Masjid
Beranda » Berita » As-Salam Citeureup Bogor: Riwayat Masjid yang Menenangkan Lebih dari Sekadar Nama

As-Salam Citeureup Bogor: Riwayat Masjid yang Menenangkan Lebih dari Sekadar Nama

Masjid Assalam Citeureup
Masjid Assalam Citeureup

SURAU.CO-Masjid As-Salam Citeureup Bogor mengajak setiap hati untuk singgah dan merasakan kedamaian yang jarang hadir di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern. As-Salam Citeureup Bogor berdiri bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi sebagai ruang pulang bagi jiwa yang penat. Merasakan suasana berbeda ketika memasuki halaman masjid ini: udara terasa lebih ringan, langkah melambat, dan hati seperti digiring untuk lebih tenang. Banyak jamaah juga mengaku mengalami hal yang sama, seakan beban hidup turun perlahan saat mendengar lantunan adzan dari menara masjid.

Mereka menjadikan Masjid sebagai pusat ibadah dan pembinaan akhlak anak-anak mereka. Dahulu, kawasan ini hanya berupa kampung kecil dengan jalan berbatu dan sawah terbentang. Sekarang, lingkungan sekitar telah berubah menjadi kawasan industri dengan lalu lintas padat, tetapi aura ketenangan masjid tetap bertahan. Saya melihat bagaimana para sesepuh menjaga tradisi, sementara generasi muda menambah warna dengan teknologi dan media sosial.

Mereka merawat setiap sudut masjid dengan cinta. Karpet selalu rapi, tempat wudu bersih, dan suara adzan terdengar jelas ke pemukiman sekitar. Banyak pekerja pabrik berhenti sejenak untuk datang shalat, bahkan hanya sekadar duduk di teras masjid untuk mengatur napas dan mengumpulkan pikiran. Transisi antara bising jalan raya dan sunyi di dalam masjid terasa begitu kontras. Itulah kekuatan spiritual yang membuat As-Salam terus menjadi tempat singgah favorit.

Anak muda duduk berdampingan dengan para orang tua, memperlihatkan bahwa masjid ini bukan hanya milik satu generasi. Imam masjid sering menyampaikan bahwa ketenangan bukan datang dari kemegahan bangunan, tetapi dari hati yang tulus menghidupkan shalat dan dzikir.

Harmoni Iman di Masjid As-Salam Citeureup

Masjid ini menghidupkan banyak kegiatan keagamaan yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Pengurus menyusun jadwal kajian tafsir, tahsin Al-Qur’an, majelis taklim ibu-ibu, dan latihan ceramah bagi remaja masjid. Menikmati teh hangat setelah kajian, dan saling bertukar cerita ringan. Tradisi ini menumbuhkan rasa persaudaraan yang sulit ditemukan di tempat lain.

Masjid Soko Tunggal Tamansari: Keajaiban Satu Tiang di Jantung Yogyakarta

Mereka juga mengadakan santunan yatim dan bantuan kepada dhuafa setiap bulan. Ramadan menjadi momen yang paling meriah. Serambi masjid dipenuhi takjil dari warga, dan semua orang bebas berbuka tanpa rasa canggung. Saya melihat anak-anak membantu membagikan makanan, sementara para ayah menata meja dan kursi. Semua bergerak aktif, tanpa harus diperintah. Dari sini, jelas bahwa masjid tidak berhenti pada shalat, tetapi hadir sebagai pusat kehidupan sosial.

Selain itu, masjid memiliki perpustakaan kecil yang menyimpan kitab tafsir, buku sejarah Islam, hingga karya penulis lokal. Saya pernah duduk di ruangan itu sambil membaca kitab Riyadhus Shalihin, ditemani aroma gaharu yang dibakar ringan oleh marbot masjid. Sensasinya sangat menenangkan, seperti kembali ke masa ketika ilmu dan ibadah berjalan beriringan.

Keberadaan masjid ini membuktikan bahwa spiritualitas dapat tumbuh di tengah kebisingan industri. Banyak pendatang baru merasa diterima tanpa syarat ketika pertama kali hadir. Mereka belajar, beribadah, dan perlahan menjadikan As-Salam sebagai rumah kedua.

Menjaga Warisan dan Menebar Kedamaian

Generasi muda mulai mengambil peran besar dalam merawat masjid. Mereka membuat konten dakwah di media sosial, menyiarkan kegiatan masjid secara langsung, dan mengarsipkan sejarah pendirian dalam bentuk digital. Upaya ini bukan sekadar tren, tetapi bentuk tanggung jawab untuk menjaga warisan para pendiri. Saya melihat bagaimana mereka belajar dari para sesepuh tentang adab, lalu memadukannya dengan teknologi tanpa mengurangi nilai kesakralan.

Para pengurus juga membuka pelatihan keterampilan seperti desain grafis dan fotografi, diselipkan dengan nilai dakwah. Program ini menarik banyak remaja yang sebelumnya hanya melihat masjid sebagai tempat shalat. Sekarang, mereka merasa memiliki, ikut menjaga, dan terlibat aktif dalam setiap kegiatan.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 155

Masyarakat sekitar semakin percaya bahwa masjid ini bukan hanya simbol agama, tetapi pusat kedamaian dan harapan. Banyak jamaah bercerita, mereka menemukan arah hidup setelah rutin hadir di masjid ini. Ada yang kembali berdamai dengan keluarga, ada yang berhenti dari kebiasaan buruk, dan ada yang menemukan keberanian untuk memperbaiki diri. Semua berawal dari langkah kecil menuju masjid As-Salam.

Akhirnya, makna “As-Salam” tidak lagi menjadi sekadar nama. Masjid ini menghadirkan kedamaian yang nyata, bertumbuh setiap hari, dan mengalir dari hati ke hati. Jejaknya akan tetap hidup, selama masih ada yang menjaga adzan berkumandang dan lantunan Al-Qur’an terus mengisi ruangnya. (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement