SURAU.CO – Berikut adalah beberapa keutamaan menjadi santri yang notabene generasi anak dan remaja berkesempatan emas serta berpeluang tinggi dalam mempelajari agama Islam:
Santri adalah juru nasehat umat atau mundzirul qoum
Termasuk golongan yang dimaksud oleh Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 122:
۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ
Artinya “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Santri dikehendaki oleh Allah SWT dengan kebaikan. Termasuk golongan yang dimaksud oleh Allah SWT dalam surat Al An’am ayat 125:
فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهۡدِيَهُۥ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِۖ وَمَن يُرِدۡ أَن يُضِلَّهُۥ يَجۡعَلۡ صَدۡرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجٗا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِۚ كَذَٰلِكَ يَجۡعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ
Artinya “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”
Santri memiliki derajat yang tinggi
Termasuk dalam golongan yang dimaksud Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Al Mujadilah ayat 11:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ
Artinya “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Santri termasuk golongan yang dimaksud Rasulullah SAW dalam hadits dari Mu’awiyah RA:
من يرد الله به خيرا يفقّهه في الدين
“Barang siapa dikehndaki Allah SWT dengan kebaikan (dunia dan akhirat) maka Allah akan memahamkannya dalam (urusan) agama”. (Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 2948 dan Muslim, no. 1037).
Santri akan ditolong oleh Allah SWT pada hari Kiamat yang dahsyat
Termasuk golongan yang dimaksud Rasulullah SAW dalam hadits :
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلّى الله عليه وسلّم قال: سبعة يُظلّهم الله في ظلّه يوم لا ظلّ إلاّ ظلّه : إمام عادل، و شابّ نشأ في عبادة الله تعالى، ورجل قلبه معلّق بالمساجد، ورجلان تحابّا في الله اجتمعا عليه وتفرّقا عليه، ورجل دعته امرأة ذات منصب وجمال، فقال إنّي أخاف الله، ورجل تصدّق بصدقة فأخفاها حتّى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه، ورجل ذكر اللهَ خاليا ففاضت عيناه”. (رواه متفق عليه(
Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda “Ada 7 golongan yang akan mendapat naungan Allah SWT pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: pemimpin yang adil, remaja yang senantiasa beribadah kepada Allah SWT, seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan masjid, dua orang yang saling cinta-mencintai karena Allah SWT dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh wanita bangsawan lagi rupawan lalu menjawab ‘Sesungguhnya saya takut kepada Allah SWT!’, seseorang yang mengeluarkan sedekah kemudian ia merahasiakannya sampai-sampai tangan kiri tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir kepada Allah SWT di tempat yang sunyi kemudian menenteskan air mata”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Santri termasuk golongan orang yang berjuang di jalan Allah SWT
Sebagaimana yang dimaksud Rasulullah SAW dalam Hadits:
من خرج في طلب العلم فهو في سبيل الله حتّى يرجع (أخرجه الدارمي و الصياء المقدسي(
“Barang siapa yang keluar dalam rangka menuntut ilmu maka ia dalam jalan-Nya Allah SWT hingga ia kembali”.
Santri termasuk golongan yang akan dimudahkan jalannya masuk ke surga
Seperti disabdakan Rasulullah dalam hadits:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَبْتَغِي فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَريْقاً إِلَى الجَنَّةِ، وَإنَّ الملَاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضاً بِمَا يَصْنَعُ، وَإنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّماوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ حَتَّى الْحِيْتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَإنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يَوَرِّثُوْا دِيْنَاراً وَلاَ دِرْهَماً وَإنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِرٍ.
“Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya –dengan hal itu- Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga. Dan sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayap-sayap mereka kepada pencari ilmu sebagai keridhaan atas apa yang ia perbuat. Dan sesungguhnya penghuni langit dan di bumi, sampai ikan-ikan di laut pun memohonkan ampun untuk orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas semua bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 3641 dan ini adalah lafazhnya. Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223; Ahmad 4/196; Darimi, 1/98. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin, 2/470, hadits no. 1388).
Termasuk golongan yang dimaksud oleh Sahabat Rasul, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan Ulama Salafus Sholih
Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Ilmu itu lebih baik daripada harta, sebab ilmu akan selalu menjagamu, sedangkan engkau yang selalu menjaga harta.” (Faqih wal Mutafaqqih 1/50, Ittiba’ milik Ibnu Abdil ’Izz hal. 86, Bidayah wa Nihayah 9/47 dan I’tishom 2/358).
Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu mengatakan, “Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya mempelajari ilmu karena Allah adalah takwa kepada-Nya, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menelitinya adalah jihad dan mengajarkan kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah.” Beliau juga mengatakan, “Ilmu adalah penghibur hati di saat sendiri dan sahabat karib di saat sunyi.”
Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu berpesan, “Jadilah alim (orang yang berilmu), muta’allim (orang yang menuntut ilmu), mustami’ (orang yang mendengar ilmu), atau muhibb (orang yang mencintai ilmu), dan janganlah menjadi orang yang kelima sehingga kamu celaka. Dia adalah orang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mendengar, dan tidak pula mencintai orang yang berilmu.” (Al-Kabaair hal. 20, oleh Imam Adz-Dzahabi).
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan :
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الأخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Barangsiapa yang menghendaki dunia, hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki akherat, hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (dunia dan akherat), maka hendaknya dia berilmu. Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah juga mengatakan, “Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah”. (Shahih Jami’ Al-Bayan 31/48, Hilyatul Auliya’ 9/119).
Kebutuhan Manusia Terhadap Ilmu
Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah mengatakan, “Tidak ada suatu amal perbuatan yang lebih utama daripada menuntut ilmu kalau ia niatnya benar”. (Miftah Daaris Saa’dah I/212).
Imam Ahmad bin Hambal Rohimahulloh berkata, “Kebutuhan manusia terhadap ilmu itu melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum. Yang demikian itu karena seseorang terkadang membutuhkan makanan dan minuman sekali atau dua kali, adapun kebutuhannya terhadap ilmu itu sebanyak tarikan nafasnya”. (Tahdzib Madarijis Saalikiin, Ar-Rusydy Rahimahulloh).
Hasan Al Bashri Rahimahulloh mengatakan, “Beramal tanpa ilmu itu seperti berjalan di luar jalurnya. (Apabila seseorang) beramal tanpa ilmu maka kerusakan yang ditimbulkan itu lebih banyak daripada kebaikan yang diraih. Maka carilah ilmu dengan tidak mengganggu ibadah, dan beribadahlah dengan tidak mengganggu mencari ilmu. (Miftaah Daaris Sa’aadah 1/83, Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh).
Sumber nukilan buku: Sabilun Najihin, Senarai Inspirasi & Motivasi Sang Kiai Jalan Sukses Pendidikan Islami (Pustaka Darunnajah, Bogor, 2021) (Muhlisin Ibnu Muhtarom)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
