SURAU.CO – Kitab-kitab samawi merupakan wahyu Allah SWT yang Allah turunkan kepada para nabi dan rasul untuk menjadi pedoman hidup manusia. Al-Qur’an menegaskan keberadaan kitab-kitab sebelumnya, seperti Zabur, Taurat, dan Injil. Setiap kitab memiliki fungsi, bahasa, serta sasaran umat yang berbeda-beda, tetapi semuanya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun, hanya al-Qur’an yang Allah jamin keasliannya hingga akhir zaman.
Zabur: Kitab Pujian dan Hikmah untuk Nabi Daud
Al-Qur’an menyebut Zabur sebagai kitab pertama selain al-Qur’an itu sendiri. Allah SWT berfirman, “Dan telah Kami berikan Zabur kepada Daud” (QS. an-Nisaa/4:163). Pengarang Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa Allah menurunkan Zabur menjadi kitab tertulis untuk Nabi Daud AS.
Syaikh Nawawi al-Bantani menerangkan bahwa Zabur berisi 150 surah. Tidak satu pun surah yang membahas hukum atau syariat. Allah mengisi Zabur dengan hikmah, nasehat, pujian, tasbih, dan tahmid kepada-Nya. Kitab ini lebih menekankan aspek spiritual dan moral dibandingkan hukum formal. Nabi Daud sering membacakan Zabur di hadapan manusia, jin, dan setan. Dengan demikian, beliau menjadikan Zabur sebagai sarana dakwah dan media zikir yang mampu menyentuh hati pendengarnya.
Taurat: Pedoman Hukum bagi Bani Israil
Allah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa AS. Dalam firman-Nya, Allah berpesan, “Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa al-Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. al-Baqarah/2:53).
Ayat ini menunjukkan dua fungsi utama Taurat. Pertama, Taurat memisahkan yang hak dari yang batil. Kedua, Taurat memberi petunjuk agar umat Nabi Musa tidak tersesat. Allah menjadikan Taurat sebagai pedoman hukum yang tegas untuk membimbing Bani Israil yang keras kepala dan gemar membangkang.
Allah menurunkan Taurat dalam bahasa Ibrani , bahasa yang digunakan Bani Israil pada masa itu. Taurat menjelaskan banyak hukum, seperti perintah beribadah, larangan berbuat zalim, serta pedoman sosial. Namun, sebagian pengikut Nabi Musa mengubah isi Taurat sehingga pesan aslinya menjadi kabur dan menyimpang dari wahyu Allah.
Injil: Penegasan Tauhid dan Pembersihan Nama Maryam
Allah mewahyukan Injil kepada Nabi Isa AS sebagai kitab ketiga. Allah SWT berfirman, “Isa berkata, Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi” (QS. Maryam/19:30).
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT tidak beranak dan tidak diperanakkan. Ayat ini juga membantah keyakinan sebagian kaum Nasrani tentang ketuhanan Isa. Selain itu, Allah menjadikan ucapan Nabi Isa yang masih bayi sebagai bukti kesucian ibunya, Maryam, dari tuduhan yang tidak pantas.
Allah menurunkan Injil dalam bahasa Suryani dan mengisinya dengan ajaran kasih sayang, keikhlasan, serta penegasan tauhid. Namun, manusia kemudian menambah dan mengubah sebagian isi Injil. Akibatnya, muncul berbagai versi Injil yang saling berbeda, sehingga keaslian wahyu Allah di dalamnya hilang.
Al-Qur’an: Wahyu Terakhir Untuk Seluruh Umat Manusia
Berbeda dengan kitab sebelumnya, Allah menurunkan al-Qur’an untuk seluruh umat manusia, bukan hanya satu kaum. Allah menurunkan kitab ini kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab , bahasa yang kaya dan mendalam, sehingga mampu memuat banyak makna dan penafsiran.
Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang menjaganya” (QS. al-Hijr/15:9). Janji ini menunjukkan bahwa Allah sendiri yang menjaga al-Qur’an agar tetap murni selama lebih dari 14 abad tanpa perubahan sedikit pun.
Allah menurunkan Zabur, Taurat, dan Injil hanya untuk Bani Israil, sedangkan al-Qur’an Allah turunkan untuk semua manusia. Allah juga memerintahkan orang-orang Yahudi dan Nasrani agar merujuk kepada al-Qur’an sebagai sumber hukum yang mendasari ajaran mereka. Beberapa tokoh agama, seperti pendeta Bukhara, mengakui kebenaran al-Qur’an dan bergabung dalam kajian mereka.
Perbedaan Bahasa dan Sasaran
Allah menurunkan setiap kitab samawi dengan bahasa dan sasaran yang sesuai zaman dan masyarakatnya. Allah menurunkan Zabur dalam bahasa Qibti untuk Bani Israil, Taurat dalam bahasa Ibrani untuk kaum yang sama, dan Injil dalam bahasa Suryani untuk mereka juga. Sementara itu, Allah menurunkan al-Qur’an dalam bahasa Arab agar bisa menjangkau seluruh bangsa dan zaman.
Allah menurunkan al-Qur’an setelah masa tersembunyi wahyu selama sekitar 600 tahun sejak turunnya Injil. Dengan demikian, Allah menjadikan masa panjang itu sebagai waktu persiapan spiritual bagi manusia sebelum menerima petunjuk terakhir melalui Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur’an juga menyebutkan kabar tentang Nabi akhir zaman yang Allah isyaratkan dalam Taurat dan Injil. Allah menugaskan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan terakhir yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Kesatuan pesan dari keempat kitab samawi menunjukkan bahwa semuanya berasal dari Tuhan yang sama, Allah SWT.
Oleh karena itu, umat manusia — baik Muslim, Yahudi, maupun Nasrani — perlu kembali kepada inti ajaran tauhid: menyembah Allah Yang Maha Esa. Jika memahami keterkaitan manusia antarwahyu dan menghormati kitab-kitab samawi sebelumnya, mereka dapat menemukan titik temu dalam keimanan dan kemanusiaan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
