Khazanah
Beranda » Berita » Menelusuri Kredibilitas Perawi Hadis: Panduan Singkat dari Taqrīb al-Tahdhīb

Menelusuri Kredibilitas Perawi Hadis: Panduan Singkat dari Taqrīb al-Tahdhīb

ulama klasik menulis kitab tentang perawi hadis
Menggambarkan proses penulisan kitab klasik yang menuntut kejujuran dan ketelitian ilmiah.

Surau.co Dalam studi hadis, kredibilitas perawi hadis menjadi fondasi utama dalam menilai keabsahan riwayat. Tidak cukup hanya menghafal sanad; perlu diketahui siapa orang-orang di balik mata rantai periwayatan itu. Di sinilah pentingnya kitab monumental karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī berjudul Taqrīb al-Tahdhīb. Kitab ini adalah jembatan antara dunia sanad yang kompleks dan pemahaman ringkas tentang kejujuran serta kapasitas para perawi.

Sejak paragraf pertama, pembahasan tentang kredibilitas perawi hadis dalam Taqrīb al-Tahdhīb membuka mata kita bahwa kejujuran ilmiah adalah bagian dari ibadah. Ibn Ḥajar menyusun ringkasan dari ribuan biografi dengan bahasa padat, akurat, dan penuh tanggung jawab ilmiah.

Mengapa Kredibilitas Perawi Hadis Begitu Penting?

Bayangkan jika sebuah berita besar tentang agama bersumber dari seseorang yang tidak dikenal, atau dikenal sebagai pembohong. Maukah kita bersandar pada informasi itu? Tentu tidak. Begitu pula dengan hadis. Dalam Islam, kebenaran bukan hanya diukur dari isi, tapi juga dari siapa yang menyampaikan.

Ibn Ḥajar menyadari betul hal itu. Dalam Taqrīb al-Tahdhīb, ia menulis:

“فلان ثقة ثبت”
“Fulan adalah orang yang tepercaya dan kokoh (dalam hafalan).”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Istilah thiqah tsabt menunjukkan tingkat keandalan tertinggi dalam periwayatan — seseorang yang hafalannya kuat dan integritasnya terjaga.

Kitab ini menyingkat ribuan catatan biografis para perawi dari karya sebelumnya, Tahdhīb al-Kamāl karya al-Mizzī, lalu diringkas oleh Ibn Ḥajar sendiri menjadi Taqrīb al-Tahdhīb, agar lebih mudah digunakan oleh para pelajar hadis.

Struktur dan Keunikan Kitab Taqrīb al-Tahdhīb

Berbeda dari kitab fiqh yang tersusun dalam bab tematik, Taqrīb al-Tahdhīb tersusun alfabetis berdasarkan nama perawi. Setiap entri berisi:

  1. Nama lengkap dan nisbah,

  2. Informasi tentang guru dan muridnya,

    Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

  3. Penilaian singkat tentang kredibilitas,

  4. Keterangan tambahan seperti tahun wafat atau tempat asal.

Dalam salah satu entri, misalnya, Ibn Ḥajar menulis:

“يحيى بن سعيد الأنصاري ثقة حافظ من كبار التابعين”
“Yahya bin Sa‘īd al-Anṣārī adalah perawi tepercaya, hafiz, dan termasuk tabi‘in senior.”

Kalimat singkat itu memuat informasi padat: status keilmuan, kredibilitas, dan generasi keislaman. Inilah keunggulan metode Ibn Ḥajar — ringkas, tapi sarat makna.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Metode Ibn Ḥajar dalam Menilai Perawi

Ibn Ḥajar menggunakan sistem istilah evaluatif (jarḥ wa ta‘dīl) yang sangat disiplin. Istilah seperti thiqah, ṣadūq, layyin, majhūl, dan ḍa‘īf menjadi alat ukur kualitas sanad.

Dalam Taqrīb al-Tahdhīb terdapat kalimat:

“فلان صدوق يهم”
“Fulan jujur, namun kadang keliru.”

Ungkapan itu menunjukkan keadilan ilmiah Ibn Ḥajar. Ia tidak menilai secara hitam-putih, tetapi menimbang antara kejujuran pribadi dan kekuatan hafalan.

Selain itu, beliau juga menggunakan istilah maqbūl bagi perawi yang diterima bila didukung oleh sanad lain, dan munkar bagi yang lemah hafalannya atau bertentangan dengan perawi yang lebih kuat.

“فلان مقبول”
“Fulan diterima (jika diperkuat oleh riwayat lain).”

Metode semacam ini mengajarkan pentingnya verifikasi dan keseimbangan dalam menilai sebuah informasi.

Relevansi Kitab Ini di Zaman Modern

Dalam era media sosial, informasi tersebar tanpa filter. Kitab Taqrīb al-Tahdhīb memberi pelajaran berharga: jangan percaya sebelum mengenal sumbernya. Konsep yang dulu diterapkan pada sanad hadis kini sangat relevan untuk menghadapi hoaks digital.

Ibn Ḥajar mengingatkan melalui gaya tulisnya yang penuh kehati-hatian, seolah menasihati generasi setelahnya:

“ينبغي التثبت في الرواية عن الضعفاء”
“Wajib berhati-hati dalam meriwayatkan dari perawi yang lemah.”

Kehati-hatian ini tidak hanya untuk ulama hadis, tapi juga bagi siapa pun yang berbicara atas nama kebenaran. Dalam konteks modern, kita diajak untuk tidak asal membagikan berita, tidak asal mengutip, dan tidak asal percaya.

Refleksi: Integritas Ilmiah dan Spiritual

Nilai utama dari Taqrīb al-Tahdhīb bukan hanya keakuratan datanya, tapi juga ruh ilmiahnya. Ibn Ḥajar mencontohkan bahwa menjaga amanah ilmu adalah bagian dari iman.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah.”
(QS. An-Nisā’: 135)

Ayat ini menjadi cermin nilai yang dipegang Ibn Ḥajar — menilai setiap perawi secara adil, tanpa memihak, dan tanpa fanatisme.

Amanah Ilmu dan Spirit Ketelitian

Membaca Taqrīb al-Tahdhīb seperti menyelami lautan data, tetapi yang kita temukan bukan sekadar angka dan nama — melainkan amanah keilmuan. Ia menuntun pembaca untuk bersikap hati-hati dalam menerima dan menyampaikan ilmu, sejalan dengan sabda Nabi ﷺ:

“نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا فَأَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا”
“Semoga Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengar sabdaku, lalu menghafalnya dan menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini menggambarkan semangat para perawi — yang dengan ketelitian mereka, ajaran Rasulullah ﷺ sampai kepada kita.

Maka, Taqrīb al-Tahdhīb bukan sekadar katalog nama, tetapi warisan etika intelektual.

Penutup

Melalui karya ini, Ibn Ḥajar mengajarkan bagaimana ilmu, kejujuran, dan akurasi adalah pilar peradaban. Dalam dunia modern yang penuh informasi cepat, Taqrīb al-Tahdhīb menjadi pengingat abadi: bahwa kebenaran perlu bukti, dan bukti perlu orang yang dapat dipercaya.

Membaca kitab ini bukan hanya memahami sanad hadis, tapi juga belajar menjadi manusia yang amanah dalam setiap perkataan.

 

* Sugianto al-jawi
Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement