Kalam
Beranda » Berita » Surat Al-Humazah: Peringatan Keras terhadap Pengumpat, Pencela, dan Penumpuk Harta

Surat Al-Humazah: Peringatan Keras terhadap Pengumpat, Pencela, dan Penumpuk Harta

ilustrasi sifat jaiz bagi rasul dalam Kifayatul Awam
Ilustrasi realistik-filosofis seorang manusia berjalan di padang luas dengan cahaya lembut dari langit, menggambarkan keseimbangan antara kemanusiaan dan spiritualitas Nabi.

Surat Al-Humazah: Peringatan Keras terhadap Pengumpat, Pencela, dan Penumpuk Harta

SURAU.CO – Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, pesan-pesan spiritual terkadang luput dari perhatian kita. Namun, ada sebuah peringatan abadi yang tersirat dalam kitab suci Al-Qur’an, yaitu melalui surah Al-Humazah. Ayat-ayat awalnya begitu menggetarkan, menyentuh relung hati yang paling dalam. Lalu secara tegas mengecam perilaku-perilaku tercela yang seringkali tidak sadar telah menggerogoti tatanan sosial dan spiritual manusia. Allah SWT berfirman:

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia (manusia) mengira bahwa hartanya dapat mengekalkannya.” (QS. Al-Humazah: 1-3)

Peringatan keras ini secara gamblang menyoroti dua dosa utama: kebiasaan mengumpat dan mencela orang lain, serta kecintaan berlebihan terhadap harta benda yang akhirnya membuat seseorang lalai akan tujuan akhirat. Ayat-ayat ini bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah cermin yang merefleksikan kondisi hati dan jiwa kita. Dalam artikel ini, kita akan bersama-sama membedah makna fundamental dari setiap unsur dalam ayat-ayat tersebut, menelusuri implikasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani, dan yang terpenting, bagaimana kita bisa menjadikan peringatan ilahi ini sebagai pemicu kuat untuk melakukan perubahan diri menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Ini adalah kesempatan emas untuk merenung, bertransformasi, dan mengarahkan langkah menuju kebaikan yang abadi.

Membedah Makna: Pengumpat, Pencela, dan Jerat Harta Dunia

Frasa humazah (pengumpat) dan lumazah (pencela) dalam ayat pertama surah ini mengandung makna yang sangat mendalam dan kompleks. Secara umum, humazah merujuk kepada seseorang yang secara terang-terangan melakukan celaan, hinaan, atau bahkan mencemooh orang lain, baik itu melalui lisan, ucapan kasar, maupun tindakan yang merendahkan. Di sisi lain, lumazah menggambarkan seseorang yang mencela orang lain dari belakang, atau menyebarkan celaan ketika orang yang dicela tidak hadir di hadapan mereka. Mereka gemar membuka aib sesama, menjelek-jelekkan nama baik orang lain dalam pembicaraan tersembunyi yang penuh gosip. Kedua sifat buruk ini dapat termanifestasi secara tersirat maupun tersurat: bisa melalui ucapan lisan yang tajam, sikap tubuh yang merendahkan, isyarat mata yang sinis, tatapan menghina, atau bahkan melalui komentar-komentar negatif di media sosial yang seringkali terucap tanpa pertimbangan.

Ketika seseorang menghina atau mencela orang lain, sebenarnya ia sedang menempatkan dirinya sendiri di atas orang lain, memandang rendah, dan merendahkan martabat sesama manusia. Allah SWT sendiri mengancam dengan sangat keras terhadap individu yang bersikap demikian. Ayat pertama ini, “Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,” dengan jelas menunjukkan bahwa perilaku ini tidak hanya dikecam secara moral dalam perspektif agama, tetapi juga dianggap sebagai perbuatan yang akan membawa kecelakaan dan kerugian yang sangat besar di akhirat kelak. Sebuah peringatan yang seharusnya membuat kita berpikir ulang tentang setiap kata dan tindakan kita.

Manajemen Waktu: Refleksi Mendalam Bab Bersegera dalam Kebaikan

Panggilan Introspeksi: Dari Ancaman Hingga Transformasi Diri

Allah SWT tidak berhenti hanya pada peringatan semata. Ia melanjutkan dengan menjelaskan konsekuensi yang sangat keras bagi orang yang dengan sengaja memilih untuk menjalani sifat-sifat tercela tersebut. “Sekali-kali tidak! Pasti dia akan terlempar ke dalam (neraka) Hutamah.” Gambaran tentang “neraka Hutamah” sungguh menakutkan, api yang sangat menyala-nyala, membakar hingga menembus ke dalam hati manusia. Lebih dari itu, api tersebut tertutup rapat bagi para penghuninya, tidak ada jalan keluar sama sekali. Mereka akan terikat pada tiang-tiang panjang, sebuah cengkeraman penderitaan yang menjerat mereka tanpa ampun. Gambaran ini bukanlah sekadar ancaman biasa, melainkan sebuah peringatan nyata bahwa Tuhan menyiapkan siksaan yang konkret dan dahsyat bagi individu yang memilih jalan menghina sesama manusia dan terjerat dalam keserakahan duniawi yang melalaikan. Sebagai seorang hamba, refleksi atas gambaran ini seharusnya memicu kita untuk melakukan perubahan signifikan dalam hidup.

Surah Al-Humazah ini tidak hanya dimaksudkan untuk dibaca sekilas lalu dilupakan, tetapi ia menjadi sebuah panggilan kuat bagi kita semua untuk melakukan introspeksi diri secara mendalam. Berikut adalah beberapa hikmah berharga dan langkah-langkah nyata yang bisa kita ambil sebagai respons terhadap peringatan ini. Pertama, menjaga lisan dan pikiran dari kebiasaan mencela atau mengumpat. Kita harus berusaha keras menghindari membicarakan keburukan orang lain di belakang mereka atau menyebarkan fitnah yang merusak. Jika ada kritik yang bersifat membangun, sampaikanlah dengan bijak, dengan niat untuk kebaikan, dan bukan untuk menjatuhkan harga diri orang lain. Kedua, mengurangi kecintaan berlebihan terhadap harta. Harta hanyalah sebuah amanah dari Tuhan, bukan jaminan keabadian. Jangan pernah menjadikan pengejaran materi sebagai tujuan utama hidup, sebab pada akhirnya, yang akan kita bawa hanyalah amal kebaikan, bukan harta benda yang telah terkumpul.

Menuju Akhlak Mulia dan Bekal Abadi di Akhirat

Ayat-ayat dalam surah Al-Humazah— “Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya”—sungguh merupakan sebuah peringatan yang sangat menyayat hati bagi siapa pun yang terbiasa merendahkan martabat manusia lain dan terlalu terpaku pada jerat harta dunia. Pesan ilahi ini mengajak kita untuk melakukan sebuah pembalikan arah yang radikal dalam hidup. Kita harus menjaga lisan agar senantiasa mengeluarkan kata-kata yang baik, memurnikan niat dalam setiap usaha mencari rezeki, dan menjadikan harta sebagai sarana untuk mencapai kebaikan, bukan sebagai tujuan utama hidup yang mengabdi pada materi semata.

Sebagai seorang hamba, harapan terbesar kita adalah agar Allah SWT senantiasa menjauhkan kita dari sifat humazah dan lumazah yang sangat dibenci-Nya. Semoga Allah senantiasa mengarahkan setiap langkah kita menuju ketakwaan yang sejati. Kemudian kemuliaan akhlak yang terpuji, serta mempersiapkan bekal yang abadi di akhirat kelak. Dengan merenungkan dan mengamalkan pesan-pesan dari surah Al-Humazah ini, kita tidak hanya berupaya memperbaiki diri sendiri. Tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan sosial yang lebih harmonis, penuh kasih sayang, dan saling menghargai. Mari kita jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Suka menebarkan kebaikan, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement