Khazanah
Beranda » Berita » Saat Kekuasaan Tak Mengubah Kesederhanaan: Abu Bakar al-Shiddiq

Saat Kekuasaan Tak Mengubah Kesederhanaan: Abu Bakar al-Shiddiq

Ilustrasi proses memerah susu kambing.
Ilustrasi proses memerah susu kambing.

SURAU.CO-Abu Bakar adalah seorang sahabat Nabi Saw. yang berasal dari suku Quraisy, keturunan Bani Tamim. Ada beberapa ragam pendapat tentang nama aslinya. Sebagian mengatakan bahwa nama aslinya adalah Abdu al-Ka‘bah. Abu Bakar tidak pernah meragukan Rasulullah Saw. Ia langsung menerima ajakan Nabi Saw. untuk mengikuti jalannya. Sejak menyatakan keislamannya

Ia juga terkenal sebagai orang yang sangat dermawan. Ia selalu bersungguh-sungguh mempersiapkan diri sebelum berangkat perang. Ia tidak hanya mengorbankan tenaga, bahkan jiwanya, tetapi ia juga mengorbankan hartanya untuk membekali pasukan Muslim.

Kedermawanan Abu Bakar

Terdapat riwayat dari Umar ibn al-Khattab ra. bahwa suatu ketika Rasulullah Saw. memerintahkan para sahabat untuk bersedekah. Umar ra. berkata,

“Aku segera menyerahkan separuh hartaku sebagai sedekah.”

Pada suatu hari, hadapan Rasulullah Saw. dan para sahabat, Umar berkata,

Manfaat Memahami Makna Tauhid

“Hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar. Kemarin ia mengalahkanku. Hari ini, aku memberikan separuh hartaku.”

Rasulullah Saw. berkata,

“Apa yang kausisakan untuk keluargamu?”

Umar berkata, “Separuhnya lagi.”

Kemudian datang Abu Bakar dan ia menyerahkan seluruh hartanya. Rasulullah Saw. berkata kepadanya, “Apa yang kautinggalkan buat keluargamu?”

Buah dari Kesabaran: Ketika Ujian Menjadi Jalan Menuju Kedewasaan

Abu Bakr menjawab, “Untuk mereka ada Allah dan Rasul-Nya.”

Umar berkata,

“Demi Allah, selamanya aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar, dalam urusan apa pun.”

Dua Mahapatih Rasulullah di Bumi

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Said al-Khudri, Rasulullah Saw.  bersabda,

“Aku memiliki dua mahapatih dari penduduk langit dan dua mahapatih dari penduduk bumi. Mahapatih dari langit adalah Jibril dan Mikail, sedangkan mahapatih dari bumi adalah Abu Bakar dan Umar.”

Sabar Menanti Pertolongan Allah

Kemudian Rasulullah Saw. mengangkat kepalanya ke langit lalu berkata,

“Bahwa orang yang tinggi akan bisa dilihat oleh orang yang ada di bawahnya sebagaimana mereka bisa melihat bintang di langit. Abu Bakar dan Umar adalah dua dari mereka, keduanya telah mendapat karunia.”

Seseorang bertanya kepada Abu Said, “Apa maksud ‘keduanya telah diberikan karunia’?” Ia menjawab, “Mereka dianugerahi keluarga yang baik.”

Rasulullah Saw. sangat memercayai keimanan dan keyakinan mereka. Terdapat riwayat bahwa Rasulullah Saw. bersabda,

“Seorang laki-laki menggembalakan kambing-kambingnya. Tiba-tiba seekor serigala muncul dan menyeret salah seekor kambingnya. Penggembala itu meminta kepada serigala itu agar mengembalikan kambingnya. Serigala itu berpaling kepada si penggembala dan berkata, ‘Milik siapakah kambing ini pada suatu hari yang di hari itu tidak ada lagi penggembala selain aku?’

Dan seseorang menggiring kerbau yang membawa barang-barang bawaannya. Si kerbau berkata kepada orang itu, ‘Aku tidak diciptakan untuk ini. Aku diciptakan untuk membajak ladang’.”

Mendengar kisah yang dituturkan oleh Nabi Saw., orang-orang berseru takjub, ‘Mahasuci Allah!’

Nabi Saw. bersabda, ‘Aku, Abu Bakr, dan Umar ibn al-Khattab memercayai itu.’

Pemimpin di Surga dan Akhlak yang Mulia

Anas ra. meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah ra. dan beberapa sahabat besar sedang berada di bukit Hira, tiba-tiba bukit itu berguncang. Rasulullah Saw. bersabda, “Tenanglah wahai bukit, di atas kalian ada Nabi, Shiddiq, dan Syahid.”

Amir al-Sya‘bi meriwayatkan dari Ali ibn Abu Thalib ra. bahwa Rasulullah Saw. melihat Abu Bakar dan Umar kemudian beliau bersabda,

“Kedua orang ini adalah pemimpin orang paruh baya dalam surga, kecuali para nabi dan rasul.”

Terdapat kisah bahwa Umar ibn al-Khattab ra. akan memukul dengan tongkat siapa pun yang ia dengar melebihkan dirinya daripada Abu Bakar ra. Suatu ketika, Umar naik mimbar kemudian memuji Allah, lalu berkata,

“Ketahuilah, orang terbaik dari umat ini setelah Rasulullah Saw. adalah Abu Bakar, siapa saja yang mengucapkan selain itu maka orang itu dusta dan ia akan mendapat akibat dari kebohongannya itu.”

Abu Bakar al-Shiddiq juga terkenal sebagai sahabat yang menjadi rujukan kaum Muslim tentang berbagai persoalan. Bahkan, ia pernah mereka mintai fatwa ketika Rasulullah Saw. masih hidup.

Abu Bakar menjadi sahabat yang paling  Nabi Saw. percaya karena ia selalu menyertai dan mendampingi beliau hingga beliau wafat. Mendengar khutbah Nabi Saw. tentang hamba yang memilih apa yang ada di sisi Allah, Abu Bakar menangis tersedu-sedu dan berkata, “Ibu dan bapak kami menjadi tebusanmu. Rasulullah adalah hamba yang terpilih itu.” Abu Bakar memahami apa yang tersembunyi bagi para sahabat lain.

Kepemimpinan yang Rendah Hati

Abu Bakar juga terkenal sebagai orang yang sangat mulia karena gemar menolong orang yang lemah dan teraniaya. Bahkan, ia tak segan membebaskan budak yang mendapatkan siksaan dari majikan mereka. Ia memenuhi permintaan Bilal untuk membebaskannya dari majikan. Ia juga memerdekakan Amir ibn Fuhairah, Zinnirah, Nahdiyah dan putrinya, Ummu Ubais, dan sahaya Bani Mu’ammal.

Kendati terkenal sebagai pemimpin yang berharta, Abu Bakar selalu bersikap rendah hati. Ia tetap bekerja layaknya kebanyakan laki-laki lain, termasuk menggembalakan kambing. Ketika ia mendapat baiat sebagai khalifah, seorang budak dari kampung berkata,

“Sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerah susu untuk kita.”

Mendengar ucapan budak itu, Abu Bakar berkata,

“Tidak demikian. Meski aku menjadi pemimpin, aku akan tetap memerah susu untuk kalian. Aku tidak ingin mengubah perilaku dan kebiasaanku.”

Dan ucapannya itu terbukti dengan tindakan: Abu Bakar tetap memerah susu untuk mereka.

Abu Bakar Pengganti Rasulullah

Abu Bakar ra. setia mendampingi dan menjadi penolong utama Rasulullah Saw. hingga beliau jatuh sakit. Ketika kondisi beliau semakin lemah, Rasulullah Saw. meminta Abu Bakar untuk mengimami salat. Nabi Saw. bersabda,

“Tidak pantas dari umatku berdiri menjadi imam kecuali Abu Bakar.”

Setelah Rasulullah Saw. wafat, Abu Bakar mendapat baiat dari kaum Muslim untuk menjadi khalifah. Selama menjabat, Abu Bakar meneruskan dua agenda penting: mengirimkan pasukan dalam pimpinan Usamah ibn Zaid dan memerangi orang-orang murtad. Menjelang wafat, Abu Bakar menyerahkan tampuk kepemimpinan umat Islam kepada Umar ibn al-Khattab, karena menurut Abu Bakar , Umar adalah orang yang paling cakap dan paling layak menggantikannya.(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.