Nasional
Beranda » Berita » Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Antara Amanah dan Pahala

Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Antara Amanah dan Pahala

Siswa SD Sedang Santap Makan (MBG)
Siswa SD Sedang Santap Makan (MBG)

SURAU.CO-Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menarik perhatian publik karena menyentuh persoalan dasar manusia: makan. Dalam pandangan Islam, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan sekadar kebijakan sosial, tetapi amanah besar dan ladang pahala. Pemerintah tidak hanya menyalurkan makanan, tetapi juga menunaikan tanggung jawab spiritual untuk menjaga kehidupan rakyat.

Islam menempatkan memberi makan sebagai amal yang mulia. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang memberi makan.” Prinsip itu menegaskan bahwa memberi makan bukan hanya tindakan sosial, tetapi juga ibadah. Ketika negara memastikan anak-anak bangsa tidak kelaparan, pemerintah menjalankan fungsi rahmah, kasih sayang, yang Allah titipkan kepada pemimpin.

Program ini tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga membentuk karakter. Anak yang makan makanan halal dan bergizi akan tumbuh dengan akal yang cerdas dan hati yang bersyukur. Islam mengajarkan bahwa gizi yang baik menciptakan keseimbangan antara raga dan jiwa. Karena itu, setiap sendok nasi dalam program ini dapat menjadi bagian dari ibadah kolektif.

Banyak sekolah yang lebih hidup setelah pelaksanaan MBG. Anak-anak datang lebih semangat karena tahu ada makanan sehat menanti mereka. Namun, sebagian daerah masih menghadapi kendala distribusi dan pengawasan. Tantangan ini menuntut pemerintah untuk menjaga amanah dan menegakkan kejujuran agar setiap piring yang tersaji membawa keberkahan, bukan sekadar kenyang.

Amanah dalam Program Makan Bergizi dan Tanggung Jawab Islam

Islam menempatkan amanah sebagai fondasi seluruh kehidupan. Allah menyebut dalam QS. Al-Ahzab: 72 bahwa manusia menerima amanah besar yang ditolak oleh langit dan bumi. Dalam konteks Program Makan Bergizi Gratis (MBG), amanah itu berarti memastikan setiap dana digunakan dengan benar dan setiap penerima merasakan manfaat nyata.

Peduli Sumatera: Saat Saudara Kita Menjerit, Hati Kita Harus Bangkit

Pemimpin yang jujur menjalankan MBG dengan niat ibadah. Mereka tidak hanya menandatangani laporan, tetapi turun melihat bagaimana anak-anak menikmati makanan itu. Dengan cara ini, amanah tidak berhenti pada administrasi, melainkan hidup dalam tindakan nyata. Itulah makna sejati dari tanggung jawab dalam Islam.

Islam mengajarkan pentingnya hisbah atau pengawasan moral. Masyarakat berhak memantau agar pelaksanaan program tetap bersih dan transparan. Ketika masyarakat dan pemerintah bekerja sama dalam semangat keadilan, MBG akan menjadi cerminan akhlak Islam yang hidup: amanah, kejujuran, dan kasih sayang.

Transisi menuju sistem yang lebih baik memerlukan ketulusan. Islam menegaskan bahwa setiap pemimpin adalah gembala yang akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Maka, mereka yang mengelola MBG tidak hanya mencari sukses dunia, tetapi juga ridha Allah di akhirat.

Pahala di Balik Makan Bergizi dan Keberkahan Sosial

Memberi makan selalu bernilai pahala. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa sepotong makanan yang disuapkan ke mulut orang lain bisa menjadi amal besar di sisi Allah. Dalam kerangka Program Makan Bergizi Gratis (MBG), setiap pihak yang terlibat berpotensi memperoleh pahala: mulai dari petani, juru masak, guru, hingga pemimpin yang menandatangani kebijakan.

Islam menanamkan konsep barakah jama’iyyah, keberkahan yang lahir dari kebersamaan dalam kebaikan. Ketika masyarakat saling mendukung, pahala mengalir ke banyak tangan. Program MBG bukan hanya proyek pangan, tetapi gerakan kebajikan yang menyuburkan iman dan meneguhkan solidaritas.

Asosiasi Ma’had Aly Dorong PenguatanDirektorat Jenderal Pesantren

Namun, pahala bisa lenyap jika amanah diabaikan. Korupsi, manipulasi data, atau ketidakadilan dapat menghapus nilai ibadah di balik program ini. Karena itu, setiap pelaksana harus menjaga niat, bekerja jujur, dan memastikan makanan benar-benar sampai kepada yang berhak.

Pada akhirnya, MBG mengajarkan bahwa memberi makan berarti menanam kasih. Negara yang memberi makan rakyatnya sejatinya sedang meneladani sifat Allah Ar-Razzaq, Sang Pemberi Rezeki. Ketika amanah dan pahala berjalan seiring, kebijakan publik berubah menjadi ibadah yang hidup dan menyehatkan bangsa.

Meski Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki manfaat besar dalam meningkatkan gizi dan semangat belajar anak-anak, pelaksanaannya masih menyisakan kekurangan di beberapa daerah. Beberapa kasus keracunan makanan terjadi akibat kurangnya pengawasan kualitas bahan dan distribusi yang terburu-buru. Kondisi ini menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh, terutama pada standar kebersihan dan pengawasan lapangan. Namun, secara keseluruhan, program ini tetap sangat bermanfaat karena membantu meringankan beban masyarakat dan memperkuat komitmen negara terhadap kesejahteraan generasi muda.(Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement