Sosok
Beranda » Berita » Ibnu al-Nafis : Bapak Fisiologi Sirkulasi

Ibnu al-Nafis : Bapak Fisiologi Sirkulasi

Ilustrasi (Google AI Studio)

SURAU.CO – Jauh sebelum para ilmuwan Eropa mengklaimnya, seorang dokter dari dunia Islam telah memecahkan misteri besar. Dialah Ibnu al-Nafis, orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan sistem peredaran darah paru-paru pada tahun 1242. Namun, karyanya yang monumental ini sempat terlupakan oleh sejarah selama berabad-abad. Karyanya baru ditemukan kembali pada tahun 1924 di sebuah perpustakaan di Berlin, Jerman. Penemuan ini mengoreksi catatan sejarah kedokteran dan menempatkan Ibnu al-Nafis sebagai Bapak Fisiologi Sirkulasi.

Nama lengkapnya adalah Ala-al-din abu Al-Hassan Ali bin Abi-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi.Ia lahir di Damaskus, Suriah, sekitar tahun 1213. Ibnu al-Nafis menempuh pendidikan kedokteran di Rumah Sakit Medical College (Bimaristan Al-Noori) di Damaskus. Selain kedokteran, ia juga mendalami ilmu hukum, sastra, dan teologi, menjadikannya seorang ahli dalam mazhab Syafi’i.

Perjalanan Intelektual dari Damaskus ke Kairo

Pada tahun 1236, Ibnu al-Nafis pindah ke Kairo, Mesir, yang saat itu menjadi pusat keilmuan. Di sana, ia mengabdikan dirinya di Rumah Sakit Al-Nassri dan kemudian di Rumah Sakit Al-Mansouri. Berkat keahliannya, ia menjadi kepala dokter dan dokter pribadi Sultan. Dedikasinya terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi. Ketika wafat pada tahun 1288, ia menyumbangkan rumah, perpustakaan, dan kliniknya ke Rumah Sakit Mansuriya.

Ibnu al-Nafis adalah penulis yang sangat produktif. Karyanya yang paling ambisius adalah Al-Shamil fi al-Tibb (Ensiklopedia Komprehensif tentang Kedokteran). Proyek ini rencanakan terdiri dari 300 volume, namun tidak selesai karena ia wafat. Bukunya yang paling terkenal mencakup Mujaz al-Qanun (Ringkasan Hukum) dan Kitab al-Mukhtar fi al-Aghdhiya yang membahas efek diet pada kesehatan. Selain itu, ia juga menulis Al-Risalah al-Kamiliyyah fil Siera al-Nabawiyyah, yang diterjemahkan di Barat sebagai Theologus Autodidactus.

Koreksi Krusial Terhadap Teori Galen

Penemuan terbesar Ibnu al-Nafis adalah deskripsi sirkulasi darah paru-paru. Teori ini terungkapkan dalam karyanya “Commentary on Anatomy in Avicenna’s Canon”. Naskah ini ditemukan oleh seorang dokter Mesir, Muhyo Al-Deen Altawi, pada tahun 1924 di Perpustakaan Negara Prusia, Berlin. Sebelum Ibnu al-Nafis, dunia kedokteran berpegang pada teori Galen dari abad ke-2. Galen berpendapat bahwa darah mengalir dari bilik kanan ke bilik kiri jantung melalui pori-pori tak terlihat di sekat jantung.

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Berdasarkan pengetahuan anatominya yang mendalam, Ibnu al-Nafis dengan tegas menolak teori ini. Ia menyatakan:

“Darah yang berasal dari bilik kanan jantung pasti mengalir ke bilik kiri jantung, namun tidak ada penghubung antara kedua bilik tersebut. Katup jantung tidak berlubang dan berpori sama sekali.”

Ibnu al-Nafis kemudian menjelaskan alur yang benar. Menurutnya, darah dari bilik kanan jantung harus melalui arteri pulmonalis menuju paru-paru. Di sana, darah bercampur dengan udara sebelum kembali ke bilik kiri jantung melalui vena pulmonalis.

Mekanisme Sirkulasi Paru Menurut Ibnu al-Nafis

Penjelasan detailnya menunjukkan pemahaman fisiologi yang luar biasa pada zamannya. Ia menulis:

“Darah dari bilik kanan jantung harus tiba di ruang kiri tetapi tidak ada jalur langsung antara mereka. Septum tebal jantung tidak berlubang dan tidak memiliki pori-pori terlihat. Darah dari bilik kanan harus mengalir melalui arteriosa vena (arteri pulmonalis) ke paru-paru, menyebar melalui substansinya, akan berbaur dengan udara, melewati arteria venosa (vena paru) dan menuju bilik kiri jantung dan ada membentuk spirit penting…”

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Ia juga memberikan gambaran akurat tentang struktur paru-paru untuk mendukung teorinya. Dalam karyanya, ia menjelaskan:

“Paru-paru terdiri dari bagian-bagian, salah satunya adalah bronkus, yang kedua, cabang-cabang arteria venosa, dan yang ketiga, cabang-cabang vena arteriosa; semuanya terhubungkan oleh daging berpori longgar.”

Lebih lanjut, ia menambahkan:

“Kebutuhan paru-paru untuk arteriosa vena adalah untuk transportasi ke darah yang telah menipis dan menghangatkan di dalam hati, sehingga apa yang merembes melalui pori-pori cabang pembuluh menuju alveoli paru-paru dapat bercampur dengan udara di dalamnya dan menggabungkan dengan itu, komposit yang dihasilkan menjadi fit untuk menjadi semangat, ketika pencampuran ini terjadi di rongga kiri jantung. Campuran dibawa ke rongga kiri oleh arteria venosa.”

Selain itu, Ibnu al-Nafis juga mengoreksi pandangan Avicenna mengenai nutrisi jantung. Ia menjadi orang pertama yang menyatakan bahwa otot jantung mendapatkan nutrisi dari arteri koroner.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“Pernyataan (Avicenna) bahwa darah yang ada di sisi kanan adalah untuk menyehatkan jantung tidak benar sama sekali, untuk makanan ke jantung adalah dari darah yang melewati pembuluh yang menembus tubuh hati.”

Penemuan-penemuan ini menegaskan posisi Ibnu al-Nafis sebagai seorang pionir sejati dalam sejarah kedokteran, yang pemikirannya jauh melampaui zamannya. (dari berbagai sumber)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement