Sosok
Beranda » Berita » KH. Ahmad Marzuki al-Batawi, Ulama Moderat Perintis Pesantren di Tanah Betawi

KH. Ahmad Marzuki al-Batawi, Ulama Moderat Perintis Pesantren di Tanah Betawi

SURAU.CO – KH. Ahmad Marzuki al-Batawi, atau yang akrab dengan sapaan  Guru Marzuki, merupakan sosok ulama legendaris yang memegang peranan penting dalam syiar Islam di tanah Betawi. Ia lahir di Jatinegara, Jakarta Timur, pada 16 Ramadhan 1293 H atau bertepatan dengan 5 Oktober 1876 M. Ayahnya, Syekh Ahmad al-Mirshad, adalah keturunan keempat dari kesultanan Melayu Patani di Thailand Selatan yang hijrah ke Batavia. Guru Marzuki menjadi yatim pada usia 9 tahun dan kemudian ibunya lah yang mengasuhnya.  Menginjak usia 12 tahun, ia mulai mendalami ilmu agama secara intensif kepada seorang ahli fikih bernama Haji Anwar. Ulama kharismatik ini wafat pada tanggal 25 Rajab 1352 H atau 13 November 1934 M, dan makamnya berada di dekat Masjid al-Marzuqiyah, Cipinang Muara.

Perjalanan Intelektual dan Jaringan Keilmuan

Semangatnya dalam menuntut ilmu membawa KH. Ahmad Marzuki berguru kepada para ulama terkemuka pada masanya. Di antara gurunya yang terkenal adalah Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syekh Umar Bajunaid al-Hadhrami, Syekh Muhammad Ali al-Maliki, dan Syekh Umar al-Sumbawi. Ia juga menimba ilmu dari Syekh Muhammad Amin bin Ahmad Radhwan al-Madani dan Syekh Abdul Karim al-Daghistani. Selama tujuh tahun di Makkah, ia juga belajar dari Syekh Sa’id al-Yamani dan Syekh Umar Syatha al-Bakri al-Dimyathi. Atas permintaan Sayyid Utsman, seorang ulama berpengaruh di Betawi, KH. Ahmad Marzuki kembali ke tanah air untuk mengabdikan ilmunya.

Kembalinya ke Batavia menandai babak baru dalam perjuangan dakwahnya. KH. Ahmad Marzuki mendapat tugas dari Sayyid Utsman untuk mengajar para muridnya. Selama lima tahun, ia mengajar di Masjid Rawabangke sebelum akhirnya mendirikan pondok pesantren di Cipinang Muara. Pesantren yang ia bangun ini menjadi salah satu rintisan lembaga pendidikan Islam berbentuk pondok di tanah Betawi. Melalui pesantren inilah, ia mencetak banyak kader ulama yang kelak menjadi tokoh penting di masyarakat.

Metode Mengajar Inovatif dan Kaderisasi Ulama

Salah satu hal yang paling berkesan dari sosok KH. Ahmad Marzuki adalah cara mengajarnya yang sangat unik dan inovatif. Ia ahli dalam memaksimalkan metode pengajaran agar mudah dipahami para santrinya. Dengan jumlah santri sekitar 50 orang, ia sering mengajak mereka menyusuri kebun dan hutan. Para santri tersebut dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok akan berjalan mengikutinya, dan perwakilan dari masing-masing kelompok akan membaca kitab secara bergantian. Kemudian, KH. Ahmad Marzuki akan memberikan penjelasan sambil terus berjalan, menciptakan suasana belajar yang dinamis dan tidak monoton.

Metode ini terbukti efektif dalam melahirkan ulama-ulama besar di Betawi. Banyak muridnya yang kemudian menjadi tokoh panutan, di antaranya adalah KH. Abdul Malik, KH. Zayadi, KH. Noer Alie, KH. Abdullah Syafi’i, KH. Hasbiyallah, KH. Ali Syibromalisi, KH. Abdul Jalil, dan KH. Mursyidi. Dedikasinya dalam pendidikan juga terlihat dari perannya sebagai salah satu perintis awal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, di mana ia menjabat sebagai Rais Syuriah hingga akhir hayatnya.

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Pandangan Moderat dan Warisan Karya Tulis

Ahmad Marzuki dikenal sebagai ulama yang moderat (tawassuth) di zamannya. Pandangan ini tercermin dari sikapnya yang tegas melarang pengkafiran terhadap seseorang yang masih mengakui iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sikap toleransinya ini tertuang dalam salah satu kitab karangannya yang berjudul Zahr al-Basatin. Sikap moderat ulama asli Betawi ini menjadi teladan penting yang relevan hingga saat ini, di tengah maraknya perbedaan pendapat di kalangan umat Islam.

Selain aktif mengajar dan berorganisasi, KH. Ahmad Marzuki juga merupakan seorang penulis yang produktif. Ia telah meninggalkan banyak karya tulis dalam bahasa Arab yang menjadi rujukan penting. Beberapa kitab karangannya yang terkenal antara lain:

  1. Zahr al-Basatin
  2. Tamrinulazhan al-Ajmiyah fi Ma’rifatitiraf minal al-Fadzil Arabiyah
  3. Miftahul Fauzal ‘Abad fi Ilmil Fiqhul Muhammada
  4. Tuhfaturrahman fi Bayani Akhlaqi Bani Akhir Zaman
  5. Sabil al-Taqilid
  6. Siraj al-Mubtadi fi Ushul al-Din al-Muhammadi

Warisan keilmuan dan semangat moderasi yang ditinggalkan oleh KH. Ahmad Marzuki al-Batawi terus menginspirasi generasi-generasi setelahnya. Ia tidak hanya dikenang sebagai guru para ulama Betawi, tetapi juga sebagai pelopor pendidikan Islam yang inovatif dan pemersatu umat. (dari berbagai sumber).

Referensi Buku

Ainun Lathifah, Warisan Ulama Nusantara, Biografi dan Karya Intelektual Mereka, 2022, Laksana, Yogyakarta.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement