Khazanah
Beranda » Berita » Serba Terlihat, yang Tersembunyi Justru Paling Istimewa

Serba Terlihat, yang Tersembunyi Justru Paling Istimewa

 

SURAU.CO – Kita hidup di zaman yang serba “terlihat”. Hampir setiap langkah dan perbuatan, sekecil apa pun, dapat disaksikan oleh dunia. Cukup dengan satu klik, satu unggahan, satu rekaman, atau satu cerita — kebaikan yang seharusnya menjadi hubungan rahasia antara hamba dan Rabb-nya, kini menjadi konsumsi publik.

Dunia digital menjadikan semua orang seperti aktor di panggung besar kehidupan, dan setiap amal kerap ditimbang bukan lagi oleh nilai keikhlasan, melainkan oleh jumlah “like” dan “views”.

Namun, justru di tengah gemerlap dunia yang serba terlihat ini, Allah menatap dengan penuh cinta kepada amal yang tersembunyi — amal yang tetap hidup meski tanpa saksi manusia. Itulah amal yang paling istimewa.

Amal Tersembunyi: Rahasia Antara Hamba dan Rabb-nya

Rasulullah ﷺ bersabda:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

> “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, yang merasa cukup, dan yang tidak menonjolkan diri.”
(HR. Muslim)

Dalam hadis ini, Rasulullah ﷺ menggambarkan sosok yang istimewa di sisi Allah: ia bukan yang viral, bukan yang populer, tapi yang istiqamah menjaga hubungan hatinya dengan Allah. Ia beramal dalam diam, bersedekah tanpa kamera, berdoa tanpa penonton, dan menangis di malam hari ketika dunia terlelap.

Sungguh, di antara tanda kemurnian iman adalah ketika seseorang mampu menyembunyikan amalnya sebagaimana ia menyembunyikan dosa-dosanya.

Dunia Menilai yang Tampak, Allah Menilai yang Tersembunyi

Kita hidup di zaman ketika manusia mudah terpukau oleh tampilan luar. Amal yang tampak besar di mata manusia, bisa jadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, amal yang tak terlihat oleh siapa pun, bisa menjadi sebab seseorang memperoleh rahmat dan surga.

Dalam Shahih al-Bukhari, Rasulullah ﷺ pernah bercerita tentang tiga orang yang terperangkap di dalam gua. Masing-masing dari mereka berdoa dengan menyebut amal tersembunyi yang pernah mereka lakukan. Amal-amal itu tidak diketahui siapa pun, namun justru menjadi sebab keselamatan mereka.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Satu orang berbakti kepada orang tuanya dengan tulus, satu lagi menjaga amanah dalam urusan harta, dan satu lagi menahan diri dari maksiat karena takut kepada Allah. Doa mereka dikabulkan karena keikhlasan amal itu — amal yang hidup tanpa saksi manusia.

Amal yang Tidak Mati

Orang ikhlas tidak butuh penonton. Mereka tidak mengharapkan pujian, karena yang mereka cari hanya ridha Allah. Amal mereka seperti akar pohon yang tersembunyi di dalam tanah — tak terlihat, tapi memberi kehidupan pada batang, daun, dan buah.

Bahkan ketika mereka telah wafat, amal itu tetap hidup dalam catatan langit. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali yang murni, dan yang hanya mengharap wajah-Nya.”
(HR. An-Nasa’i)

Amal yang tersembunyi tidak mati, sebab ia dilakukan bukan untuk dunia, tapi untuk Allah yang kekal.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Di Zaman Riyaa’ Digital

Realitas hari ini menguji hati kita dengan cara yang halus. Kita ingin orang tahu bahwa kita berbuat baik, agar menjadi inspirasi. Tapi sering kali, tanpa disadari, keikhlasan itu terkikis oleh keinginan untuk dilihat.

Maka, para ulama salaf menasihati:

“Sembunyikan amal baikmu sebagaimana kamu menyembunyikan dosamu.”

Mereka takut riyaa’ (pamer amal) lebih dari takut miskin. Sebab riyaa’ adalah racun bagi amal. Ia bisa membuat kebaikan sebesar gunung menjadi debu yang diterbangkan angin.

Kebaikan yang Dirahasiakan

Bayangkan seseorang yang bangun di tengah malam, ketika dunia sunyi, lalu ia berwudhu dengan gemetar dan bersujud di hadapan Allah. Tidak ada yang tahu, tidak ada yang mendengar, tapi Allah melihat.

Atau seseorang yang menyelipkan uang ke tangan anak yatim tanpa diketahui siapa pun, lalu pergi dengan wajah tenang, seolah tidak melakukan apa-apa. Di hadapan manusia, ia hanyalah orang biasa. Tapi di hadapan Allah, ia istimewa.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Tujuh golongan yang akan Allah lindungi pada hari tiada naungan selain naungan-Nya, salah satunya adalah seseorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan tangan kanannya.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Inilah bentuk amal yang paling mulia — tidak butuh saksi, tidak menuntut tepuk tangan.

Saatnya Menata Hati

Saudaraku, mari kita belajar kembali mencintai kesunyian. Dunia mungkin tidak tahu ketika kita berzikir, berdoa, atau menolong diam-diam. Tapi Allah tahu. Bahkan, Allah lebih menghargainya dibanding amal yang diumumkan dengan megah.

Keikhlasan adalah cermin hati yang bening. Ia tidak butuh cahaya dunia, karena sudah diterangi oleh iman.

Penutup: Jadilah Hamba yang Tidak Dikenal di Dunia, Tapi Dikenal di Langit

Mungkin nama kita tidak viral, wajah kita tidak muncul di media, tapi jika amal kita diterima Allah, itu jauh lebih berarti.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada amal kecil yang dilakukan dengan ikhlas.”

Maka teruslah berbuat baik, meski tak ada yang tahu. Teruslah menebar manfaat, meski tak ada yang memuji. Karena di dunia yang serba terlihat, yang tersembunyi justru paling istimewa.

Dan ketika semua sorot lampu dunia padam, amal tersembunyimu akan tetap bercahaya — menjadi saksi kejujuran cintamu kepada Allah. (Oleh: Tengku Iskandar, M.Pd –
Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement