Opinion
Beranda » Berita » Terlihat Mapan, Padahal Terbelenggu Riba

Terlihat Mapan, Padahal Terbelenggu Riba

Terlihat Mapan, Padahal Terbelenggu Riba
Terlihat Mapan, Padahal Terbelenggu Riba

 

SURAU.CO – Di zaman modern ini, banyak orang ingin terlihat mapan — punya rumah mewah, mobil baru, gadget terbaru, dan gaya hidup berkelas. Namun, sedikit yang menyadari bahwa di balik semua itu, banyak yang hidup dalam jerat riba.

Mereka tampak sejahtera di luar, tapi batinnya sempit. Tampak tersenyum di media sosial, tapi tiap bulan dihantui tanggal jatuh tempo cicilan.

Kalimat dalam gambar di atas sangat menampar realita:

“Riba tidak akan membuat hidup Anda lebih mapan. Anda hanya terlihat mapan, padahal pusing dan sibuk bayar angsuran.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Sebuah kebenaran yang pahit, tapi nyata. Riba tidak memberi keberkahan, melainkan mengundang kesempitan hidup, hilangnya ketenangan, dan berkurangnya keberkahan rezeki.

Riba: Dosa yang Diperangi Allah dan Rasul-Nya

Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dengan ancaman yang sangat tegas:

> “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu…”
(QS. Al-Baqarah: 278–279)

Tidak ada dosa lain yang Allah ancam dengan perang secara langsung, kecuali riba. Ini menunjukkan betapa besarnya kezaliman yang ditimbulkan oleh sistem ini. Dan Riba bukan hanya menzalimi orang miskin, tapi juga merusak tatanan sosial, menghancurkan nilai tolong-menolong, dan menjauhkan manusia dari rasa cukup dan syukur.

Riba Menipu dengan Ilusi Kesenangan

Riba menjanjikan kenyamanan instan. “Punya dulu, bayar belakangan.” Kalimat ini manis di telinga, tapi pahit dalam kenyataan. Banyak orang yang berutang bukan karena kebutuhan mendesak, melainkan karena ingin dianggap berhasil.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kita prioritaskan kelapangan hati daripada menumpuk harta dengan hutang berbunga.

Banyak keluarga yang akhirnya hidup dalam tekanan — suami stres karena tumpukan cicilan, istri gelisah karena kebutuhan rumah tangga, dan anak-anak tumbuh dalam suasana penuh keluhan. Semua itu terjadi karena mereka terjebak dalam lingkaran riba yang seolah memberi kemudahan, padahal sebenarnya sedang mengikat kuat.

Hidup yang Terlihat Kaya, Tapi Tidak Tenang

Riba menciptakan kesan palsu tentang kemapanan. Orang terlihat sukses, padahal di balik layar, mereka hanya berpindah dari satu utang ke utang lainnya.

Ketenangan hati tidak akan datang dari tumpukan barang hasil kredit, tapi dari keberkahan rezeki yang halal. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Riba itu memiliki tujuh puluh tiga pintu (tingkatan dosa), yang paling ringan seperti seseorang yang berzina dengan ibunya.”
(HR. Ibnu Majah)

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Hadis ini menggambarkan betapa menjijikkan dan beratnya dosa riba. Namun, di masa kini, banyak orang justru memasarkan riba dengan membungkusnya dalam istilah “bunga ringan”, “cicilan mudah”, atau “tanpa uang muka”. Semua tampak sah, padahal hakikatnya sama — memakan harta dengan cara yang Allah haramkan.

Jalan Selamat dari Riba

Islam tidak menutup jalan bagi kebutuhan manusia. Islam memberi solusi melalui sistem muamalah syariah — jual beli yang adil, kerja sama yang halal, dan pinjaman tanpa bunga (qardhul hasan).

Bank syariah, koperasi syariah, dan lembaga keuangan berbasis akad syariah hadir sebagai alternatif agar umat tidak terus terjebak dalam sistem yang menindas. Tapi kuncinya bukan hanya mengganti nama lembaga, melainkan mengganti niat: dari gaya hidup konsumtif menuju gaya hidup qana’ah (merasa cukup).

Mulailah dengan hidup sederhana. Jangan malu memiliki yang seadanya, karena kesederhanaan bukan tanda kekurangan, tapi tanda kecerdasan hati. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Beruntunglah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah jadikan ia qana’ah (merasa cukup) dengan apa yang diberikan kepadanya.”
(HR. Muslim)

Penutup: Pilih Berkah daripada Tampak Mapan

Saudaraku, berhati-hatilah terhadap ilusi dunia. Jangan sampai demi ingin terlihat kaya, kita kehilangan keberkahan hidup. Jangan sampai gengsi membuatmu menjadi musuh Allah.

Orang yang memilih rumah sederhana dengan zikir akan merasakan ketenangan, sedangkan orang yang membangun istana besar dengan utang berbunga hanya akan menuai kegelisahan. Orang yang membeli motor bekas dengan tunai akan menikmati kebebasan, sedangkan orang yang membeli mobil mewah dengan kredit hanya akan merasakan tekanan.

Riba tidak akan membuat hidup mapan — ia hanya membuat kita tampak mapan di mata manusia, tapi miskin di sisi Allah.

Maka, kembalilah ke jalan yang halal, meski tampak lebih berat. Sebab Allah telah menjanjikan:

> “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.”
(QS. Al-Baqarah: 276)

Orang yang menanam riba akan menuai kegagalan, sedangkan orang yang menyiram dengan sedekah dan keikhlasan akan terus menuai buah hingga ke akhirat. (Oleh: Tengku Iskandar, M.Pd –
Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement