Ibadah
Beranda » Berita » Keistimewaan Sepertiga Malam

Keistimewaan Sepertiga Malam

Keistimewaan Sepertiga Malam
Keistimewaan Sepertiga Malam

 

SURAU.CO – بسم الله الرحمن الرحيم. Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

“Rabb kami – Tabaroka wa ta’ala – akan turun setiap malamnya ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir.

Lalu Allah berfirman, “Siapa yang memanjatkan do’a padaKu, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta ampun kepadaKu, Aku akan memberikan ampunan untuknya”. (HR. Bukhari no. 1145)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an mengenai sholat sunnah paling istimewa ini:

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

‎وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Israa’: 79)

Sholat tahajud memiki banyak sekali manfaat juga keutamaan

  1. Sholat Sunnah Paling Utama.

yang juga disebut qiyamul lail atau sholat lail merupakan sholat sunnah yang paling utama. Sebagaimana sabda Rasulullah:

“Sholat yang paling afdhol setelah sholat fardhu adalah sholat malam” (HR. An Nasa’i)

  1. Kunci Masuk Surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

“Sebarkanlah salam, berilah makan (orang-orang yang membutuhkan), sambungkanlah silaturrahim, dan shalatlah pada malam hari ketika orang lain sedang tidur; niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Tirmidzi)

  1. Kemuliaan dan Kewibawaan.

Selain mendapatkan kedudukan mulia di akhirat kelak, orang-orang yang ahli shalat tahajud juga akan mendapatkan kedudukan yang mulia di dunia. Allah akan memberinya kemuliaan dan kewibawaan.

Dan ketahuilah, bahwa kemuliaan dan kewibawaan seorang mukmin itu ada pada shalat malamnya” (HR. Hakim; hasan)

  1. Menenangkan Hati.

Al-‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Cobalah renungkan bagaimana Allah membalas shalat malam yang mereka lakukan secara sembunyi dengan balasan yang Ia sembunyikan bagi mereka, yakni yang tidak diketahui oleh semua jiwa.

Juga bagaimana Allah membalas rasa gelisah, takut dan gundah gulana mereka di atas tempat tidur saat bangun untuk melakukan shalat malam dengan kesenangan jiwa di dalam Surga.”

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

[Baca Haadil Arwaah ilaa Bilaadil Afraah oleh Ibnul Qayyim (hal. 278)].

 

 


MENCELA DOSA ORANG: Mengejek Orang yang Berbuat Dosa

 

(Ustadz DR.Muhammad Abduh Tuasikal, MSc). Jangan merasa diri bisa selamat dari dosa sehingga meremehkan orang lain yang berbuat dosa.

Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ

“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” 

(HR. Tirmidzi no. 2505. Syaikh Al-Albani berkata bahwa hadits ini maudhu’) Imam Ahmad menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah dosa yang telah ditaubati.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عُيِّرَتْ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ يَحْتَمِلُ أَنْ يُرِيْدَ بِهِ أَنَّهَا صَائِرَةٌ إِلَيْكَ وَلاَ بُدَّ أَنْ تَعْمَلَهَا

“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)

Hadits di atas bukan maknanya adalah dilarang mengingkari kemungkaran. Ta’yir (menjelek-jelekkan) yang disebutkan dalam hadits berbeda dengan mengingkari kemungkaran.

Karena menjelek-jelekkan mengandung kesombongan (meremehkan orang lain) dan merasa diri telah bersih dari dosa.

Sedangkan mengingkari kemungkaran dilakukan lillahi Ta’ala, ikhlas karena Allah, bukan karena kesombongan. Lihat Al-‘Urf Asy-Syadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi oleh Muhammad Anwar Syah Ibnu Mu’azhom Syah Al-Kasymiri

Bedakan antara menasihati dengan menjelek-jelekkan.

Menasihat berarti ingin orang lain jadi baik.

Kalau menjelek-jelekkan ada unsur kesombongan dan merasa diri lebih baik dari orang lain.

Jangan sombong, sampai merasa bersih dari dosa atau tidak akan terjerumus pada dosa yang dilakukan saudaranya.

Semoga Allah memberikan hidayah demi hidayah. Semoga Bermanfaat, Barokalloh fiikum. (Ratna Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement