Khazanah
Beranda » Berita » Syahidnya Abdullah ibn Ruwahah di Mu’tah

Syahidnya Abdullah ibn Ruwahah di Mu’tah

Ilustrasi pasukan muslim menuju medan perang.
Ilustrasi pasukan muslim menuju medan perang.

SURAU.CO-Abdullah ibn Ruwahah adalah seorang sahabat Nabi Saw. dari kalangan Anshar, yang berasal dari suku Khazraj keturunan Bani Haritsah. Ia dikenal sebagai penyair ulung. Ayahnya bernama Haritsah ibn Tsa‘labah ibn Imri al-Qais, dan ibunya bernama Kabsyah bint Waqid. Ia punya beberapa nama panggilan, antara lain Abu Muhammad, Abu Ruwahah, dan Abu Amr.

Berkat kesalehan dan kejujurannya, Abu Darda tertarik untuk memeluk Islam. Itu terjadi setelah kaum Muslim kembali dari Perang Badar. Kala itu, Abdullah mengunjungi rumah Abu Darda dan menghancurkan berhala yang biasa disembah Abu Darda, sebuah tindakan yang akhirnya menyadarkan Abu Darda.

Ibn al-Atsir menuturkan bahwa suatu hari Abdullah ibn Ruwahah berangkat menuju medan Mu’tah bersama Zaid ibn Arqam. Tengah malam, Zaid mendengar Abdullah melantunkan syair yang mengisyaratkan kesyahidan.

Rasulullah menunjuk komandan pasukan

Pada Perang Mu’tah, Rasulullah Saw. memberi perintah agar semua pasukan mematuhi Zaid ibn Haritsah. Jika ia gugur, komando beralih  pada Ja‘far ibn Abu Thalib. Jika Ja‘far gugur, komando pada tangan Abdullah ibn Ruwahah. Dan jika Abdullah juga gugur, hendaklah mereka memilih salah seorang sebagai pimpinan.

Ketika berpamitan, mereka melihat Abdullah menangis. Ia menjelaskan bahwa tangisnya bukan karena cinta dunia, melainkan karena mengingat firman Allah:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

‘Dan tidak ada seorang pun di antara kalian, kecuali mendatangi neraka itu. Sungguh bagi Tuhanmu, itu adalah kemestian yang sudah ditetapkan.’ (QS. Maryam: 71)

Membakar semangat pasukan  : menang atau syahid

Seluruh pasukan berangkat menuju medan perang. Mereka tiba di daerah Ma’an dan mendengar kabar bahwa Kaisar Heraklius membawa total dua ratus ribu pasukan. Pasukan Muslim, yang hanya berjumlah tiga ribu orang, berhenti untuk berunding.

Namun, Abdullah ibn Ruwahah, sang panglima para penyair, berdiri di hadapan semua orang untuk menjalankan tugasnya sebagai pembangkit semangat. Ia berseru dengan suara yang lantang,

“Kita tidak memerangi musuh karena jumlah mereka… tetapi kita perangi musuh demi agama kita… hanya ada dua kebaikan menunggu kalian, kemenangan atau kesyahidan!”

Gugurnya 3 panglima berturut-turut

Setelah itu, pasukan Muslim bergerak melanjutkan perjalanan. Kedua pasukan yang sangat tidak berimbang itu bertemu di Mu’tah. Genderang perang pun mereka tabuh. Pasukan Muslim pimpinan Zaid ibn Haritsah. Ia memegang panji dengan kukuh hingga ia terbunuh oleh panah musuh. Kemudian panji lalu bergeser ke Ja‘far ibn Abu Thalib. Ia bertempur gagah berani hingga kedua tangannya tertebas pedang musuh, dan ia jatuh terkapar syahid.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Pasukan memanggil Abdullah ibn Ruwahah. Dengan sigap, ia maju memimpin dan berteriak memacu semangat dirinya dengan syair yang kuat, menegaskan tekadnya menuju surga dan mengabaikan dunia. Teriwayatkan  bahwa ia tertusuk tombak. Ia sapukan darah ke wajahnya, lalu berteriak,

“Hai sekalian Muslim, menjauhlah dari daging saudara kalian!”

Mereka pun menyingkir dan membiarkannya menjemput kesyahidan.

Khalid ibn al-Walid menyelamatkan pasukan

Rasulullah Saw., yang berada di Madinah, mengabarkan syahidnya ketiga pemimpin secara berurutan kepada para sahabatnya.

Saat itu, pasukan Muslim terdesak hebat dan porak-poranda. Para pemimpin sepakat menyerahkan komando kepada Khalid ibn al-Walid. Keesokan harinya, Khalid mengubah formasi pasukan untuk mengejutkan musuh. Setelah itu, mereka bergerak maju menyerang dan berupaya mendesak musuh ke padang pasir.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Perubahan formasi itu mengagetkan musuh. Mereka mengira pasukan Muslim mendapat tambahan pasukan dengan jumlah yang berlipat-lipat. Pasukan Romawi terdesak hebat. Maka, Romawi berada pada dua pilihan: mengerahkan seluruh pasukan untuk mendesak Muslim, atau berperang habis-habisan di padang pasir. Mereka memutuskan untuk menghindari perang terbuka, menghindari serangan, dan menarik mundur pasukan. Khalid berhasil menyelamatkan pasukannya setelah sebelumnya nyaris musnah binasa seluruhnya. Ia memutuskan untuk mundur dan kembali ke Madinah. Namun, Abdullah ibn Ruwahah tidak pernah kembali lagi ke Madinah. Ia syahid dalam perang.(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement