Khazanah
Beranda » Berita » Asy-Syaukani : Peran Pentingnya Sebagai Mujtahid dan Kebangkitan Salafiyah

Asy-Syaukani : Peran Pentingnya Sebagai Mujtahid dan Kebangkitan Salafiyah

Ilustrai seorang ulama mujtahid sedang menulis kitab.
Ilustrai seorang ulama mujtahid sedang menulis kitab..

SURAU.CO-Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah asy-Syaukani ash-Shan’ani, al-Yamani. Ia adalah seorang ahli fikih, mujtahid, muhaddis, ahli ushul fikih yang saleh, ahli Al-Qur’an (al-qari al-muqri’), dan cendekiawan. Ia lahir tahun 1172 H di Shari’a, Yaman. Ayahnya yang memberinya nama Asy-Syaukani, nama tersebut berasal dari nama sebuah desa yang berjarak kira-kira satu hari perjalanan dari Shari’a.

Mendapatkan pendidikan yang baik sejak kecil

Muhammad bin Ali asy-Syaukani mendapatkan pendidikan yang baik dari ayahnya. Pada usia yang sangat muda, ayahnya mengarahkan dia menghafal Al-Qur’an kepada para guru Al-Qur’an, dan meng-khatam-kannya kepada seorang fakih, Hasan bin Abdullah. Setelah itu, Muhammad bin Ali asy-Syaukani melanjutkan dengan belajar ilmu-ilmu qira’at (model-model bacaan Al-Qur’an) kepada para ahli qira’at.

Kemudian, Muhammad bin Ali asy-Syaukani belajar dan menghafal berbagai teks ilmu Islam. Minatnya yang besar terarah pada bidang fikih, hadis, tafsir, sastra, nahwu, ushul fikih, qira’at, metodologi, dan sejarah. Ia mempelajari semua ilmu ini dari para gurunya, antara lain ayahnya sendiri Ali bin Muhammad, kemudian Abdurrahman bin Qasim al-Mada’in, Ahmad bin ‘Amir al-Hadda’i, Ahmad bin al-Harazi, Ismail Ibnu al-Hasan, Abdullah bin Ismail at-Tihami, al-Qasim bin Yahya al-Khaulani, dan lain-lain.

Menjadi imam besar, hafiz dan mufti

Muhammad bin Ali asy-Syaukani mempelajari semuanya itu dengan tekun hingga menjadi imam besar, mujtahid, hafiz, dan mufti. Dialah tokoh ulama paling terkemuka. Dialah juga satu-satunya ulama yang mendapat gelar Syekh al-Islam pada masanya. Beberapa muridnya yang terkenal adalah anaknya sendiri (Ali), lalu Husein Ibnu Muhsin as-Sabu’i al-Anshari, Muhammad bin Hasan az-Zummari, Abd al-Haq bin Fadhal al-Hindi, Muhammad bin Nashir al-Hazimi, dan ulama besar lainnya.

Muhammad bin Ali asy-Syaukani adalah pengikut Mazhab Zaidiyah. Ia mempelajari fikih ini secara luas dan mendalam, sehingga menjadi rujukan fatwa bagi mereka yang ingin mendalami mazhab ini. Ketika ia mempelajari secara mendalam seluk-beluk as-Sunnah (hadis), ia pun menjadi muhaddis dan al-hafiz, dua predikat paling tinggi dalam bidang hadis. Dengan demikian, ia menanggalkan predikatnya sebagai seorang muqallid dan berganti menjadi mujtahid. Bahkan, ia selalu menyerukan kaum Muslimin untuk berijtihad dan mengkaji langsung kepada sumber Islam. Gerakan ini kemudian mendapatkan serangan dan tantangan dari teman-teman segenerasinya. Ia dikenal sebagai seorang pembaru.

Pentingnya Akhlak Mulia

Dari sisi akidah, Muhammad bin Ali asy-Syaukani adalah pengikut salaf (generasi Islam awal). Aliran teologi Salafi ini berpendapat bahwa sifat-sifat Tuhan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah harus dimaknai menurut lahiriahnya dan tanpa takwil (interpretasi) dan tanpa tahrif (perubahan, pemalsuan).

Untuk isu yang pertama (bidang fikih), Muhammad bin Ali asy-Syaukani menulis sebuah risalah berjudul Al-Qaul al-Mufid fi Hukm al-Taqlid. Risalah ini berisi kritikan-kritikan yang tajam terhadap para muqallid yang kemudian menimbulkan kemarahan masyarakat. Untuk isu yang kedua (bidang akidah), ia menulis sebuah risalah berjudul At-Tuhaf fi Madzhab as-Salaf.

Warisan intelektual

Muhammad bin Ali asy-Syaukani juga menulis banyak buku, antara lain: Adab ath-Thalab wa Muntaha al-Irb, Tuhfah adz-Dzakirin, Syarh Uddah al-Hushn al-Hashin, Nail al-Authar Syarh Muntaqa al-Akhbar (Hadis Hukum), Syarh ash-Shudur fi Tahrim Raf’ al-Qubur, Syifa al-Ilal fi Hukm Ziyadah fi ats-Tsaman li Mujarrad al-Ajal, At-Tahwud al-Munif fi al-Intishaf, Tasynif ala Sam’ bi Ibthal Adillah al-Jum’ah,

Ia juga menulis kitab Irsyad al-Fuhul ila Tahqiq al-Haq min ‘Ilm al-Ushul (Ushul Fikih), Tafsir Fath al-Qadir Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Juga terdapat kumpulan fatwa-fatwanya berjudul Al-Fath ar-Rabbani,  Nuzhah al-Ahdaq fi ‘Ilm al-Isytiqaq, Kasyf al-Astar ‘an Hukm asy-Syuf’ah bi al-Jiwar, Al-Qaul al-Maqbul fi Radd Khabar al-Majhul min ghair Shahabah ala Rasul. Lalu ia pun mengarang sebuah risalah tentang pengobatan cepat untuk penyakit berat, dan beberapa buku lain yang penting. Ulama besar ini meninggal dunia pada tahun 1250 H. Sebagian orang menyebutkan tahun 1255 H.(St.Diyar)

Referensi : Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Ensiklopedia Lengkap Ulama Ushul Fiqh Sepanjang Masa, 2020.

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement