SURAU.CO-Al-Nu‘man ibn Basyir adalah sahabat Nabi Saw. dari kalangan Anshar, berasal dari suku Khazraj. Ayahnya bernama Basyir ibn Tsa‘labah ibn Sa‘d, sedangkan ibunya adalah Umrah binti Ruwahah. Ia juga merupakan keponakan dari Abdullah ibn Ruwahah, seorang penyair dan panglima Muslim yang gugur dalam Perang Muktah. Al-Nu‘man lebih terkenal dengan nama Abu Abdillah.
Menurut pendapat yang populer, ia lahir sekitar delapan tahun tujuh bulan sebelum wafatnya Rasulullah . Dalam Shahih al-Bukhari, banyak hadis yang meriwayatkan kisah tentang pemberian ayahnya kepada dirinya, yang kemudian Rasulullah minta untuk dikembalikan karena tidak adil terhadap anak-anak lainnya.
Pelajaran Keadilan dari Rasulullah
Dalam sebuah riwayat, Al-Nu‘man menghadap Rasulullah dan berkata,
“Aku ingin memberikan sesuatu kepada anakku.” Rasulullah bertanya, “Apakah kau memperlakukan semua anakmu seperti itu?” Ia menjawab, “Tidak.” Maka Rasulullah bersabda, “Kembalikanlah pemberianmu!”
Riwayat lain menyebutkan bahwa istrinya, Umrah binti Ruwahah, tidak rida hingga suaminya menyatakan pemberian itu di hadapan Rasulullah. Ketika Al-Nu‘man menyampaikan niatnya, Rasulullah kembali bertanya,
“Apakah kau memberikan hal yang sama kepada anak-anakmu yang lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Rasulullah pun menegaskan, “Takutlah kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu.”
Dalam riwayat ketiga, ibunya meminta agar ayahnya menyampaikan pemberian itu kepada Nabi. Setelah mendengar penjelasan ayahnya, Rasulullah bertanya,
“Apakah kau memiliki anak lain?” Ayahnya menjawab, “Benar.” Rasulullah pun bersabda, “Jangan kau minta aku membenarkan sesuatu yang tidak benar.” Dalam riwayat lain, Rasulullah bahkan berkata, “Aku tidak akan bersaksi atas suatu dosa.”
Riwayat-riwayat ini menunjukkan betapa pentingnya keadilan dalam memperlakukan anak-anak, dan bagaimana Rasulullah menegaskan prinsip tersebut secara langsung.
Gubernur Homs dan Kufah
Al-Nu‘man ibn Basyir pernah menjabat sebagai gubernur di kota Homs pada masa Khalifah Muawiyah ibn Abu Sufyan. Kemudian, Khalifah Muawiyah memindahtugaskannya ke Kufah hingga masa pemerintahan Yazid ibn Muawiyah. Menurut Ibn al-Atsir, Al-Nu‘man menjalankan tugasnya dengan baik dan setia kepada Muawiyah serta putranya, Yazid.
Namun, setelah wafatnya Muawiyah ibn Yazid, Al-Nu‘man mengajak penduduk Homs untuk berbaiat kepada Abdullah ibn Zubair. Karena ajakan itu ditolak, ia meninggalkan Homs. Dalam perjalanan hijrah, para pendukung keluarga Yazid mencegat dan membunuhnya. Peristiwa tragis ini terjadi pada bulan Dzulhijjah tahun 64 Hijriah, setelah kerusuhan besar.
Sosok Dermawan
Al-Nu‘man terkenal sebagai pribadi yang dermawan dan pemberani, serta memiliki kemampuan menggubah syair. Suatu ketika, seorang saudagar dari Hamdan bernama Abu al-Mushabbih datang kepadanya saat ia menjabat sebagai gubernur Homs. Saudagar itu memohon bantuan untuk melunasi utangnya.
“Apa yang membawamu datang ke mari, hai Abu al-Mushabih?”
“Aku datang memohon kepadamu agar engkau mau menyambung tali silaturahim denganku dan membayarkan utangku.”
Awalnya, Al-Nu‘man berkata, “Demi Allah, aku tak punya apa-apa.” Namun, ia segera naik ke mimbar dan berpidato di hadapan dua puluh ribu penduduk Homs, meminta mereka membantu saudagar tersebut. Mereka menyambut ajakan itu dengan antusias, masing-masing menyumbang dua dinar. Al-Nu‘man menambahkan dana dari Baitul Mal hingga terkumpul empat puluh ribu dinar, lalu menyerahkannya kepada Abu al-Mushabbih.
Melihat kemurahan hati dan kecerdikan Al-Nu‘man, sang saudagar melantunkan syair pujian:
Ketika aku membutuhkan, tak kutemukan
Orang yang menandingi kemurahan Nu‘man putra Basyir
Ketika mengatakan sesuatu, ia pasti menepatinya
Tak pernah sedikit pun mengumbar janji palsu dan kebohongan
Setiap kali kuingat al-Nu‘man, aku selalu mengucap syukur
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
