Khazanah
Beranda » Berita » Al-Jauhari ash-Shaghir: Sosok Ulama Zuhud Penentu Syekh Al-Azhar Abad Ke-12 H.

Al-Jauhari ash-Shaghir: Sosok Ulama Zuhud Penentu Syekh Al-Azhar Abad Ke-12 H.

Ilustrasi ulama sedang menulis kitab.
Ilustrasi ulama sedang menulis kitab.

SURAU.CO-Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ahmad bin Abdul Karim al-Khalidi asy-Syafi’i. Ia lebih populer dengan panggilan al-Jauhari ash-Shaghir Abu Hadi. Ia terkenal sebagai ahli fikih, ushul fikih, dan sastrawan.

Al-Jauhari ash-Shaghir lahir pada tahun 1151 H dari keluarga ulama; ayah dan dua orang saudaranya juga merupakan ulama. Ia pernah belajar kepada Syekh Khalil al-Maghribi, Syekh Muhammad al-Farmawi, dan lain-lain. Selain itu, ia juga mendapatkan ijazah hadis dari Syekh Muhammad al-Malawi.

Belajar pada banyak ulama besar

Al-Jauhari ash-Shaghir pernah menghadiri pengajian ushul fikih oleh sejumlah ulama, antara lain Syekh Athiyah al-Ajhuri, Syekh Ali ash-Sha’idi, Syekh al-Barmawi, dan Syekh Hasan al-Jabrati. Pada tahun 1168 H, ia pergi haji ke Makkah bersama ayahnya. Di sana, ia bertemu dan berguru kepada Syekh as-Sayyid Abdullah Amir Ghani, penguasa Thaif. Sepulang dari sana, ia mengajar di al-Asyrafiyah.

Tokoh ini terkenal bersahaja dan rendah hati. Ia tidak suka bergaul dengan masyarakat, tidak suka berhubungan dengan para penguasa, dan tidak suka merepotkan orang lain. Sebaliknya, ia terkenal pemurah dan suka membantu orang lain. Ia menikahi anak seorang pedagang terkenal pada masa itu, dan tinggal di rumah istrinya yang berdampingan dengan rumah mertuanya.

Di rumah itu, ia menyediakan tempat khusus untuk menerima tamu-tamunya. Mereka yang sering datang ke sana adalah para ulama, guru-gurunya, dan teman-temannya. Ia menerima semuanya dengan segala penghormatan, dan kadang-kadang mereka juga menginap.

Pentingnya Akhlak Mulia

Menolak tawaran mengajar dari al-Azhar

Suatu saat, al-Jauhari ash-Shaghir diminta mengajar di al-Azhar dan di Masyhad Husein bin Ali (makam di dalam kompleks Masjid Imam Husein bin Ali), menggantikan saudaranya, Syekh Ahmad. Namun, ia menolak dan lebih memilih tetap mengajar di al-Asyrafiyah. Secara pribadi, ia sangat dihormati oleh para pejabat pemerintah.

Pada tahun 1199 H, untuk kedua kalinya, al-Jauhari ash-Shaghir pergi haji dan tinggal selama satu tahun di sekitar Makkah dan Madinah. Setelah itu, ia kembali lagi ke Mesir dan meneruskan pengajiannya di al-Asyrafiyah. Kadang-kadang, ia juga mengajar di Zawiyah al-Jauhariyah yang sekarang terkenal sebagai Masjid al-Jauhari di Sikkah al-Hadidah.

Masalah usulan mazhab Hanafi sebagai Syekh al-Azhar

Kebesaran tokoh ini terlihat ketika Syekh Ahmad ad-Damanhuri asy-Syafi’i, syekh al-Azhar saat itu, meninggal dunia. Para pejabat pemerintah dan para ahli fikih sepakat mengangkat Syekh Abdurrahmad al-‘Arisyi yang bermazhab Hanafi sebagai penggantinya. Keputusan ini menimbulkan kemarahan para ulama Syafi’iyah. Mereka mengusulkan Syekh al-Jauhari untuk memimpin Universitas Islam terkemuka itu. Tetapi, ia sendiri menolak usulan tersebut, sambil berjanji akan membantu mencarikan orang yang sesuai dengan pilihan mereka.

Akhirnya, mereka berkumpul di rumah al-Bakri dan sepakat memilih Syekh Ahmad al-‘Arusi asy-Syafi’i. Mereka kemudian melaporkan hasilnya kepada pemerintah. Namun, pemerintah menolak. Syekh al-Jauhari dan para ulama Syafi’iyah kemudian berangkat menuju makam Imam asy-Syafi’i. Dari tempat ini, ia menulis surat kepada pemerintah yang isinya berupa usulan agar pemerintah menyetujui calon pilihan para ulama Syafi’iyah. Al-Jauhari menolak meninggalkan tempatnya sampai pemerintah menyetujui permintaannya. Akhirnya, pemerintah mengangkat Syekh Ahmad al-‘Arusi.

Berperan dalam penentuan Syekh al-Azhar

Demikian pula ketika Syekh Ahmad al-‘Arusi wafat. Untuk mencari penggantinya, pemerintah tidak dapat mengambil keputusan sebelum merundingkannya dengan Syekh al-Jauhari. Saat itu, Syekh al-Jauhari tidak berada di tempat karena sedang berziarah ke makam Sayyid Ahmad Badawi. Begitu pulang, ia segera menunjuk Syekh Abdullah asy-Syarqawi. Usulan itu kemudian diterima pemerintah.

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Sudah banyak ulama yang lahir dari bimbingan al-Jauhari ash-Shaghir. Ia tetap menjadi ulama terhormat sampai datangnya tentara Prancis di Mesir. Kedatangan bangsa asing ini membuatnya cemas dan jatuh sakit karena negaranya menghadapi bahaya. Lebih dari itu, ia juga bersedih hati karena kehilangan hartanya yang berharga–buku. Tentara Prancis merampas rumah dan buku-bukunya.

Warisan intelektual Syeikh al-Azhar

Al-Jauhari ash-Shaghir telah menulis sejumlah buku. Buku-buku tersebut yakni : Khulashah al-Bayan fi kaifiyah Tsubut Ramadhan, Mukhtashar Minhaj (Fikih), Ar-Raud al-Wasim fi al-Mufta bihi min al-Madzhab al-Qadim, Nazhm al-Qawa’id an-Nasafiyah (Tauhid), Ithaf Uli al-Albab (Nahwu), Al-Jauhari ash-Shaghir meninggal dunia tahun 1215 H. Jenazahnya dimakamkan di Masjid al-Jauhari di Sikkah al-Hadidah, Mesir.(St.Diyar)

Referensi : Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Ensiklopedia Lengkap Ulama Ushul Fiqh Sepanjang Masa, 2020.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement