Kisah
Beranda » Berita » Kisah Heroik Para Pahlawan Belia di Perang Badar

Kisah Heroik Para Pahlawan Belia di Perang Badar

SURAU.COPerang Badar menjadi salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah Islam. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Perang ini bukan hanya tentang strategi dan kekuatan militer. Namun, ia juga merekam kisah-kisah luar biasa tentang keimanan. Salah satu yang paling menonjol adalah semangat jihad dari para pahlawan belia. Usia mereka masih sangat muda. Akan tetapi, keberanian mereka sungguh mengagumkan. Kisah mereka menjadi bukti bahwa pengabdian tidak mengenal batas usia. Mereka menunjukkan semangat yang menyala untuk membela kebenaran Islam.

Kisah para pemuda ini memberikan inspirasi mendalam. Mereka mengajarkan kita tentang arti keteguhan iman. Mereka juga menunjukkan pengorbanan yang tulus. Tiga kisah berikut akan mengulas kepahlawanan mereka. Kisah-kisah ini datang dari Rafi’ bin Khadij, ‘Umair bin Abi Waqqas, serta dua pemuda gagah berani penakluk Abu Jahal.

Semangat Jihad Tak Pandang Usia

Semangat untuk ikut serta dalam Perang Badar membara di hati banyak pemuda. Salah satunya adalah Rafi bin Khadij. Saat itu, usianya baru menginjak empat belas tahun. Dengan penuh harap, ia datang menghadap Nabi Muhammad SAW. Ia meminta izin untuk bergabung di medan perang.

Namun, Rasulullah menolak permintaannya dengan lembut. “Kamu masih terlalu muda untuk ikut perang,” kata Rasulullah. Penolakan itu tidak mematahkan semangatnya. Tahun berikutnya, Rafi kembali mencoba peruntungannya. Kali ini, Rasulullah mengabulkan permintaannya.

Kemudian, muncul masalah lain. Temannya, Samrah bin Zundab, juga ditolak karena usianya. Samrah merasa tidak adil. Ia pun mengadu kepada Nabi. “Engkau telah memberikan ijin kepada Rafi dan tidak memberikannya padaku, padahal aku selalu mengalahkannya dalam bergulat,” keluhnya. Mendengar itu, Rasulullah tersenyum. Beliau lalu meminta keduanya untuk bergulat. “Baiklah, Rafi, kemarilah dan bergulatlah dengan Samra,” ujar Nabi. Dalam pertandingan itu, Rafi ternyata kalah. Akhirnya, Rasulullah memberikan izin kepada Samrah untuk ikut berperang. Kisah ini menunjukkan betapa besar keinginan para pemuda untuk berkontribusi.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Air Mata Keteguhan Iman ‘Umair

Pada malam sebelum Perang Badar, Nabi melakukan inspeksi pasukan. Beliau menemukan beberapa anak-anak di antara barisan mujahidin. Dengan bijaksana, Rasulullah meminta mereka untuk pulang. Semua anak patuh, kecuali satu orang. Namanya adalah ‘Umair bin Abi Waqqas, adik dari sahabat ternama Sa’ad bin Abi Waqqas.

‘Umair mencoba bersembunyi di antara para pasukan. Ia sangat ingin ikut berperang. Ia berharap agar Allah memberikannya mati syahid. Namun, ia akhirnya ditemukan. Rasulullah pun memintanya untuk kembali ke rumah. Mendengar perintah itu, ‘Umair menangis tersedu-sedu. Hatinya hancur karena tidak diizinkan membela Islam.

Melihat tangisan yang tulus dan semangat yang membara itu, hati Rasulullah luluh. Beliau akhirnya memberikan pengecualian khusus untuk ‘Umair.Karena posturnya yang kecil, pedangnya harus diikatkan oleh kakaknya agar tidak menyentuh tanah. ‘Umair pun maju ke medan perang dengan gagah berani hingga akhirnya meraih cita-citanya dan gugur sebagai syuhada.

Dua Pemuda Pahlawan Penakluk Abu Jahal

Kisah paling heroik datang dari penuturan Abdur Rahman bin ‘Auf. Saat perang berkecamuk, ia merasa cemas. Di sisi kanan dan kirinya hanya ada dua anak belia. Ia sempat meragukan kekuatan mereka untuk bisa saling melindungi. Namun, keraguannya sirna seketika.

Tiba-tiba, salah satu anak mendekat dan berbisik. “Paman, mana yang namanya Abu Jahal, yang katanya telah banyak menyiksa Nabi? Aku akan membunuhnya atau aku mati karena tujuan ini.” Anak pemberani itu adalah Muadz bin Amr bin Jamuh. Tak lama berselang, anak yang satunya, Muawwidz bin Afra’, menanyakan hal yang sama. Semangat keduanya membuat Abdur Rahman bin ‘Auf terperangah.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Ia berpikir, “Abu Jahal adalah seorang kesatria tersohor dan ia dikelilingi oleh para pengawal; apa yang bisa dilakukan kedua anak ini terhadapnya?” Namun, melihat tekad baja mereka, ia menunjuk ke arah Abu Jahal. Tanpa ragu, kedua anak itu berlari secepat kilat. Mereka menerjang ke arah Abu Jahal. Sebelum para pengawal menyadari apa yang terjadi, keduanya menyerang dengan membabi buta. Serangan mereka berhasil membuat Abu Jahal tersungkur dan terluka parah.

Pengorbanan Luar Biasa di Medan Laga

Dalam serangan itu, anak Abu Jahal yang bernama Ikrimah sempat melawan. Ia berhasil menebas lengan salah satu penyerang ayahnya hingga nyaris putus. Anak yang terluka itu adalah Muadz.  Akan tetapi, cedera parah itu tidak menghentikannya. Ia tetap bertempur dengan gigih.

Tangannya yang hampir putus itu justru menghalangi gerakannya. Tanpa berpikir panjang, ia melakukan tindakan yang luar biasa. Anak itu menginjak tangannya yang terkulai lalu menariknya hingga putus. Kemudian, ia kembali bergabung dengan pasukan lainnya untuk terus berperang. Pengorbanan ini menunjukkan betapa besar cinta dan pengabdiannya kepada Islam.

Kedua pemuda itu, Muadz dan Muawwidz, berhasil membuktikan janji mereka. Mereka telah melukai parah musuh besar Islam. Rasulullah sendiri kemudian mengonfirmasi bahwa keduanya telah membunuh Abu Jahal setelah melihat darah di pedang mereka. Kisah para pahlawan belia ini menjadi teladan abadi. Mereka mengajarkan bahwa keberanian, keimanan, dan semangat untuk membela kebenaran tidak pernah dibatasi oleh usia.

Penaklukan Thabaristan: Merebut Negeri Kapak Persia di Masa Utsmaniyah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement