SURAU.CO-Shuhaib ibn Sinan al-Rumi adalah seorang sahabat Nabi dari kalangan Arab yang keluarganya memiliki pengalaman tersendiri dengan bangsa Romawi. Ayahnya bernama Sinan ibn Malik, sedangkan ibunya bernama Salma binti Qa’id. Ayah-ibunya adalah orang Arab tulen. Shuhaib disebut al-Rumi karena ketika masih kecil pernah ditawan oleh bangsa Romawi.
Rasulullah Saw. memanggil Shuhaib dengan panggilan Abu Yahya. Ia tumbuh dalam keluarga yang berkecukupan. Ayahnya menjadi pembantu di istana Kisra (raja Persia) yang menguasai wilayah Ubullah.
Suatu hari, ibunda Shuhaib berjalan-jalan sambil membawa putranya, Shuhaib,bersama seorang pengawal. Malang, tiba-tiba saja muncul sekelompok pasukan Romawi yang langsung menyerang dan membunuh pengawal mereka. Orang Romawi itu juga merampas seluruh harta benda mereka serta menawan Shuhaib yang masih kecil.
Salma pulang ke rumahnya dengan hati diliputi kepedihan. Suaminya, Sinan ibn Malik, merasa sangat terpukul mendengar kabar tersebut. Bahkan, Sinan hilang ingatan karena tidak kuat menanggung derita.
Keinginan Merdeka
Para penawan membawa Shuhaib kecil ke negeri Romawi, kemudian seorang saudagar membelinya. Ia pun tinggal bersama keluarga tersebut sebagai budak pembantu. Seiring tumbuh dewasa, semakin besar pula keinginan Shuhaib untuk hidup sebagai manusia merdeka. Ia terus berpikir bagaimana cara mendapatkan kembali kemerdekaan, bagaimanapun caranya.
Lama menetap di negeri itu, gaya bicara Shuhaib mengalami perubahan, sesuai dengan dialek orang-orang di sekitarnya. Meskipun demikian, kerinduan untuk kembali kepada keluarga tak pernah lenyap.
Pada suatu hari, ia mendengar pembicaraan antara majikannya dengan seorang dukun. Dukun itu berkata, “Di jazirah Arab telah muncul seorang nabi dan kitab-kitab terdahulu telah mewartakan kedatangannya.” Pembicaraan ini mendorong keinginannya untuk melarikan diri.
Ibn al-Atsir mengisahkan bahwa Shuhaib melarikan diri dari Romawi ketika usianya menginjak dewasa. Ia pergi menuju Makkah dan di kota itu ia tinggal bersama Ibn Jid’an, yang mengajarinya dan memberinya kesempatan untuk berdagang. Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, Shuhaib dapat mengumpulkan harta yang banyak.
Ketika Nabi Saw. mulai menyebarkan dakwahnya, Shuhaib segera menuju rumah al-Arqam ibn Abil Arqam. Tiba di depan pintu, ia berjumpa dengan Amar ibn Yasar. Keduanya menyatakan masuk Islam. Begitulah setiap hari kegiatan yang dilakukan oleh Shuhaib dan Amar.
Siksaan dan Pengorbanan Harta Demi Hijrah
Karena tidak memiliki perlindungan sanak saudara, kegiatan yang dilakukan diam-diam itu tak dapat berlangsung lama. Kaum Quraisy mengetahui kegiatan mereka, dan sebagai akibatnya, mereka dibawa dan disiksa. Shuhaib menghadapi semua kesulitan dan penderitaan dengan hati yang tenang dan sabar.
Tak lama kemudian, turun wahyu yang memerintahkan beliau dan kaum Muslim untuk hijrah. Secara diam-diam mereka meninggalkan Makkah menuju Madinah.
Ketika Shuhaib hendak berangkat hijrah, sekelompok Quraisy mengikutinya diam-diam. Tiba di tempat yang sepi, orang-orang Quraisy itu mencegat dan mengepung Shuhaib. Ia berlari dan naik ke tempat yang lebih tinggi lalu mempersiapkan busur dan anak panahnya. Ia mengancam akan menghancurkan mereka dengan anak panah dan pedangnya.
Melihat kaum Quraisy itu tidak gentar, Shuhaib berkata, “Bagaimana jika kuserahkan seluruh hartaku kepada kalian? Apakah kalian akan membiarkanku pergi?”
Rupanya penawaran itulah yang kaum musyrik Quraisy nanti-nantikan. Mereka menyambut tawaran itu dengan gembira. Shuhaib lantas menunjukkan tempat harta tersebut dalam rumahnya. Mereka bubar dan mengambil harta Shuhaib, kemudian mereka membebaskannya.
Perniagaan yang Menguntungkan
Shuhaib melanjutkan perjalanannya menuju Yatsrib. Ia tempuh medan perjalanan yang berat siang dan malam. Seluruh hartanya telah ia serahkan kepada kaum kafir.
Setelah berhari-hari menempuh perjalanan, akhirnya Shuhaib tiba di Quba, tempat ia bertemu dengan RasulullahSaw. Ketika keduanya berjumpa, Rasulullah bersabda kepadanya dengan wajah gembira, “Perniagaan yang beruntung wahai Abu Yahya, sungguh perniagaan yang menguntungkan.”
Shuhaib menyahut, “Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak pernah menceritakan masalah yang kuhadapi dalam perjalanan kepada seorang pun. Engkau pasti mengetahuinya dari Jibril.”
Rasulullah Saw. memuji perniagaan yang Shuhaib lakukan. Bahkan, AllahSwt berfirman,
“Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari rida Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
Memang benar, Shuhaib telah mendapatkan keuntungan yang besar. Sementara itu, orang Quraisy sangat bodoh. Mereka merugi dengan kerugian yang sangat besar. Setelah menetap di Madinah, Shuhaib Rasulullah mempersaudarakannya dengan al-Harits ibn al-Shamit al-Anshari.
Berpartisipasi dalam Perang
Shuhaib ikut dalam Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Ia berkata mengenai pribadinya: “Aku adalah laki-laki keturunan al-Namir ibn Qasith; meski tubuhku ternoda, aku tetap akan melekatkan kebangsaanku kepadanya.”
Ibn al-Atsir menuturkan riwayat dari Anas bahwa Rasulullah bersabda,
“Para pendahulu (pemenang) itu ada empat orang: aku pendahulu bangsa Arab, Shuhaib pendahulu bangsa Roma, Salman pendahulu bangsa Persia, dan Bilal pendahulu bangsa Abisinia.”
Ibn al-Atsir juga mengutip sebuah hadis dari Shuhaib tentang nikmat melihat Allah di surga.
Shuhaib termasuk sahabat yang gemar menyantuni. Karena kedermawanannya, Umar pernah berkata kepadanya, “Aku lihat kau banyak memberi dan kadang-kadang berlebihan.” Shuhaib menjawab, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sebaik-baik kamu adalah yang gemar memberi makanan.’ ”
Ketika Khalifah Umar mengalami penikaman, beliau memandang semua sahabatnya kemudian berkata, “Aku ingin Shuhaib ikut menyalatiku bersama orang-orang.” Shuhaib menjalankan wasiat Khalifah dan setelah Umar wafat, ia terpilih menjadi salah seorang anggota tim musyawarah untuk menentukan pengganti Umar.
Shuhaib wafat di Madinah dalam usia 70 tahun lebih.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
