Kalam
Beranda » Berita » Lebih dari Sekadar Menunggu Waktu Berlalu

Lebih dari Sekadar Menunggu Waktu Berlalu

DPR
Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyoroti persiapan haji 2026 mulai dari visa, kesehatan, kloter dan kuota.

Lebih dari Sekadar Menunggu Waktu Berlalu

SURAU.CO – Kesabaran sering kali disalahartikan. Banyak orang menganggapnya hanya sebagai kemampuan untuk menunggu. Padahal, hakikat sabar jauh lebih dalam. Ini bukan sekadar menunggu waktu berlalu begitu saja. Sabar bukan tentang berapa lama kita menunggu sesuatu terjadi. Tetapi bagaimana kita bersikap selama masa penantian tersebut. Ini adalah sebuah pemahaman yang saya yakini. Pemahaman ini mengubah cara kita melihat hidup.

Setiap orang pasti memiliki masa penantian. Menunggu datangnya jodoh impian dan rezeki yang melimpah. Lalu kesembuhan dari penyakit. Menunggu kesempatan emas datang. Atau menunggu perubahan besar dalam hidup. Namun, tidak semua orang mampu menjalaninya. Banyak yang kesulitan menjaga hatinya tetap tenang. Gelisah, mengeluh, bahkan putus asa sering menghampiri. Terutama ketika apa yang diharapkan tak kunjung datang. Di sinilah letak ujian sabar yang sesungguhnya.

Allah SWT berfirman:

“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Hud: 115)

Ayat ini mengajarkan kita sebuah pelajaran. Sabar adalah amal kebaikan yang bernilai tinggi. Kebaikan ini di sisi Allah. Ia bukan sikap pasif yang hanya diam. Melainkan bentuk aktif dari keimanan yang kuat. Yaitu tetap berusaha dan terus berdoa. Serta tetap berprasangka baik kepada Allah. Ini harus dilakukan dalam setiap keadaan yang dihadapi. Saya percaya bahwa prasangka baik adalah kunci. Kunci untuk menjaga hati tetap positif.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Sabar dalam Usaha dan Kepercayaan kepada Allah

Sabar bukan berarti kita diam tanpa usaha. Justru sebaliknya, sabar berarti tetap bergerak. Tetap berusaha sekuat tenaga. Namun sambil percaya penuh pada waktu Allah. Orang yang benar-benar sabar mengetahui satu hal. Allah tidak pernah terlambat dalam rencana-Nya. Hanya saja, waktu-Nya selalu tepat. Ia tidak menuntut agar doa segera dikabulkan. Tetapi ia belajar memperbaiki diri sendiri. Agar layak menerima apa yang diminta. Ini adalah sebuah proses penting. Proses menuju kematangan spiritual.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, karena seluruh urusannya adalah kebaikan baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Hadis ini mengingatkan kita akan hakikat hidup. Kesabaran sejati adalah saat hati tetap tenang. Ini terjadi di tengah ketidakpastian yang melanda. Saat menunggu bukan dengan keluh kesah. Tetapi dengan doa yang tulus. Dan juga dengan usaha yang maksimal. Saat menahan diri dari rasa kecewa. Karena yakin Allah sedang menyiapkan sesuatu. Sesuatu yang jauh lebih baik dari harapan kita. Ini adalah pandangan hidup yang optimis. Optimisme yang berlandaskan iman.

Mengembangkan Hati Ikhlas dalam Penantian

Kesabaran yang benar tidak hanya diukur. Diukur dari lamanya waktu menunggu sesuatu. Tetapi dari seberapa ikhlas hati kita. Ikhlas menerima setiap takdir Allah. Dan tetap berprasangka baik kepada-Nya. Karena di balik setiap penantian panjang. Selalu ada pelajaran berharga yang didapat. Pelajaran itu menumbuhkan iman. Menumbuhkan kedewasaan dalam diri. Serta memberikan ketenangan jiwa yang hakiki. Saya sering merasakan ini secara pribadi. Penantian mengajarkan banyak hal.

Riyadus Shalihin: Buku Panduan Kecerdasan Emosional (EQ) Tertua Dunia

Hati yang ikhlas adalah kunci. Kunci untuk meraih ketenangan sejati. Tanpa keikhlasan, penantian terasa berat. Bahkan bisa menyebabkan keputusasaan. Namun, dengan hati yang lapang. Setiap detik penantian menjadi ibadah. Menjadi kesempatan untuk merenung. Untuk bersyukur atas nikmat-Nya. Dan untuk memperbaiki diri terus-menerus. Ini adalah sebuah perjalanan spiritual. Perjalanan yang membentuk karakter kita.

Menjadikan Penantian sebagai Proses Pembelajaran

Jadi, jika hari ini kamu sedang menunggu sesuatu. Entah itu hasil dari sebuah upaya. Entah itu jawaban dari sebuah doa. Atau bahkan keajaiban yang tak terduga. Jangan hanya fokus pada pertanyaan “kapan” semua itu terjadi. Lebih baik renungkan “bagaimana” kamu menjalaninya. Sebab, kesabaran bukanlah menunggu dengan resah. Tetapi menunggu dengan hati yang tenang. Sambil terus berdoa tanpa henti. Dan terus percaya bahwa waktu Allah adalah yang terbaik. Ini adalah sikap yang sangat bijaksana.

Setiap penantian adalah proses pembelajaran. Proses untuk mengenal diri lebih dalam. Untuk menguji kekuatan iman kita. Dan untuk memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta. Manfaatkan waktu menunggu ini dengan baik. Isi dengan ibadah dan kebaikan. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai. Karena penantian yang diisi dengan sabar. Akan membuahkan hasil yang manis. Hasil yang penuh berkah dari Allah SWT. Ini adalah janji yang patut kita yakini.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement