Khazanah
Beranda » Berita » Sa’d ibn Muaz: Pemimpin Aus yang Kematiannya Menggetarkan Arasy

Sa’d ibn Muaz: Pemimpin Aus yang Kematiannya Menggetarkan Arasy

Ilustrasi prajurit Islam yang berdoa di tengah peperangan.
Ilustrasi prajurit Islam yang berdoa di tengah peperangan.

SURAU.COSa‘d ibn Muaz adalah seorang sahabat Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dari kalangan Anshar, berasal dari suku Aus, keturunan Bani Asyhali. Ayahnya bernama Muaz ibn al-Nu‘man, dan ibunya bernama Kabsyah binti Rafi‘. Nama panggilannya adalah Abu Umar.

Sa‘d termasuk salah satu dari empat tokoh kebanggaan suku Aus. Mereka mengatakan,

“…ada yang kematiannya menggetarkan Arasy, yaitu Sa‘d ibn Muaz.”

Setelah Usaid ibn Hudhair masuk Islam (berkat dakwah Mush‘ab ibn Umair dan As‘ad ibn Zararah), ia kembali menemui Sa‘d ibn Muaz. Usaid bercerita bahwa Bani Haritsah akan membunuh anak pamannya, As‘ad, dengan tujuan agar Sa‘d menemui keduanya (Mush‘ab dan As‘ad).

Sa‘d berdiri di hadapan Mush‘ab dan anak pamannya, As‘ad, sambil memaki-maki. Ia berkata kepada As‘ad, “Hai Abu Umamah, seandainya tak ada ikatan kekerabatan antara aku dan kamu, niscaya aku tak mau melakukan ini, kau telah mendatangkan sesuatu yang dibenci oleh keluarga kita.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Mush‘ab menanggapi, “Duduk dan dengarlah! Jika kau rida dengan apa yang akan kaudengar, pasti kau akan menerimanya. Tetapi jika kau tidak suka, kami akan berusaha menghilangkan ketidaksukaanmu.”  Sa‘d menjawab, “Baiklah, aku akan mendengarkan.”

Masuk Islam setelah mendengar bacaan Qur’an

Ketika Mush‘ab baru saja membacakan separuh ayat Al-Qur’an, wajah Sa‘d berubah menjadi berseri-seri. Ia bertanya kepada Mush‘ab, “Bagaimana cara untuk masuk ke dalam agama ini?”

Mush‘ab menjawab, “Sucikan pakaianmu dan bersihkan dirimu! Kemudian bersaksilah dengan kesaksian yang benar. Setelah itu, dirikanlah salat dua rakaat. Dengan begitu, kau telah menjadi seperti kami.”

Sa‘d pun menjalankan semua ucapan Mush‘ab, kemudian ia kembali kepada kaumnya. Di hadapan mereka ia berkata lantang, “Wahai Bani al-Asyhal, bagaimana kalian mengenal aku?” Mereka menjawab, “Kau seorang pemimpin dan yang paling baik di antara kami dalam urusan berpikir. Engkau juga orang kepercayaan kami.” Mendengar jawaban mereka, ia menyatakan, “Kalian semua, laki-laki maupun perempuan, tidak lepas dari keharaman hingga kalian beriman kepada Allah dan Rasulullah.”  Setelah mendengar penjelasan Sa‘d ibn Muaz, seluruh Bani Abdul Asyhal berkenan memeluk Islam.

Keberanian di Khandaq dan Doa Kesyahidan

Aisyah ra. menceritakan bahwa pada saat Perang Khandaq, Sa‘d lewat membawa tombak dan mengenakan baju perang yang sudah usang. Saking usangnya, pangkal lengan Sa‘d terlihat. Ia berjalan sambil melantunkan syair:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Pakailah sedikit saja, ketika perang menjelang Tak apa temui kematian jika memang ajal tiba

Ibunda Sa‘d ibn Muaz berkata, “Benar sekali anakku, demi Allah, kau terlambat untuk berperang.” Aisyah menimpali karena khawatir Sa‘d akan mudah terkena anak panah musuh.

Benar saja, tak lama kemudian, dalam peperangan itu ia terkena anak panah yang berasal dari Hibban ibn al-Ariqah. Saat melepaskan panah tersebut, Hibban berkata kepada Sa‘d, “Terimalah panahku itu, aku adalah putra al-Ariqah.”

Sa‘d menjawab, “Semoga Allah menceburkan wajahmu ke neraka.” Kemudian ia berdoa,

“Ya Allah, seandainya Engkau berkehendak memanjangkan umurku untuk memerangi Quraisy, panjangkanlah umurku, karena tak ada satu golongan pun yang sangat ingin kuperangi selain golongan yang mendustai dan mengusir Rasul-Mu. Dan, jika Engkau berkenan menyudahi perang antara kami dan mereka (kafir Quraisy) maka anugerahilah aku kesyahidan. Dan jangan Engkau matikan aku sampai aku merasa tenang melihat (kekalahan) Bani Quraizah.”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Ketika Sa‘d terkena panah, Rasulullah Saw. memerintahkan untuk membawanya ke tenda Rufaidah al-Aslamiyah di masjid agar beliau mudah menjenguknya.

Keputusan Atas Bani Quraizah

Setelah Perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan kaum Muslim mengepung perkampungan Bani Quraizah. Kaum Yahudi itu telah menyimpang dan keluar dari perjanjian. Meskipun pengepungan terus berlangsung hingga dua puluh lima hari, mereka tidak punya keberanian untuk berperang. Akhirnya, mereka memilih menyerah tanpa syarat dan mengikuti ketetapan yang Rasulullah gariskan.

Beberapa orang dari suku Aus menghadap kepada Rasulullah  dan meminta agar Bani Quraizah diberikan kepada mereka, karena Bani Quraizah berada dalam perlindungan mereka.

Rasulullah Saw. menjawab, “Apakah kalian rida jika urusan ini diserahkan kepada salah seorang di antara kalian untuk merundingkannya dengan Bani Quraizah?” Mereka menyetujui usulan Rasulullah, dan beliau memilih Sa‘d ibn Muaz, pemimpin Suku Aus, untuk menyelesaikan urusan itu.

Sa‘d saat itu masih terbaring akibat luka yang dideritanya dalam Perang Parit. Beberapa orang suku Aus membawanya di atas tandu.

Di tengah perjalanan, mereka berkata,

“Berbuat baiklah kepada orang-orang yang berada di bawah perlindunganmu, karena Rasulullah memilihmu agar engkau berbuat baik kepada mereka.”

Ia menjawab, “Telah datang waktunya bagi Sa‘d, ia tidak akan terpengaruh  oleh celaan orang-orang yang mencela.” Sa‘d berpikir panjang tentang pengkhianatan berulang yang kaum Yahudi lakukan di Madinah.

Ketika melihat kedatangan Sa‘d, Rasulullah berdiri menyambutnya. Beliau juga meminta orang-orang yang ada di sana berdiri menyambutnya. Setelah berhadapan, Rasulullah  memintanya menyelesaikan urusan Bani Quraizah.

Sa‘d mengedarkan pandangannya kepada semua sahabat yang hadir di sana dan meminta persetujuan,

“Kalian harus memegang teguh janji ini. Sesungguhnya keputusan mengenai Bani Quraizah sesuai dengan apa yang akan kutetapkan.”

Mereka menjawab, “Baiklah, kami akan menaati dan memegang janji itu.” Rasulullah pun menjawab, “Ya, aku setuju.”

Setelah semua orang bersepakat, Sa‘d berkata, “Aku memutuskan untuk membunuh kaum laki-laki mereka, membagikan harta mereka, dan menawan anak-anak serta kaum wanita mereka.”

Penghormatan dari Langit

Setelah Sa‘d mengeluarkan keputusan itu, kaum Muslim segera memasuki benteng pertahanan Bani Quraizah. Mereka merampas harta dan rumah mereka, kemudian membunuh kaum laki-laki mereka dan menawan kaum wanita dan anak-anak.

Namun, setelah memberi keputusan, Sa‘d meringis karena luka-lukanya bertambah parah. Rasulullah merawatnya sampai darah dari luka-lukanya membasahi beliau.

Jabir ibn Abdullah menuturkan bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda,

“Arasy Tuhan yang maha penyayang bergetar karena kematian Sa‘d ibn Muaz.”

Berdasar riwayat  dari Sa‘d ibn Abu Waqash bahwa Nabi Saw.bersabda,

“Allah memberi izin tujuh puluh ribu malaikat yang belum pernah turun ke bumi untuk melihat jenazah Sa‘d ibn Muaz.”

(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement