๐˜ผ๐™‰ ๐™”๐™ช๐™ฃ๐™–๐™ฃ๐™ž ๐™†๐™๐™‰๐™Š

#PendidikanTauhid #LawanTahyulDemokrasi #AkalUntukKebenaran #IslamBukanDemokrasi #KembaliKeWahyu #SelamatkanGenerasi #DakwahPendidikan #KebodohanDemokrasi #BangkitkanKesadaranUmat. (Rahmat Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

ร— Advertisement
ร— Advertisement