Khazanah
Beranda » Berita » Syekh Abdullah Darraz: Ijtihad Intelektual dan Kehidupan Zuhud

Syekh Abdullah Darraz: Ijtihad Intelektual dan Kehidupan Zuhud

Ilustrasi seorang syekh sedang menulis kitab.
Ilustrasi seorang syekh sedang menulis kitab.

SURAU.CO-Syekh Abdullah bin Muhammad bin Hasanain Darraz lahir di Dayai (wilayah barat Sungai Nil) pada 12 Januari 1874 M. Setelah hafal Al-Qur’an, ia menekuni bahasa Arab dan ilmu-ilmu syariah (keislaman) di Masjid Umra di desanya sendiri. Ayahnya (Syekh Muhammad), pamannya (Syekh Ahmad), kakeknya (Syekh Hasanain), memberikan pelajaran itu langsung.

Menjadi wakil direktur Universitas Iskandariah

Tanggal 10 September 1912, Abdullah Darraz diangkat sebagai Wakil Direktur Universitas Iskandariah. Di tempat ini, ia tidak hanya sibuk memberikan pengarahan mengenai pentingnya sistem administrasi dan pengawasan dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Namun, ia ingin melangkah lebih jauh. Ia menghimpun para ulama pendidik, para pecinta ilmu, dan para dokter untuk mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadis Nabi Saw.). Untuk keperluan tersebut, ia memilih beberapa buku, antara lain kitab Asy-Syifa’ karya Qadhi ‘Iyadh, Misykat al-Mashabih, dan Taisir al-Wushul. Semuanya ia baca dan selesaikan selama beberapa tahun.

Menjadi Syekh Universitas Dimyath

Pada 26 Agustus 1924, Abdullah Darraz ditunjuk sebagai Syekh di Universitas Dimyath. Pada tempat barunya ini, ia menerapkan kebijakan-kebijakan yang pernah ia lakukan di Universitas al-Ahmadi. Di samping melakukan perbaikan-perbaikan di bidang administrasi, ia juga tetap memberikan kuliah. Beberapa ulama hadir dalam kuliahnya untuk bidang dirasah an-nabawiyyah dan bidang keagamaan lainnya. Secara lebih khusus, Abdullah Darraz mengarahkan perhatiannya pada kitab Al-Muwafaqat (ushul fikih) karya Imam Syathibi.

Setelah membaca kitab tersebut berulang-ulang di depan murid-murid, Abdullah Darraz menulis sebuah muqaddimah (pengantar) beserta syarh-nya dan menerbitkannya. Sampai hari ini, kita masih dapat merasakan pengaruh besar tulisannya dalam berbagai disiplin ilmu dan di dunia ilmiah. Sehingga  dapat terpotret bahwa seluruh hidup Abdullah Darraz sepenuhnya untuk mengabdi pada dunia ilmu pengetahuan. Hari-harinya penuh dengan kebaikan dan keberkahan.

Keadaan ini masih tetap ia tekuni meski telah mengundurkan diri dari seluruh jabatannya pada 13 Juni 1931. Ia masih terus mengajar, menulis, dan meneliti karya-karya modern. Buku Al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah yang digarap oleh Departemen Wakaf, dan buku Muhammad al-Matsal al-Kamil karya Jadul Mawla Bik—dua buah karya penting yang telah mengalami cetak ulang—merupakan hasil dari pengarahan Syekh Abdullah Darraz.

Pentingnya Akhlak Mulia

Pembaca buku-buku karya Syekh Abdullah Darraz, baik yang baru maupun yang lama, niscaya dapat merasakan keindahan tata bahasa yang dipakainya. Ini semua tampak jelas dari tulisan-tulisannya dalam bidang pendidikan, politik, maupun sosial. Para pembaca juga dapat merasakan kelembutan tutur bahasanya ketika berhadapan langsung dan bergaul dengannya. Mereka terkagum-kagum dengan gaya bahasa dan susunan kalimat yang ia tulis.

Abdullah Darraz termasuk orang yang senang dan banyak membaca sejarah dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Informasi yang ia ketahui atau dengar, baik berskala nasional atau internasional, selalu ia ingat dengan baik. Dan ketika kemudian ia menginformasikannya kembali kepada pendengar, ia akan menyampaikannya dengan begitu hati-hati.

Pribadi yang selalu dekat dengan Al-Qur’an

Syekh Abdullah Darraz merupakan pribadi  terhormat dan berwibawa. Wajahnya selalu tampak segar berkulit kuning langsat, postur tubuhnya sedang, dan selalu berpakaian rapi. Ia gemar berolahraga jalan kaki atau jogging. Ia lebih sering tidur tidak terlalu malam, dan bangun pada waktu sahur untuk kemudian salat. Setelah salat Subuh, ia berbaring sejenak mengikuti jejak ahli khalwat yang ia terima dari guru tasawufnya Syekh Abu Syarqawi.

Ia biasa meng-khatam-kan Al-Qur’an paling tidak sebulan sekali dalam sela-sela kesibukannya. Ia bahkan sering meninggalkan kesibukannya hanya untuk membaca Al-Qur’an. Hari-harinya selalu ia isi  dengan membaca Al-Qur’an, seperti layaknya pada bulan Ramadan. Dalam banyak kesempatan, ia sering mengundang teman-temannya untuk makan bersama, terutama sarapan pagi, karena ia jarang sekali makan sore. Teman-temannya yang sudah tahu waktu tidurnya, akan segera minta izin meninggalkan majelis.

Hari-hari terakhir Syekh Abdullah Darraz

Kegiatan terakhir yang ia adalah ibadah haji dan ziarah ke makam Nabi Muhammad Saw. Peristiwa ini terjadi pada awal tahun 1932. Sepulang dari Hijaz, ia menderita sakit. Akhirnya, Allah Swt. memanggilnya menghadap pada malam Kamis, 23 Juni 1932. Jenazahnya disalati di Masjid Jami’ Al-Azhar, dan dimakamkan di pemakaman keluarganya di Qarafah al-Afifi dekat Abbasiyah. Orang-orang yang pernah menimba ilmu darinya, yang sering berdekatan, yang merasakan hangatnya sentuhan keagamaan, merasa kehilangan dan menangisi kepergiannya. Semoga Allah Swt. mengumpulkannya bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Amin. (St.Diyar)

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Referensi : Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Ensiklopedia Lengkap Ulama Ushul Fiqh Sepanjang Masa, 2020.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement