SURAU.CO-Ubay ibn Ka‘b adalah seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar, yang berasal dari suku Khazraj, keturunan Bani Mu‘awi. Ayahnya bernama Ka‘b ibn Qais ibn Ubaid, sedangkan ibunya bernama Shuha ilah binti al-Aswad. Ia memiliki dua nama julukan: Abu al-Mundzir, julukan yang diberikan oleh Rasulullah , dan Abu Thufail, julukan yang diberikan oleh Umar ibn al-Khattab, yang merujuk kepada nama putranya. Umar ibn al-Khattab pernah berkata mengenai beliau, “Ubay adalah pemuka kaum Muslim.”
Ubay ibn Ka‘b termasuk di antara 70 orang Anshar yang mengikuti Baiat Aqabah kedua dan salah satu dari 12 pemimpin Yatsrib yang ditunjuk oleh Nabi . Sebelum memeluk Islam, Ubay ibn Ka‘b dikenal sebagai seorang ulama Yahudi, bahkan termasuk pemimpin para rahib Yahudi. Rasulullah menaruh kepercayaan kepadanya dan mengangkatnya sebagai penulis wahyu karena ia cerdas dan menjadi Muslim yang baik.
Ayat Terbesar dan Pujian Nabi
Pada suatu hari Rasulullah m bertanya kepadanya, “Hai Abu Mundzir, ayat manakah dari Kitabullah yang terbesar?” Ka‘b menjawab, “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu.”
Rasul bertanya lagi,
“Hai Abu Mundzir, ayat manakah dari Kitabullah yang terbesar?”
Ditanya dua kali dengan pertanyaan serupa, Ubay ibn Ka‘b menjawab,
“Allāhu lā ilāha illā huwa al-hayyu al-qayyum (Ayat Kursi).”
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menepuk dadanya dan bersabda,
“Semoga kau diliputi pengetahuan, wahai Abu Mundzir.”
Imam al-Bukhari mencatat sebuah hadis dari Abdullah ibn Amr yang berkata,
“Aku pernah mendengar Nabi Saw. bersabda, ‘Ambillah Al-Qur’an dari empat orang, dari Abdullah ibn Mas‘ud (beliau memulainya dengan menyebut namanya), Salim maula Abu Khudzaifah, Muaz ibn Jabal, dan Ubay ibn Ka‘b.’ ”
Imam al-Bukhari juga mencatat hadis lain bahwa Nabi bersabda kepada Ubay,
“Allah memerintahkan kepadaku untuk membacakan kepadamu (ayat): orang kafir, yakni Ahli Kitab dan orang musyrik (mengatakan) tidak akan meninggalkan (agamanya).” Ia (Ubay) bertanya, “Benarkah Allah menyebutkan namaku?” Nabi Saw. bersabda, “Benar.” Ka‘b menangis bahagia.
Penulis Wahyu dan Referensi Hukum
Selain menuliskan wahyu, Ka‘b juga banyak menuliskan surat-surat dan perjanjian bagi Nabi Saw. Pada masanya, Ka‘b sering memberi fatwa dan orang-orang menyebutnya “Pemuka para qari (ahli membaca Al-Qur’an).”
Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq dan Umar ibn al-Khattab sangat menghormatinya karena mengetahui kedudukannya yang mulia di sisi Nabi. Kadang-kadang Khalifah Umar ra. meminta pendapatnya jika ada silang pendapat dengan sahabat yang lain.
Ada 164 hadis yang berasal dari Ubay ibn Ka‘b yang tercatat dalam dua kitab shahih. Al-Hasan ibn Shalih meriwayatkan bahwa Masyruq berkata,
“Orang yang menjadi sandaran hukum dari kalangan sahabat Nabi ada enam, yaitu Umar, Ali, Abdullah, Ubay, Zaid, dan Abu Musa.”
Abu Umar ibn Abdu al-Barr mengatakan dalam kitab al-Isti‘ab bahwa Ubay ibn Ka‘b adalah seorang laki-laki yang berjanggut dan berambut putih, dan ia tidak pernah mengubah warna rambutnya.
Peran Ubay Sebagai Juru Tulis Nabi
Muhammad ibn Sa‘d meriwayatkan dari al-Waqidi bahwa orang pertama yang menuliskan bagi Rasulullah Saw. sejak kedatangan beliau ke Madinah adalah Ubay ibn Ka‘b. Dia pulalah yang pertama kali menuliskan di akhir surat. Jika Ubay tidak ada, maka yang menuliskan untuk Rasulullah adalah Zaid ibn Tsabit atau yang lain. Sementara itu, orang Quraisy pertama yang menuliskan untuk Rasulullah adalah Abdullah ibn Sa‘d ibn Abu Sarah, tetapi kemudian ia murtad dan kembali ke Makkah. Adapun orang yang terbiasa menuliskan surat-surat Rasulullah adalah Abdullah ibn al-Arqam al-Zuhri; dan orang yang biasa menuliskan naskah perjanjian adalah Ali ibn Abu Thalib.
Selama hidupnya Ubay termasuk orang yang bertakwa, zuhud, dan warak. Ia termasuk orang yang sangat takut kepada Allah. Sebagai contoh, ketika membaca atau mendengar firman Allah Swt. tentang azab, langsung terlihat tanda sangat ketakutan pada raut mukanya.
Abu Umar ibn Abdul Barr mengatakan dalam kitabnya, al-Isti‘ab, bahwa Ubay ibn Ka‘b wafat pada 17 Hijriah. Sebagian lain mengatakan bahwa ia wafat pada 20 Hijriah, atau 22 Hijriah. Namun, banyak yang mengatakan bahwa beliau wafat pada masa pemerintahan Khalifah Umar.
Ketika beliau wafat, penduduk Madinah berkata, “Seorang pemimpin kaum Muslim telah tiada.”(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
