Khazanah
Beranda » Berita » Simple Life Ala Sufi: Bukan Trend, Tapi Jalan Hidup

Simple Life Ala Sufi: Bukan Trend, Tapi Jalan Hidup

Seorang sufi berjalan di padang luas saat senja, simbol kehidupan sederhana dan hati yang damai.”
Ilustrasi simbolik tentang kesederhanaan dan kebebasan batin ala sufi yang berjalan menuju cahaya ketenangan

Surau.co. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh ambisi seperti sekarang, kata “hidup sederhana” sering terdengar seperti slogan yang keren di media sosial. Banyak orang mengaku ingin hidup simple, menyingkirkan kesibukan dunia, dan mencari ketenangan. Tapi, hidup sederhana ala sufi bukanlah tren gaya hidup minimalis modern. Ia bukan sekadar pilihan estetika atau strategi melawan stres — melainkan jalan spiritual yang lahir dari kesadaran batin.

Para sufi tidak memandang kesederhanaan sebagai bentuk kemiskinan, melainkan sebagai kekayaan hati. Mereka tidak menolak dunia, tetapi menolak untuk diperbudak olehnya. Hidup sederhana berarti merdeka dari beban keinginan yang tidak perlu, agar hati bisa fokus pada yang paling penting: Allah.

Allah ﷻ berfirman:

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“(Kami jelaskan demikian) supaya kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput darimu, dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(QS. Al-Hadid [57]: 23)

Ayat ini mengajarkan keseimbangan batin. Hidup sederhana ala sufi adalah cara menjaga hati tetap tenang, tidak dikuasai oleh kehilangan atau kemewahan.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Simplicity sebagai Laku Spiritual

Bagi para sufi, hidup sederhana bukan berarti menolak kenyamanan, tetapi melatih hati agar tidak lengket pada dunia. Kesederhanaan lahir dari pengenalan terhadap hakikat kehidupan: bahwa dunia ini fana, sementara akhirat kekal.

Syaikh Abu Bakar bin Muhammad Syathā ad-Dimyāthī dalam Kifāyatul Atqiyā’ wa Minhājul Ashfiyā’ menjelaskan:

الزهد تركُ التعلُّقِ بالدنيا وإن كانت في اليد
“Zuhud adalah meninggalkan keterikatan hati pada dunia, meskipun dunia itu berada di tangan.”

Makna ini selaras dengan prinsip simple life ala sufi: tidak semua yang kita miliki harus menguasai hati. Orang bisa hidup di rumah sederhana tapi hatinya mewah dengan cinta Allah. Bisa juga sebaliknya — tinggal di istana megah, tapi jiwanya miskin arah.

Kesederhanaan sufi bukan hanya dalam harta, tapi juga dalam cara berpikir, berbicara, dan berkehendak. Mereka mempraktikkan tazkiyatun nafs — pembersihan diri dari hawa nafsu dan keinginan berlebihan yang membuat hidup bising.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Mengurangi untuk Mendekat: Filosofi Sufi dalam Kehidupan

Dunia modern mengajarkan bahwa kebahagiaan datang dari kepemilikan. Tapi para sufi justru menemukan kedamaian ketika berani melepaskan. Prinsip mereka sederhana: semakin sedikit yang kita punya, semakin sedikit pula yang bisa mencengkeram hati.

Rasulullah ﷺ bersabda:

ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ
“Zuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya manusia akan mencintaimu.”
(HR. Ibnu Majah)

Hadits ini menjadi fondasi utama kehidupan sufi: melepaskan keterikatan terhadap dunia bukan berarti menolak dunia, tapi menata ulang prioritas hidup. Dunia dijadikan sarana, bukan tujuan.

Mereka menyadari bahwa kemewahan sering kali bukan soal benda, tapi soal beban. Semakin banyak yang dimiliki, semakin besar pula rasa takut kehilangan. Karena itu, simple life bagi sufi adalah seni menjaga hati agar tetap ringan dan siap untuk menghadap Sang Pencipta kapan saja.

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

Hidup Sederhana Tapi Bernilai

Kehidupan para sufi menunjukkan bahwa kesederhanaan justru bisa menjadi sumber keberkahan. Lihatlah kehidupan Nabi Muhammad ﷺ — beliau hidup dengan sangat sederhana, tidur di atas tikar, makan seadanya, tapi hatinya penuh cahaya.

Ketika Umar bin Khattab رضي الله عنه melihat bekas tikar di tubuh Rasulullah ﷺ, ia menangis. Nabi ﷺ menenangkannya dengan sabda:

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Apalah urusanku dengan dunia? Aku di dunia ini hanyalah seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, lalu berangkat dan meninggalkannya.”
(HR. Ahmad)

Nabi ﷺ tidak anti terhadap dunia. Beliau hanya tahu tempatnya — bahwa dunia bukan rumah abadi, melainkan halte singgah menuju Allah.

Inilah makna simple life ala sufi: hidup yang ringan, tapi bernilai. Mereka tidak mengejar kesan, melainkan kedalaman makna. Tidak sibuk membangun citra, tapi membangun jiwa.

Antara Kesederhanaan dan Kualitas Hidup

Hidup sederhana bukan berarti hidup asal-asalan. Para sufi tetap bekerja, berdagang, menulis, dan beribadah dengan sungguh-sungguh. Kesederhanaan mereka tidak menghilangkan semangat berprestasi, justru memperjelas arah hidup.

Syaikh Abu Bakar ad-Dimyāthī menerangkan:

العملُ مع الزهد أفضلُ من الزهدِ بلا عملٍ
“Beramal dengan sifat zuhud lebih utama daripada zuhud tanpa amal.”

Kesederhanaan sejati mendorong tindakan yang penuh makna, bukan pelarian dari dunia. Para sufi menata hidup mereka agar efisien, fokus, dan tidak berlebihan — karena energi terbaik manusia harus digunakan untuk mengingat Allah, bukan sekadar memenuhi nafsu konsumsi.

Minimalis Batin di Tengah Dunia Materialis

Di tengah budaya materialisme, simple life ala sufi menawarkan keheningan batin. Kesederhanaan mereka bukan sekadar mengurangi barang, tapi mengurangi ego, gengsi, dan ambisi yang tidak perlu.

Zuhud versi sufi tidak selalu tampak di luar, tapi terasa di dalam. Orang yang zuhud bisa saja memiliki harta, jabatan, bahkan ketenaran — tapi semua itu tidak menempel di hatinya. Ia tetap rendah hati, karena tahu semua yang dimiliki hanyalah titipan.

Kesederhanaan batin seperti ini adalah bentuk kebebasan tertinggi. Ketika hati sudah damai, dunia luar tak lagi punya kuasa untuk mengguncang. Itulah yang membuat para sufi tampak tenang meski hidup mereka sederhana.

Simple Life Adalah Jalan Menuju Syukur

Kesederhanaan dan syukur selalu berjalan beriringan. Orang yang hidup sederhana lebih mudah merasakan nikmat kecil yang sering diabaikan. Seteguk air, sepotong roti, atau waktu hening di malam hari bisa menjadi sumber kebahagiaan mendalam.

Allah ﷻ berfirman:

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim [14]: 7)

Para sufi memahami ayat ini bukan hanya sebagai janji tambahan nikmat, tapi juga tambahan kedekatan dengan Allah. Bagi mereka, syukur adalah bentuk tertinggi dari kesadaran hidup. Hidup sederhana membuat syukur menjadi alami, karena hati tidak tertutup oleh kerak keinginan.

Menemukan Kedamaian di Dalam, Bukan di Luar

Ketenangan tidak datang dari berapa banyak yang dimiliki, tapi dari seberapa lapang hati menerima. Hidup sederhana ala sufi melatih manusia untuk menemukan kedamaian di dalam diri, bukan mengejarnya di luar.

Sufi percaya, jiwa manusia seperti cermin. Ketika ia dipenuhi debu nafsu dan keinginan, ia tak bisa memantulkan cahaya Ilahi. Kesederhanaan adalah cara menghapus debu itu — agar cahaya Allah bisa kembali bersinar di hati.

Syaikh Abu Bakar ad-Dimyāthī menerangakan:

“الزهد صفاء القلب من الكدر الدنيوي”

“Zuhud adalah kejernihan hati dari kekusutan duniawi.”

Hidup sederhana berarti menjaga hati agar tidak keruh oleh kesibukan yang tidak membawa makna. Ia adalah bentuk perawatan jiwa di tengah hiruk-pikuk modernitas.

Penutup: Kembali pada Inti Hidup

Simple life ala sufi bukan sekadar pilihan gaya hidup. Ia adalah perjalanan panjang menuju kebebasan batin. Dunia boleh ramai, tapi hati harus tetap sunyi — tempat Allah berbicara dengan lembut.

Kesederhanaan bukan berarti kehilangan, tapi menemukan kembali makna yang sempat hilang. Hidup sederhana adalah cara untuk berhenti mengejar yang tidak perlu, agar kita bisa kembali mendengar suara hati.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement