SURAU.CO-Nama lengkapnya adalah Ali bin Ismail bin Abu Basyr Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Bilal bin Abu Burdah bin Abu Musa. Nama Al-Asy’ari diambil dari nama kakeknya yang tertinggi, Nabat bin Udad, yang konon lahir dalam keadaan sudah berambut gondrong.
Abu al-Hasan al-Asy’ari lahir di Basrah pada tahun 260 H/874 M. Riwayat lain menyebutkan tahun 270 H. Ia mempelajari fikih dari Abu Ishaq al-Marwazi dan Ibnu Suraij, serta hadis dari Abu Zakariya as-Saji. Sementara itu, ia memperoleh ilmu akidah (kalam) dari Abu Ali al-Jubbai.
Abu al-Hasan al-Asy‘ari : jalan yang benar adalah jalan Ahlussunnah.
Ia mendalami bidang kajian ini dalam aliran kalam Mu’tazilah hingga menjadi sangat pandai, cerdas, dan tangkas dalam perdebatan. Bahkan, ia termasuk salah satu tokoh terkemuka aliran tersebut.
Seiring kedewasaan pikirannya, Abu al-Hasan al-Asy’ari mulai melakukan penelitian mendalam dan kritis terhadap dalil-dalil yang kaum Mu’tazilah maupun Ahlussunnah sampaikan. Ia terutama fokus pada teori-teori af’al al-‘ibad (perbuatan manusia), kewajiban Tuhan berbuat baik, Sifat dan Zat Tuhan, serta persoalan-persoalan lain yang menjadi perdebatan sengit antara dua aliran kalam tersebut.
Setelah cukup lama merenung dan berpikir, Abu al-Hasan al-Asy’ari akhirnya mendapatkan hidayah (petunjuk) dari Allah Swt. dan menemukan jalan yang benar. Menurutnya, jalan yang benar itu adalah jalan Ahlussunnah.
Ia kemudian mengumumkan sendiri pengunduran dirinya dari paham yang ia anut sebelumnya, lalu bergabung dengan mazhab salaf. Ia menolak tidak hanya paham Mu’tazilah, tetapi juga aliran-aliran sesat lainnya, seperti Jahmiyah, Hasywiyah, Musyabbihah, dan Murji’ah. Ia menyampaikan pengunduran dirinya di sebuah masjid Basrah di hadapan para pengikutnya.
Karya-Karya Abu al-Hasan al-Asy’ari
Abu al-Hasan al-Asy’ari termasuk penulis yang sangat produktif. Karya ilmiahnya kira-kira mencapai 50 judul. Beberapa sumber bahkan menyebutkan 100 hingga 200 buku. Dalam Bidang Ushul Fiqh: Itsbat al-Qiyas, Ikhtilaf an-Nas fi al-Asma’ wa al-Ahkam, Al-Khash wa al-‘Am
Karya lain yang ia tulis yakni : Al-Mukhtazin (tafsir), Maqalat al-Islamiyyin (ilmu kalam), Al-Ibanah ‘an Ushul ad-Diyanah (ilmu kalam), Al-Luma’ al-Kabir, Al-Luma’ ash-Shaghir, Idhah al-Burhan, Al-Mujaz.
Ibnu Asakir, dalam bukunya Tabyin Kadzib al-Muftara, mencatat semua buku yang ia anggap sebagai karya Abu al-Hasan al-Asy’ari.
Para Pengikut Abu al-Hasan al-Asy’ari
Madrasah al-Asy’ari telah melahirkan banyak ulama terkemuka. Para alumni tersebut antara lain: Abu Abdullah bin Mujahid al-Bashri, Abu al-Hasan al-Bahili al-Bashri, Abu al-Husein Bandar bin al-Husein asy-Syairazi ash-Shufi, Abu Muhammad ath-Thabari atau al-Iraqi, Abu Bakar al-Qaffal asy-Syasyi, Abu Zaid al-Marwazi, dan tokoh besar lainnya.
Mazhab Fikih Abu al-Hasan al-Asy’ari
Dalam biografi Mazhab Syafi’i, Abu al-Hasan al-Asy’ari termasuk dalam golongan pengikut Syafi’i. Hal ini karena ia belajar fikih kepada Abu Ishaq al-Marwazi dan ulama Syafi’i lainnya. Namun, dalam biografi Malikiyah, ia juga teridentifikasi sebagai orang Maliki.
Kemungkinan besar, Abu al-Hasan al-Asy’ari adalah seorang mujtahid fi al-mazhab. Buku-bukunya yang membahas tentang pokok-pokok agama memperlihatkan bahwa dalam persoalan-persoalan fikih, ia tidak bertaklid kepada siapa pun. Dengan bebas, ia mampu memahami teks-teks sumber primer fikih dan mengambil kesimpulan hukum sendiri. Ia dipandang sebagai tokoh pembela Sunnah yang gigih (Nashir as-Sunnah/Hadits).
Abu al-Hasan al-Asy’ari : ketekunannya beribadah
Abu al-Hasan al-Asy’ari termasuk ulama dengan tingkat ketakwaan yang tinggi. Ia sangat tekun beribadah; bahkan selama 20 tahun, ia melaksanakan salat Subuh dengan wudu salat Isya’.
Kehidupannya sangat berkecukupan. Ia mengolah lahan pertanian yang cukup luas, yang diwakafkan oleh salah seorang kakeknya. Kehidupannya yang tenang dan berkecukupan ini memberinya banyak kesempatan untuk mengabdikan diri bagi kepentingan ilmu pengetahuan.
Setelah tahun 300 H, Abu al-Hasan al-Asy’ari memasuki Baghdad. Di kota ini, ia tinggal, menulis, mengajar, dan berdakwah menentang bid’ah serta membela Sunnah hingga akhir hayatnya. Ia wafat secara mendadak pada tahun 324 H. Beberapa sumber menyebutkan tahun 300 H atau tahun 300-an.(St.Diyar)
Referensi : Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Ensiklopedia Lengkap Ulama Ushul Fiqh Sepanjang Masa, 2020.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
