Kisah
Beranda » Berita » Kesucian Baitul Mal : Teladan Integritas Khalifah Ali bin Abi Thalib

Kesucian Baitul Mal : Teladan Integritas Khalifah Ali bin Abi Thalib

Ilustrasi (Google AI Studio)

SURAU.CO – Dalam sejarah Islam, integritas seorang pemimpin adalah pilar utama. Kisah Khalifah Ali bin Abi Thalib dan saudaranya, Aqil, adalah cerminan sempurna dari prinsip ini. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga amanah Baitul Mal. Ini juga menyoroti godaan kekuasaan dan cara menghadapinya dengan tegas.

Kisah ini terjadi selama kepemimpinan Ali. Saudara Ali, Aqil, mendekati beliau. Aqil datang dengan permohonan khusus. Aqil menyampaikan keluhannya. “Aku orang miskin dan membutuhkan,” katanya. Ia melanjutkan, “Oleh karena itu, berilah aku bantuan.” Permintaan ini wajar bagi seorang saudara. Namun, Ali memegang teguh prinsip keadilan. Beliau menjawab dengan tenang. “Tunggu sampai saat gajiku turun,” ujar Ali. “Bersama dengan gaji kaum muslimin lain,” tambahnya. Ali berjanji, “Aku akan memberikan gajiku untukmu.” Ini menunjukkan bahwa Ali tidak ingin mengambil hak rakyat. Ia ingin membantu dengan haknya sendiri. Beliau adalah pemimpin yang adil.

Namun, Aqil tidak menyerah. Ia terus mendesak Ali. Desakan ini menjadi semakin kuat. Ali kemudian menguji integritas saudaranya. Beliau memanggil seorang lelaki lain. “Suruh dia keluar,” perintah Ali. “Dan pergilah bersamanya ke sebuah toko di pasar umum,” lanjutnya. Ali memberikan instruksi lebih lanjut. “Lalu katakan padanya, ‘Buka kunci-kunci ini dan ambil isi toko ini!'” Intruksi Ali sangat jelas. Ini adalah ujian yang berat.

Ujian Integritas dan Respon Tegas

Aqil terkejut mendengar perintah Ali. Ia segera menukas. “Apakah engkau menyuruhku mencuri?” tanyanya. Jawaban Ali sangat tegas. “Dan apakah kamu ingin menjadikan aku sebagai pencuri?” Ali balik bertanya. Beliau melanjutkan, “Sehingga aku harus mengambil kekayaan kaum muslimin dan memberikannya untukmu?” Pernyataan Ali ini sangat lugas. Ini menunjukkan komitmennya terhadap amanah. Kekayaan Baitul Mal adalah hak seluruh umat. Bukan untuk kepentingan pribadi atau keluarga. Ali menjaga kesucian Baitul Mal. Ia tidak kompromi sedikit pun.

Mendengar ketegasan Ali, Aqil merasa kecewa. Ia melontarkan ancaman. “Aku akan pergi ke Muawiyah,” ujarnya. Ali tidak gentar sedikit pun. Beliau menjawab dengan ketus. “Lakukan apa yang ingin kamu lakukan!” Respons Ali ini menunjukkan kemantapan prinsipnya. Beliau tidak takut kehilangan dukungan. Integritas adalah hal utama. Keputusan Ali sangat berani.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Aqil akhirnya menepati ancamannya. Ia pergi menemui Muawiyah. Aqil menceritakan semua yang terjadi. Ia kemudian mengemis kepada Muawiyah. Muawiyah bertindak berbeda. Ia memberi Aqil sekantong uang dirham. Kemudian, Muawiyah memberikan instruksi khusus. “Naiklah ke mimbar masjid besar,” katanya. “Dan katakan apa yang telah Ali berikan padamu,” perintahnya. “Dan apa yang telah Muawiyyah berikan padamu!” Muawiyah ingin membandingkan dirinya dengan Ali.

Hikmah di Balik Peristiwa

Aqil naik ke atas mimbar. Ia berseru kepada hadirin. “Hadirin sekalian!” serunya. “Aku akan memberitahu kalian.” Ia melanjutkan, “Sungguh aku merayu Ali untuk mengorbankan agamanya.” Aqil kemudian membuat pengakuan. “Dan ia lebih memilih agamanya.” Ini adalah pengakuan yang jujur. Kemudian, Aqil melanjutkan. “Dan sungguh aku merayu Muawiyah untuk mengorbankan agamanya.” Dengan lantang, ia berkata, “Dan dia benar-benar mengorbankan agamanya untukku.” Pengakuan Aqil sangat mengejutkan. Ini adalah kesaksian yang kuat.

Kisah ini adalah pelajaran berharga. Ini menunjukkan betapa pentingnya integritas seorang pemimpin. Ali bin Abi Thalib menunjukkan teladan yang luar biasa. Beliau tidak goyah oleh desakan keluarga. Beliau juga tidak takut ancaman politik. Kesucian Baitul Mal adalah prioritas utamanya. Ia memilih menjaga amanah umat. Ini adalah contoh nyata keteladanan. Ali adalah pemimpin yang jujur dan adil. Kisah ini terus relevan hingga kini. Ini mengingatkan setiap pemimpin. Amanah adalah tanggung jawab besar. Integritas adalah kunci kepemimpinan yang baik.

Pelajaran dari Khalifah Ali ini sangat dalam. Ini bukan hanya tentang uang. Ini tentang prinsip dan moral. Pemimpin harus mampu menahan godaan. Terutama godaan dari lingkaran terdekat. Ini juga tentang bagaimana rakyat melihat pemimpinnya. Kejujuran akan selalu dihormati. Bahkan oleh mereka yang awalnya menentang. Aqil sendiri mengakui keutamaan Ali. Ini adalah bukti kekuatan integritas. Ali memilih agamanya. Muawiyah memilih kekuasaan. Perbedaan ini sangat mencolok. Oleh karena itu, mari kita teladani Ali. Jadikan integritas sebagai pedoman.

 

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement