Khazanah
Beranda » Berita » Jujur dan Amanah: Pondasi Akhlak Mulia Menurut Kitab Ad-Durratun Nashihin

Jujur dan Amanah: Pondasi Akhlak Mulia Menurut Kitab Ad-Durratun Nashihin

Ilustrasi kejujuran dan amanah sebagai cahaya penuntun kehidupan
Lukisan digital realistik-filosofis menampilkan seorang manusia membawa lentera cahaya di tengah gelap malam, berdiri di persimpangan jalan, melambangkan kejujuran dan amanah sebagai cahaya penuntun hidup.

Surau.co. Jujur dan amanah adalah dua nilai suci yang menjadi fondasi bagi terbentuknya akhlak mulia dalam diri seorang mukmin. Dalam dunia yang kini banyak dihiasi kepalsuan dan manipulasi, sifat jujur dan amanah menjadi penyejuk jiwa sekaligus pembeda antara keimanan sejati dan kemunafikan. Dua nilai ini bukan sekadar ajaran moral, melainkan bagian dari manifestasi iman yang hidup dan menyala dalam diri seorang hamba.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang jujur.”
(QS. At-Taubah [9]: 119)

Ayat ini mengandung seruan yang lembut namun mendalam. Kejujuran bukan hanya diukur dari lidah, melainkan juga dari ketulusan hati dan konsistensi tindakan. Orang yang jujur akan selalu tenang, sebab tidak ada yang perlu disembunyikan dari kebenaran. Kejujuran membawa kedamaian, sedangkan dusta hanya melahirkan kegelisahan.

Makna Jujur dalam Perspektif Ad-Durratun Nashihin

Dalam kitab Ad-Durratun Nashihin, Syekh Utsman bin Hasan Asy-Syakiri Al-Khubawi menjelaskan bahwa kejujuran adalah sumber keberkahan hidup dan kunci keselamatan di akhirat. Beliau menulis:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

اَلصِّدْقُ نُوْرٌ يَهْدِي الْقَلْبَ وَيُنَقِّي النَّفْسَ وَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.
“Kejujuran adalah cahaya yang menuntun hati, menyucikan jiwa, dan meninggikan derajat seseorang di dunia dan akhirat.”

Kalimat ini menggambarkan betapa kejujuran memiliki efek spiritual yang luar biasa. Ia bukan hanya perilaku etis, tetapi juga bentuk pencerahan batin. Orang yang jujur akan memiliki hati yang bersih dari niat buruk dan terbuka terhadap hidayah Ilahi. Dalam masyarakat, kejujuran menjadi pondasi utama bagi kepercayaan, sebab tanpa kejujuran, hubungan sosial akan mudah runtuh.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا.
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang terus berkata jujur hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa kejujuran bukan hanya perbuatan, tapi proses pembentukan karakter. Ketika seseorang terus berusaha jujur, meskipun sulit, Allah akan memuliakannya dengan derajat orang yang shiddiq — orang yang benar dalam ucapan, niat, dan perbuatan.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Amanah: Fondasi Kepercayaan dan Keimanan

Amanah adalah saudara kembar dari kejujuran. Seseorang tidak dapat disebut jujur bila ia tidak amanah, dan sebaliknya, tidak dapat disebut amanah bila tidak jujur. Amanah berarti menjaga kepercayaan, baik dari Allah maupun dari sesama manusia. Ini meliputi tanggung jawab dalam pekerjaan, keluarga, dan semua hal yang dititipkan kepadanya.

Allah Swt. berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.”
(QS. An-Nisa [4]: 58)

Ayat ini menegaskan bahwa amanah adalah perintah langsung dari Allah. Orang yang menjaga amanah berarti sedang menjaga hubungan spiritualnya dengan Sang Pencipta. Dalam Ad-Durratun Nashihin, Syekh Utsman menulis bahwa amanah adalah tanda keimanan yang kokoh:

اَلْأَمَانَةُ مِنْ شِيْمِ الْمُؤْمِنِينَ، وَالْخِيَانَةُ مِنْ خِصَالِ الْمُنَافِقِينَ.
“Amanah adalah sifat orang-orang beriman, sedangkan khianat adalah ciri orang-orang munafik.”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Kalimat ini mengingatkan bahwa kehilangan amanah sama halnya dengan kehilangan bagian dari iman. Dalam kehidupan modern, amanah tidak hanya berarti menjaga barang titipan, tapi juga tanggung jawab profesional, kejujuran dalam jabatan, dan kesetiaan dalam hubungan sosial. Dunia menjadi lebih damai bila setiap manusia memegang amanahnya dengan penuh kesadaran spiritual.

Kejujuran dan Amanah: Dua Sayap Akhlak Sosial

Jujur dan amanah ibarat dua sayap yang membuat kehidupan sosial mampu terbang tinggi. Masyarakat yang berlandaskan kejujuran akan kuat, sedangkan masyarakat yang dipenuhi kebohongan akan hancur dari dalam. Begitu pula, sistem yang dibangun tanpa amanah hanya akan melahirkan kecurangan dan ketidakadilan.

Dalam konteks sosial, kejujuran melahirkan kepercayaan, sementara amanah menjaga kepercayaan itu tetap hidup. Jika kejujuran adalah awal dari hubungan yang baik, maka amanah adalah penjaganya. Tanpa keduanya, nilai-nilai kemanusiaan akan runtuh. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ.
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.”
(HR. Ahmad)

Hadits ini menegaskan keterkaitan langsung antara iman dan amanah. Agama bukan sekadar ritual, melainkan komitmen moral yang nyata dalam kehidupan. Orang yang menjaga amanah sejatinya sedang menjaga imannya agar tetap hidup.

Meneladani Rasulullah: Sosok Al-Amin

Sebelum diangkat menjadi Nabi, Rasulullah Muhammad ﷺ telah dikenal dengan gelar Al-Amin—yang terpercaya. Gelar itu bukan datang dari wahyu, melainkan dari kepribadian beliau yang jujur dan amanah sejak muda. Setiap perkataannya dipercaya, setiap titipan dijaga dengan sepenuh hati. Tidak mengherankan jika kehadiran beliau mampu mengubah masyarakat jahiliah menjadi umat yang beradab dan beriman.

Sikap jujur dan amanah Rasulullah adalah bukti nyata bahwa akhlak lebih kuat dari sekadar kata-kata. Di masa sekarang, umat Islam perlu meneladani sifat ini dalam setiap aspek kehidupan: dalam pekerjaan, bisnis, pendidikan, bahkan dunia digital. Dalam era di mana kejujuran sering tergadai oleh kepentingan, meneladani Al-Amin berarti menghadirkan cahaya dalam kegelapan.

Nilai Spiritual di Balik Kejujuran dan Amanah

Baik kejujuran maupun amanah bukan hanya urusan sosial, tetapi juga ibadah. Orang yang jujur sedang beribadah melalui lisannya, dan orang yang amanah sedang beribadah melalui tanggung jawabnya. Dalam Ad-Durratun Nashihin, Syekh Utsman menulis:

مَنْ حَفِظَ لِسَانَهُ وَأَدَّى أَمَانَتَهُ، أَكْرَمَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.
“Barang siapa menjaga lisannya dan menunaikan amanahnya, Allah akan memuliakannya di dunia dan akhirat.”

Kalimat ini menunjukkan bahwa nilai spiritual dari kejujuran dan amanah bukan sekadar pahala, tetapi kemuliaan di hadapan Allah. Orang yang jujur hatinya akan tenang, dan orang yang amanah hidupnya akan diliputi keberkahan.

Menanamkan Nilai Jujur dan Amanah dalam Kehidupan

Menjadi jujur dan amanah tidak terjadi dalam semalam. Ia butuh latihan, kesadaran, dan niat yang tulus. Pendidikan moral yang menekankan nilai kejujuran dan tanggung jawab harus ditanam sejak dini—di rumah, di sekolah, dan di lingkungan masyarakat.

Setiap individu perlu berani melawan godaan dusta dan khianat, karena keduanya adalah jalan pintas menuju kehancuran diri. Sebaliknya, jujur dan amanah adalah jalan panjang yang mungkin berat di awal, tetapi indah di ujungnya. Orang yang jujur tidak pernah rugi, karena ia bersama Allah yang Maha Benar.

Penutup

Kejujuran adalah cahaya, dan amanah adalah pelita yang menjaga cahaya itu tetap menyala. Keduanya membentuk pribadi yang kuat, dipercaya, dan dicintai Allah. Di tengah dunia yang semakin gelap oleh kepalsuan, orang jujur dan amanah akan selalu tampak bersinar, membawa harapan bagi sekitarnya.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:

التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الْأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang yang benar, dan para syuhada.”
(HR. Tirmidzi)

Semoga kita mampu meneladani sifat Rasulullah, menumbuhkan kejujuran dalam hati, dan menjaga amanah dalam setiap langkah hidup. Sebab, hanya dengan dua akhlak mulia inilah iman dapat berdiri kokoh dan kehidupan menjadi penuh berkah.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement