Khazanah
Beranda » Berita » Dari Masjid Desa ke Al-Azhar: Peran Syekh Abdullah Darraz dalam Integrasi Ilmu Syariah dan Geografi

Dari Masjid Desa ke Al-Azhar: Peran Syekh Abdullah Darraz dalam Integrasi Ilmu Syariah dan Geografi

Ilustrasi seorang syekh mengajar mahasiswa.
Ilustrasi seorang syekh mengajar mahasiswa.

SURAU.CO-Syekh Abdullah bin Muhammad bin Hasanain Darraz lahir di Dayai (wilayah barat Sungai Nil) pada 12 Januari 1874 M. Setelah hafal Al-Qur’an, ia menekuni bahasa Arab dan ilmu-ilmu syariah (keislaman) di Masjid Umra di desanya sendiri. Ayahnya (Syekh Muhammad), pamannya (Syekh Ahmad), kakeknya (Syekh Hasanain), memberikan pelajaran itu langsung.

Banyak belajar dari sang kakek

Abdullah Darraz menerima lebih banyak pelajaran dari kakeknya, karena ayah dan pamannya terlebih dahulu wafat. Sepeninggal kakeknya, ia menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al-Azhar. Di antara gurunya adalah: Syekh Muhammad Abduh (tafsir), Syekh Salim al-Basyri (hadis), Syekh Bakhit (tauhid), Syekh Ahmad ar-Rakhami (fikih), Syekh Muhammad Abul Fadl (ushul fikih), Syekh Muhammad Hasanain Makhluf (manthiq, filsafat, ilmu hitung, dan aljabar), dan Syekh Muhammad al-Buhairi (nahwu dan balaghah).

Selain itu, Abdullah Darraz juga mendapat pelajaran mengarang dan sastra dari Syekh Ahmad Miftah, seorang ahli sastra saat itu. Gurunya yang lain di bidang Matematika adalah Muhammad Bik Idris, sementara di bidang geografi adalah Ismail Bik Ali dan Hasan Sabri Pasya. Ketika itu, peta geografis belum dicetak dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, Abdullah Darraz kemudian mempelajari bahasa Inggris untuk menekuni ilmu tersebut dan meletakkan rumus-rumus dalam bahasa Arab.

Kepakaran dalam bidang geografi

Keahliannya dalam ilmu geografi tampak begitu istimewa. Pada musim panas tahun 1900 M, Abdullah Darraz berhasil meraih gelar kesarjanaan, dan pihak universitar mengangkatnya sebagai dosen ilmu geografi di Al-Azhar pada awal tahun 1901. Banyak mahasiswa mengikuti kuliah yang ia berikan di Masjid Bik adz-Dzahab. Mereka begitu bersemangat dan penuh antusias mendengarkan serta mereguk ilmunya yang cemerlang dan metode pengajarannya yang modern.

Sejak muda, Abdullah Darraz telah menunjukkan kegemarannya dalam bidang puisi dan sastra. Ia bahkan sudah memiliki antologi puisi yang terkenal di kalangan klub sastra. Ia menulis salah satu puisinya yang indah dengan bahasa menyentuh, untaian kalimat yang mudah dicerna tetapi padat. Di antara koleksi puisinya adalah sebuah puisi yang dilantunkannya di depan para guru besar al-Buhairi dalam rangka khataman kitab Al-Sa’d (buku dalam bidang balaghah) pada tahun 1898, dua tahun sebelum ia mendapatkan gelar kesarjanaannya.

Pentingnya Akhlak Mulia

Menjadi kepala direktur pada universitas Iskandariah

Ketika sebuah lembaga pendidikan agama di Iskandariah berdiri pada tahun 1905, Muhammad Syakir al-Jurjawi memilih Abdullah Darraz sebagai kepala (direktur) di antara empat ulama besar; tiga ulama lainnya adalah Syekh Abdul Majid asy-Syadzili, Syekh Abdul Hadi Mahluf, dan Syekh Ibrahim al-Jabali. Masyarakat menganggap keempat ulama inilah sebagai pendiri lembaga ini.

Hari perpisahan Abdullah Darraz merupakan hari yang begitu mengharukan dan menyedihkan bagi para mahasiswa Al-Azhar. Peristiwa itu terjadi ketika dia hendak pergi ke Iskandariah. Ia terpaksa meninggalkan mereka sebab tugas baru yang ia emban tampaknya lebih penting.

Menyusun kurikulum universitas

Ketika memulai tugasnya di Iskandariah, Syekh Ahmad Syakir memberi Abdullah Darraz kehormatan dengan mengangkatnya sebagai asisten pribadi dalam menyusun kurikulum, menyeleksi kitab-kitab yang akan ia jadikan sebagai mata pelajaran pokok, dan membuat bahan ujian. Pada tanggal 20 Januari 1907, Abdullah Darraz mendapat promosi sebagai dekan fakultas. Selain itu ia tetap  menjabat dosen untuk mata kuliah yang biasa ia berikan kepada para mahasiswa Universitas Al-Azhar tingkat terakhir (tingkat tashrih wa al-sa’d). Syekh Darraz juga mendapat kesempatan menyusun buku-buku dalam bidang sejarah Nabi Saw., geografi, dll., untuk para mahasiswa.

Mendapat bintang kehormatan Dinasti Utsmani

Pemerintah menaruh perhatian besar pada langkah yang Abdullah Darraz lakukan, dan merencanakan mengadopsi sistem pelajaran Iskandariah untuk mereka terapkan di Universitas al-Ahmadi di Tanta. Selanjutnya, Abbas Pasya II menunjuk Abdullah Darraz menangani masalah ini. Ia mendapat jabatan sebagai asisten dosen Universitas al-Ahmadi pada tanggal 26 Maret 1908. Segera setelah itu, ia melakukan studi perbandingan terhadap kurikulum dua lembaga tersebut untuk kemudian menetapkan sebuah kurikulum baru bagi lembaga ini. Abbas Pasya II merasa beruntung dengan terobosan baru Abdullah Darraz ini. Untuk jasanya ini, pemerintah memberinya lencana atau bintang kehormatan Dinasti Utsmani sebagai tanda penghormatan bagi jasa-jasanya yang tulus dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

Hari-hari Abdullah Darraz kemudian tersibukkan dengan memberikan kuliah bidang tafsir Al-Qur’an untuk mahasiswa tingkat terakhir sambil menyusun buku-buku baru, seperti sejarah kesusastraan Arab.(St.Diyar)

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Referensi : Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Ensiklopedia Lengkap Ulama Ushul Fiqh Sepanjang Masa, 2020.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement