SURAU.CO – Tulisan tangan dalam gambar ini merupakan catatan pelajaran bahasa Arab klasik (‘Ilmu Sharaf) yang membahas tentang “الأوزان الرباعية” (awzān rubā‘iyyah) — yaitu bentuk kata kerja (fi’il) yang tersusun dari empat huruf asli (huruf maddah). Bidang ini sangat penting dalam memahami keindahan struktur bahasa Arab dan kedalaman makna setiap lafaz dalam Al-Qur’an.
Ilmu sharaf adalah cabang dari ilmu alat bahasa Arab yang mempelajari perubahan bentuk kata untuk mengetahui arti, pola, dan asal-usulnya. Tanpa memahami sharaf, seseorang akan kesulitan memahami makna Al-Qur’an secara tepat, karena satu perubahan huruf saja bisa mengubah makna secara signifikan.
Pengertian dan Contoh Dasar
Dalam catatan itu disebutkan pembahasan:
كُتِبَ أَوْزَان الأَفْعَال الَّتِي لَها أَرْبَعَةُ حُرُوفٍ.
Artinya: “Telah ditulis bentuk-bentuk kata kerja yang memiliki empat huruf.”
Kata kerja empat huruf ini disebut fi’il rubā‘ī, dan ia berbeda dengan fi’il tsulāthī (tiga huruf dasar) yang lebih umum.
Contoh fi’il rubā‘ī dalam bahasa Arab antara lain:
دَحْرَجَ (dahraja) — menggulingkan
زَلْزَلَ (zalzala) — mengguncangkan
وَسْوَسَ (waswasa) — membisikkan
بَعْثَرَ (ba‘tsara) — mengobrak-abrik
Fi’il seperti ini memiliki kekuatan bunyi yang khas, menimbulkan kesan gerak, getar, atau perulangan tindakan — sesuai dengan bentuk katanya yang simetris dan berulang.
Makna Kata “دَحْرَجَ” dan Pola Fi’il Rubā‘ī
Orang menyebut salah satu contoh fi’il rubā’ī adalah kata دَحْرَجَ. Kata ini berarti menggulingkan sesuatu, dan berasal dari empat huruf: د ح ر ج.
Kita kenal pola kata دَحْرَجَ sebagai فَعْلَلَ (fa‘lala).
Dari pola ini, para ulama bahasa menurunkan bentuk-bentuk lainnya:
الماضي (bentuk lampau): دَحْرَجَ
المضارع (sedang/akan): يُدَحْرِجُ
المصدر (verbal noun): دَحْرَجَةٌ
اسم الفاعل (pelaku): مُدَحْرِجٌ
اسم المفعول (yang dikenai): مُدَحْرَجٌ
Dari sini, kita melihat keindahan sistematis bahasa Arab: setiap perubahan pola menunjukkan fungsi makna dan konteks yang berbeda.
Kedalaman Linguistik dalam Kata Empat Huruf
Catatan itu juga menunjukkan analisis penting bahwa kata empat huruf biasanya tidak memiliki asal dari tiga huruf, melainkan sudah asli empat hurufnya (لا أصل له).
Artinya, kata seperti دَحْرَجَ tidak berasal dari akar ح ر ج atau د ح ر; ia adalah bentuk yang berdiri sendiri dengan struktur dan makna utuh.
Fi’il rubā’ī mazīd dengan tambahan satu huruf pada fi’il tsulāthī membentuk struktur kata yang unik dalam bahasa Arab. Misalnya:
أَكْرَمَ (memuliakan) berasal dari كَرُمَ (mulia)
تَدَحْرَجَ (berguling sendiri) berasal dari دَحْرَجَ
Jadi, bahasa Arab mengenal dua jenis rubā‘ī:
- Rubā‘ī mujarrad (asli empat huruf)
- Rubā‘ī mazīd (ditambah huruf)
Nilai Balaghah (Retorika) dalam Kata Rubā‘ī
Allah menggunakan kata kerja empat huruf dalam Al-Qur’an untuk menggambarkan peristiwa besar dengan makna mendalam.
Contohnya:
> إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya yang dahsyat.” (QS. Az-Zalzalah: 1)
Kata زُلْزِلَتْ berasal dari akar ز ل ز ل — bentuk rubā‘ī yang menunjukkan perulangan, getaran, dan kekuatan. Pemilihan bentuk ini dalam Al-Qur’an bukan kebetulan; ia menggambarkan efek gemetar yang berulang-ulang.
Demikian pula وَسْوَسَ dalam QS. An-Naas:
> “Yang membisikkan (waswasa) ke dalam dada manusia.”
Bentuk rubā‘ī ini menunjukkan bisikan yang berulang dan terus-menerus, sesuai dengan sifat setan yang tak pernah berhenti menggoda.
Hikmah Belajar Ilmu Sharaf
Mempelajari fi’il rubā‘ī bukan hanya untuk memahami tata bahasa, tetapi juga untuk merasakan keajaiban Al-Qur’an. Setiap huruf dalam bahasa Arab memiliki jiwa, ritme, dan makna yang hidup.
Imam Sibawaih — bapak tata bahasa Arab — menegaskan bahwa perubahan satu huruf dapat mengubah arah makna sepenuhnya. Maka, memahami pola kata adalah bagian dari memahami wahyu itu sendiri.
Dalam konteks pendidikan Islam, mempelajari sharaf melatih ketelitian, kesabaran, dan kepekaan terhadap makna. Ia bukan sekadar ilmu bahasa, melainkan ilmu hati — karena semakin seseorang memahami struktur kalimat, semakin ia kagum kepada kebijaksanaan Sang Pencipta Bahasa, Allah سبحانه وتعالى.
Penutup
Bahasa Arab adalah bahasa wahyu, dan setiap kata di dalamnya mengandung rahasia makna yang dalam.
Fi’il rubā‘ī adalah salah satu bukti keindahan itu — menunjukkan bahwa di balik struktur yang tampak sederhana, tersimpan kekayaan makna yang luar biasa.
Maka, barangsiapa yang menekuni ilmu sharaf dengan hati yang ikhlas, ia sesungguhnya sedang menapaki jalan menuju pemahaman Al-Qur’an yang hakiki.
Sebagaimana pepatah Arab mengatakan:
من فاته النحو والصرف حُرم فهم كلام الله
“Barang siapa tidak memahami nahwu dan sharaf, ia telah kehilangan kemampuan memahami kalam Allah.” (Oleh: Tengku Iskandar, M.Pd –
Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
