Kisah
Beranda » Berita » Kebaikan Hati Sayyidina Hasan dan Seorang Budak

Kebaikan Hati Sayyidina Hasan dan Seorang Budak

SURAU.CO – Pada suatu hari yang cerah, Sayyidina Hasan, seorang tokoh yang dikenal akan kebijaksanaannya, sedang berjalan-jalan. Langkahnya membawanya melewati sebuah kebun kurma yang rimbun. Pemandangan hijau nan menenangkan ini membuatnya betah. Ia menyusuri jalan setapak yang teduh. Di salah satu sudut kebun, ia melihat sebuah pemandangan tak terduga. Seorang budak berkulit hitam sedang duduk tenang.

Budak itu tampak sedang menikmati santapan sederhananya. Sepotong roti berada di tangannya. Tiba-tiba, seekor anjing kurus dan kelaparan mendekatinya. Anjing itu tampak memelas, menatap roti dengan penuh harap. Tanpa ragu, budak itu hanya makan sedikit. Ia membelah rotinya menjadi dua bagian. Separuh bagian roti ia berikan kepada anjing itu. Sikap mulia ini menarik perhatian Sayyidina Hasan.

Didorong oleh rasa penasaran yang mendalam, Sayyidina Hasan mendekati budak tersebut. Ia ingin memahami motivasi di balik tindakan budak itu. “Mengapa kamu tidak mengusir anjing itu saja?” tanya Sayyidina Hasan lembut. Budak itu menatap Sayyidina Hasan. Sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya. Ia menjawab dengan kerendahan hati. “Aku malu bila berpikir bahwa aku harus makan roti sendirian dan mengusir anjing itu pergi.” Jawaban ini sangat menyentuh hati Sayyidina Hasan. Ia terkejut sekaligus kagum.

Kemuliaan Hati yang Melampaui Batasan

Keluhuran budi pekerti budak itu sangat luar biasa. Sayyidina Hasan semakin tertarik. Ia menanyakan nama majikan budak tersebut. Budak itu pun dengan patuh menyebutkan nama tuannya. Tanpa banyak bicara, Sayyidina Hasan membuat keputusan. Ia berkata kepada budak itu, “Tunggu di sini! Aku akan kembali.” Budak itu mengangguk setuju kemudian Sayyidina Hasan pun segera beranjak pergi. Ia memiliki sebuah rencana besar di benaknya. Rencana itu akan mengubah hidup budak tersebut.

Beberapa saat kemudian, Sayyidina Hasan kembali ke tempat itu. Ia membawa kabar gembira yang tak terduga. Dengan senyum ramah, ia berkata kepada si budak, “Saudaraku, Aku telah membelimu. Aku juga telah membeli kebun ini dari tuanmu.” Budak itu terdiam, tidak menyangka. Sayyidina Hasan melanjutkan perkataannya. “Sekarang kamu bebas dari ikatan perbudakan. Aku berikan kebun ini sepenuhnya untukmu.” Kebahagiaan terpancar dari wajah budak itu.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Tersentak oleh keberuntungan yang tak disangka-sangka, budak itu bangkit dari duduknya. Ia merasa sangat bersyukur. Air mata kebahagiaan mungkin saja menetes. Ia mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Sayyidina Hasan. Rasa syukur tak terkira memenuhi hatinya. Namun, kisah ini belum berakhir di sini. Ada kejutan lain dari budak yang baru merdeka itu.

Kebebasan yang Menjadi Berkah

Budak yang kini telah merdeka itu menunjukkan kebaikan hati yang sama. Ia berkata kepada Sayyidina Hasan, “Tuanku, karena kini aku menjadi pemilik kebun ini, maka izinkan aku mendermakan kebun ini di jalan Allah.” Sebuah keputusan yang sangat mulia. Ia melanjutkan, “Karena-Nya pula Engkau memerdekakan diriku.” Ucapan ini semakin mengukuhkan kemuliaan hati budak tersebut. Ia tidak hanya menerima kebaikan selain itu  ia juga memilih untuk membagikan kebaikan itu kepada sesama.

Kisah ini adalah pengingat kuat. Kebaikan hati dapat datang dari siapa saja. Status sosial atau kekayaan tidak menjadi batasan. Sayyidina Hasan melihat kemuliaan dalam diri budak itu. Ia tidak ragu untuk berkorban. Ia membeli kebebasan dan memberikan harta. Budak itu, pada gilirannya, memilih jalan yang sama. Ia mendermakan apa yang baru saja ia dapatkan. Ini adalah cerminan ajaran Islam. Yaitu tentang pentingnya berbagi dan tolong-menolong.

Lebih dari sekadar sebuah cerita, kisah ini mengajarkan banyak hal. Pertama, nilai empati terhadap makhluk lain. Budak itu rela berbagi makanan dengan anjing lapar. Kedua, keikhlasan dalam memberi. Sayyidina Hasan membeli kebebasan tanpa pamrih. Ketiga, rasa syukur dan kemuliaan jiwa. Budak yang merdeka itu memilih untuk beramal. Ia bersyukur atas nikmat kebebasan. Kisah ini terus menginspirasi banyak orang.

Refleksi Kebaikan dan Keberkahan Sejati

Kebaikan yang diberikan Sayyidina Hasan bukan hanya memerdekakan seorang individu. Kebaikan itu juga membuka pintu berkah. Berkembang menjadi amal jariyah yang tak terputus. Kebun yang diberikan itu menjadi ladang pahala. Pahalanya mengalir terus-menerus. Baik bagi Sayyidina Hasan maupun budak yang kini menjadi dermawan. Kisah ini adalah bukti nyata. Bahwa setiap perbuatan baik akan kembali kepada pelakunya. Terkadang dalam bentuk yang lebih besar.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement