Surau.co. Kita hidup di zaman ketika semua orang pengin cepat. Pengin sukses instan, pengin tenang tanpa proses, pengin hasil tanpa sabar. Tapi hidup, seperti game, nggak punya tombol skip level. Kita perlu sabar dalam menghadapi hidup, Kadang harus jatuh, kalah, terus ulang dari awal. Namun justru dari situ, kita belajar cara level up.
Hidup itu kayak main game: ada tantangan, musuh, jebakan, bahkan misi yang belum jelas. Tapi satu hal yang pasti — yang bisa bikin kita naik level adalah sabar. Karena sabar itu bukan sekadar nunggu hasil, tapi kemampuan buat tetap waras dan konsisten waktu dunia terasa nggak adil.
Allah berfirman:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 155)
Ayat ini seperti pengumuman kemenangan: sabar itu bukan kekalahan, tapi kemenangan yang belum tampak.
Main Game Kehidupan: Setiap Level Ada Ujiannya
Dalam setiap game, semakin tinggi levelnya, semakin susah musuhnya. Hidup pun begitu. Saat kita naik kelas, ujian makin berat — bukan karena Allah pengin bikin susah, tapi karena Allah pengin kita makin kuat dan sabar dalam menghadapi hidup.
Syaikh Abu Bakar bin Muhammad Syathā ad-Dimyāthī dalam Kifāyatul Atqiyā’ wa Minhājul Ashfiyā’ menulis:
إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا ابْتَلَاهُ
“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia mengujinya.”
Jadi, setiap “quest” hidup sebenarnya bentuk kasih sayang Tuhan. Ujian bukan punishment, tapi upgrade system. Setiap kali kita bersabar, Allah sedang menaikkan level jiwa kita.
Coba renungkan — saat kehilangan pekerjaan, patah hati, atau gagal dalam cita-cita, mungkin kita sedang diuji bukan karena salah, tapi karena Allah tahu: kita siap naik level baru.
Sabar Itu Seperti EXP (Experience Points)
Dalam game, setiap musuh yang dikalahkan memberikan experience points (EXP). Kalau kita sabar menghadapi ujian, itulah “EXP” batin. Bedanya, ini bukan angka di layar, tapi kekuatan di hati.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ … إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهِ مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang Muslim ditimpa kelelahan atau penyakit, melainkan Allah akan menghapus sebagian dosanya karenanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Setiap sabar yang kita jalani adalah EXP untuk membersihkan diri. Semakin banyak kita bersabar, semakin “bersih” jiwa kita dari dosa dan amarah.
Sabar bukan berarti nggak boleh sedih, tapi tetap tenang dalam sedih. Nggak menyerah meski kecewa. Itu tanda bahwa kita sedang menambah kekuatan spiritual. Seperti karakter game yang diam-diam makin tangguh setiap kali kalah tapi nggak keluar dari arena.
Tiga Level Sabar yang Harus Dimiliki Pemain Kehidupan
Kalau hidup ini game, maka sabar punya tiga level utama yang harus dikuasai setiap pemain.
- Sabar Saat Menjalankan Ketaatan
Level pertama adalah sabar dalam taat. Misalnya, bangun subuh saat mata masih berat, menahan malas untuk salat, atau tetap jujur di lingkungan yang penuh tipu daya.
Allah berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ
“Bersabarlah engkau bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya.”
(QS. Al-Kahfi [18]: 28)
Sabar dalam ketaatan itu seperti latihan stamina. Makin sering dilakukan, makin kuat mental kita. Pemain sejati nggak cuma semangat di awal, tapi konsisten sampai akhir.
- Sabar Menjauhi Maksiat
Level kedua lebih sulit: menahan diri dari hal yang menggoda. Di sinilah sabar diuji dalam bentuk paling nyata.
Syaikh Syathā menulis:
وَالصَّبْرُ عَنِ الْمَعْصِيَةِ أَشَدُّ عَلَى النَّفْسِ
“Sabar menjauhi maksiat lebih berat bagi jiwa.”
Godaan dalam hidup seperti jebakan di game: kelihatannya mudah, tapi bisa buat kita jatuh dari level tinggi ke awal lagi. Maka, sabar di sini adalah perlindungan diri dari “game over” moral.
- Sabar Saat Diuji Kesulitan
Inilah level paling menantang. Kehilangan, kecewa, dikhianati, gagal — semua itu seperti boss fight dalam game. Di sinilah kesabaran diuji dalam bentuk paling besar.
Namun, justru dari pertarungan itulah seseorang naik level secara spiritual. Ia belajar menerima tanpa menyerah, menangis tanpa mengeluh, dan tetap berjalan meski hati terluka.
Reset Hati: Saat Harus Ulang dari Awal
Kadang, dalam hidup, kita “game over” juga — gagal, jatuh, atau kecewa berat. Tapi sebagaimana pemain sejati, kita selalu bisa tekan tombol reset dengan taubat dan sabar dalam menghadapi hidup.
Taubat bukan akhir permainan, melainkan restart yang membuat kita lebih berhati-hati. Dalam setiap “ulang dari awal”, sabar jadi energi baru. Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyucikan diri.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Jadi jangan khawatir kalau jatuh. Yang penting, kita nggak berhenti main. Orang sabar bukan yang nggak pernah kalah, tapi yang nggak berhenti berjuang walau sudah kalah berkali-kali.
Mode Multiplayer: Belajar Sabar dalam Interaksi Sosial
Hidup juga punya mode multiplayer — interaksi dengan orang lain. Kadang musuh kita bukan di luar, tapi di dalam hubungan: sahabat yang salah paham, rekan kerja yang menjatuhkan, atau keluarga yang tidak memahami.
Di sinilah sabar menjadi kemampuan sosial. Orang sabar tahu kapan bicara dan kapan diam. Ia tidak membalas dengan kebencian, tapi dengan pengertian.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا
“Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka, lebih besar pahalanya.”
(HR. Tirmidzi)
Sabar sosial adalah bentuk kedewasaan emosional. Ia bukan tunduk pada keadaan, tapi menguasai diri di tengah situasi rumit.
Boss Final: Menang Melawan Ego Sendiri
Setiap game punya boss final — musuh paling sulit dikalahkan. Dalam hidup, musuh itu adalah diri sendiri. Amarah, iri, gengsi, dan nafsu sering kali lebih berbahaya daripada masalah di luar.
Sabar adalah senjata untuk mengalahkan ego. Ketika kita menahan diri dari membalas dendam, menahan lidah dari kata kasar, itulah kemenangan sejati.
Nabi ﷺ bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِندَ الْغَضَبِ
“Orang kuat bukanlah yang menang bergulat, tetapi yang mampu menguasai dirinya saat marah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kemenangan terbesar dalam hidup bukan saat mengalahkan orang lain, tapi saat bisa menaklukkan diri sendiri.
Penutup: Sabar, Rahasia Naik Level dalam Kehidupan
Hidup memang nggak semudah game, tapi prinsipnya mirip: semakin tinggi levelnya, semakin butuh strategi. Dan strategi terbaik untuk bertahan adalah sabar.
Sabar membuat kita tetap berjalan meski pelan. Ia mengajarkan bahwa kemenangan bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling tahan.
Sabar juga bikin hidup terasa lebih bermakna, karena di balik setiap ujian selalu ada hikmah yang menunggu untuk ditemukan.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan diberi balasan tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar [39]: 10)
Maka, teruslah main. Kalau jatuh, bangkit lagi. Kalau kalah, belajar lagi. Karena dalam hidup, setiap sabar adalah EXP, dan setiap ujian adalah level baru menuju kedewasaan spiritual.
Dan mungkin, di akhir perjalanan panjang itu, kita akan tersenyum — karena akhirnya sadar, sabar bukan sekadar cara bertahan, tapi cara naik level menuju ridha Allah.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
