SURAU.CO-Ukasyah ibn Mihshan adalah seorang sahabat Nabi keturunan Bani Asadi. Ia sering dipanggil dengan sebutan Abu Mihshan—seorang pejuang dan pahlawan Islam sejati. Pedangnya tak pernah absen dari berbagai peperangan membela agama Allah sehingga ia mendapatkan cita-cita tertingginya, yaitu mati sebagai syahid.
Ukasyah mengikuti berbagai peperangan bersama Rasulullah Saw. Pedangnya sudah banyak memakan korban dari kaum musyrik. Ia tak pernah gentar menghadapi musuh-musuh Allah. Rasulullah melekatkan sifat-sifat baik kepadanya sebagaimana sabdanya,
“Di antara kita ada seorang prajurit berkuda Arab yang tangguh.”
Ketika ditanya “Siapakah dia, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ukasyah ibn Mihshan.” Ucapan Rasulullah Saw. itu benar-benar menjadi penghormatan yang tulus dan agung.
Insiden Nakhla
Setelah berhijrah ke Madinah, Ukasyah rajin menghadiri majelis Rasulullah. Ia juga pernah mengikuti perang kecil yang dipimpin Abdullah ibn Jahsy. Ketika pasukan kecil itu beristirahat di sebuah kebun kurma, tiba-tiba mereka melihat rombongan dagang milik kaum Quraisy.
Melihat rombongan dagang tersebut, muncul gagasan untuk menakut-nakuti kafilah Quraisy itu. Ukasyah dan para sahabatnya muncul tiba-tiba. Kemudian Ukasyah, yang saat itu berkepala gundul, turun menghampiri mereka. Ketika melihat Ukasyah, mereka ketakutan.
Akhirnya, anggota rombongan itu ditawan dan salah seorang mereka, yaitu Amr ibn al-Hadhrami dibunuh. Anggota rombongan lain, yaitu Utsman ibn Abdullah dan al-Hakam ibn Kaisan ditawan, sementara Naufal ibn Abdullah berhasil melarikan diri. Peristiwa itu terjadi pada akhir bulan Rajab (bulan haram).
Ketika kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah, beliau berkata,
“Aku tidak memerintahkan kalian untuk berperang di bulan haram.”
Semua barang rampasan dan para tawanan dibiarkan begitu saja. Beliau sama sekali tak mau menerimanya.
Tindakan para sahabat itu mendapat celaan dari seluruh kaum Muslim. Bahkan kaum Quraisy berkata, “Muhammad dan para sahabatnya telah menghalalkan (perang) di bulan haram.”
Ketika banyak orang mencela mereka, Allah menurunkan wahyu yang membebaskan mereka dari kesalahan:
“Mereka bertanya kepadamu tentang perang di bulan haram. Katakanlah, ‘Perang pada bulan itu adalah pelanggaran besar. Tetapi, memalingkan manusia dari jalan Allah, kekafiran kepada-Nya, dan Masjidil Haram, dan mengeluarkan penduduknya dari sana adalah dosa yang lebih besar di sisi Allah. Dan fitnah itu lebih buruk dari pembunuhan. Dan mereka tidak akan berhenti memerangimu hingga mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian sesuai dengan kemampuan mereka. Dan barang siapa berpaling di antara kalian dari agamanya maka hendaklah ia mati dalam keadaan kafir. Mereka itulah yang amal mereka menjadi sia-sia di dunia dan akhirat, dan mereka itulah ahli neraka yang kekal di dalamnya.”
Akhirnya, kaum Muslim dapat bernapas lega dan Rasulullah mau menerima rampasan tersebut. Selain itu, beliau juga berkenan mengambil tebusan bagi para tawanan. Setelah peristiwa itulah al-Hakam ibn Kaisan menyatakan diri masuk Islam dan berbakti kepada Rasulullah hingga akhirnya ia gugur dalam insiden Bi’r Ma‘unah.
Keajaiban Pedang Al-‘Awn di Badar
Salah satu pengalaman yang sangat dibanggakan oleh Ukasyah adalah keikutsertaannya dalam Perang Badar. Pada perang itu, ia mengerahkan semua kemampuan tempurnya. Ukasyah membuktikan kemahirannya berperang. Ia berperang dengan tangkas dan penuh semangat sampai-sampai pedangnya patah. Rasulullah memberinya sebatang kayu dan ketika ia memegangnya, kayu itu berubah menjadi pedang berwarna putih yang sangat mematikan. Dengan pedang itu, ia bertempur penuh semangat sampai akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada Rasulullah . Pedang itu selalu ia jaga dan ia gunakan dalam berbagai peperangan. Bahkan, saat ikut memerangi orang murtad pada zaman Abu Bakar al-Shiddiq, pedang itulah yang menjadi senjata andalannya. Karena itulah pedang itu dinamai al-‘Awn, yang berarti pertolongan.
Ukasyah ikut serta dalam Perang Uhud dan Khandaq. Pada Perang Uhud, ia menunjukkan kelihaiannya yang sangat mengagumkan.
Kepahlawanan dan Kesyahidan
Pada peristiwa Dzu Qarad, Ukasyah berhadapan dengan Aubar dan anaknya Amr. Ukasyah membunuh mereka sekaligus dengan satu lemparan tombaknya.
Pada tahun 6 Hijrah di bulan Rabiul Awwal, Rasulullah mengutus Ukasyah ibn Mihshan ke al-Ghamar membawa 40 orang pasukan. Mereka segera berangkat dan menjumpai satu kaum. Ukasyah dan rombongan menakut-nakuti mereka hingga orang-orang itu lari meninggalkan sumber air mereka. Ukasyah mengutus beberapa mata-mata untuk memeriksa daerah tersebut. Akhirnya, mereka bertemu dengan seorang kepala suku yang menunjukkan tempat penyimpanan ternak mereka. Ternyata di tempat itu mereka menemukan 200 ekor unta dan kemudian ternak-ternak itu dibawa ke Madinah.
Pada tahun 11 Hijrah, Ukasyah ikut serta dalam pasukan Khalid ibn al-Walid untuk memerangi orang murtad dan nabi-nabi palsu. Khalid mengutus Ukasyah ibn Mihshan dan Tsabit ibn Arqam untuk memata-matai dan mengawasi keadaan musuh.
Sayang, musuh memergoki kedatangan mereka. Dua orang musuh, yaitu Thulaihah dan Salamah, memergoki Ukasyah dan Tsabit. Salamah langsung membunuh Tsabit, sedangkan Thulaihah mengalami kesulitan menjatuhkan Ukasyah. Karena terdesak, Thulaihah meminta bantuan Salamah. Mereka berdua mengeroyok Ukasyah hingga akhirnya ia tumbang oleh sabetan pedang dan tusukan tombak musuh. Ukasyah dan Tsabit gugur di medan perang.
Karena lama tak ada laporan, Khalid mengambil keputusan untuk melancarkan serangan. Pasukan Muslim berjalan lebih cepat ingin segera bertemu musuh.
Jaminan Surga Tanpa Hisab
Dulu, ketika masih ada di antara kaum Muslim, Rasulullah pernah mengatakan bahwa Ukasyah akan masuk surga tanpa melalui hisab. Rasulullah bersabda, “… Itu adalah umatmu dan akan masuk surga dari mereka tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.”
Setelah menyampaikan hadis tersebut, Rasulullah langsung masuk tanpa memberi penjelasan apa pun. Ketika Rasulullah keluar dan menjelaskan bahwa mereka adalah orang yang bertawakal, Ukasyah bertanya,
“Apakah aku termasuk dalam kelompok mereka, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Benar.”
Kemudian yang lain bertanya, “Apakah aku termasuk dalam kelompok mereka?”
Beliau menjawab, “Kau telah didahului oleh Ukasyah.”
(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
