SURAU.CO – “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Ayat ini adalah fondasi dari setiap gerakan dakwah Islam. Ia menegaskan bahwa keberuntungan hanya akan diraih oleh mereka yang bukan sekadar memahami Islam, tetapi juga bergerak menegakkannya. Dari sinilah muncul konsep At-Tarbiyah Al-Islamiyah Al-Harokiyah — sebuah model pendidikan Islam yang hidup, dinamis, dan terarah untuk melahirkan pribadi pejuang, bukan sekadar penghafal ilmu.
Makna dan Esensi Tarbiyah Harakiyah
Kata tarbiyah berarti pendidikan yang menumbuhkan. Ia tidak hanya memberi pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan kepribadian dan karakter. Ketika ia diberi sifat Islamiyah, maka seluruh orientasinya berpijak pada nilai-nilai wahyu. Dan ketika ditambah dengan sifat Harokiyah, ia menjadi pendidikan yang hidup dan bergerak — pendidikan yang menjadikan Islam sebagai sistem kehidupan, bukan sekadar wacana.
Dengan demikian, At-Tarbiyah Al-Islamiyah Al-Harokiyah adalah proses pembinaan manusia muslim agar menjadi pribadi mukmin yang sadar akan tanggung jawab dakwah, berani menanggung beban perjuangan, dan istiqamah dalam amal jama’i untuk menegakkan Islam.
Tarbiyah ini bukan ruang kelas yang kaku, melainkan medan perjuangan yang membentuk karakter. Ia menuntut keterlibatan total — akal, ruh, jasad, dan hati — dalam satu arah menuju ridha Allah.
Hakikat Tarbiyah Harakiyah: Dari Ilmu Menuju Amal
Tarbiyah harakiyah berbeda dari pendidikan formal yang menekankan teori. Dalam tarbiyah ini, ilmu adalah alat, bukan tujuan. Hakikatnya adalah pembentukan karakter mujahid — insan yang siap bekerja untuk Islam dengan keikhlasan dan pengorbanan.
Karena itu, seseorang yang mengikuti tarbiyah harakiyah tidak diukur dari banyaknya hafalan, tetapi dari keteguhan dan keaktifannya dalam amal jama’i. Sebab, Islam bukan hanya untuk diketahui, melainkan untuk ditegakkan.
Seperti kata Hasan Al-Banna:
“Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesesatan.”
Tarbiyah harakiyah menyatukan keduanya — ilmu dan amal, akidah dan harakah, ruhiyah dan sosial — sehingga melahirkan insan yang seimbang antara idealisme dan realitas perjuangan.
Tujuan dan Arah Tarbiyah Harakiyah
Tujuan akhirnya bukan sekadar melahirkan orang baik, tetapi pejuang kebaikan.
Bukan hanya pribadi saleh, tetapi muslim muslih — yaitu orang yang menebar perbaikan dalam masyarakat.
Oleh sebab itu, At-Tarbiyah Al-Islamiyah Al-Harokiyah berupaya:
- Menanamkan aqidah yang murni dari syirik, bid’ah, dan pemikiran sekuler.
-
Membentuk kepribadian Islam yang beradab, berdisiplin, dn berani.
-
Menumbuhkan ruh dakwah dan jihad di jalan Allah.
-
Menanamkan tanggung jawab jama’ah dan loyalitas terhadap perjuangan Islam.
-
Mempersiapkan kader pemimpin yang siap memikul amanah Islam di tengah masyarakat.
Dalam kerangka ini, tarbiyah tidak berhenti pada individu, tetapi menjalar ke masyarakat. Ia membangun sistem, bukan hanya manusia; membangun jamaah, bukan hanya pribadi.
Pilar-pilar Tarbiyah Harakiyah
Dr. Imron menegaskan bahwa ada lima unsur utama yang menjadi fondasi tarbiyah harakiyah:
- Ruhiyah (spiritual):
Membina hubungan yang kuat dengan Allah melalui shalat, zikir, tilawah, dan qiyamullail. Tanpa kekuatan ruhiyah, dakwah akan kehilangan energi ilahiah yang menjadi sumber istiqamah. -
Fikriyah (intelektual):
Menggali ilmu Islam secara mendalam agar memahami manhaj dakwah, strategi perubahan, dan realitas umat. Intelektualitas tanpa ruhiyah akan melahirkan aktivis yang kering spiritualitas. -
Jasadiyah (fisik):
Menjaga tubuh agar kuat dan siap berjihad, karena dakwah membutuhkan stamina, mobilitas, dan ketahanan. -
Nafsiyah (jiwa):
Melatih keikhlasan, kesabaran, dan keteguhan menghadapi ujian dakwah. Seorang da’i tanpa keteguhan jiwa akan mudah lelah di tengah jalan. -
Tanzhimiyah (organisasi):
Menanamkan disiplin, ketaatan, dan sinergi dalam kerja kolektif. Sebab, kekuatan dakwah bukan terletak pada individu, tetapi pada jamaah yang teratur.
Prinsip-prinsip Tarbiyah: Bertahap dan Kolektif
Tarbiyah yang benar harus dilakukan secara tadarruj (bertahap).
Perubahan manusia tidak bisa instan, sebagaimana Nabi ﷺ membina para sahabat selama 23 tahun — mulai dari membangun iman di Makkah hingga menegakkan syariat di Madinah.
Ia juga harus bersifat jama’i, sebab Islam tidak ditegakkan oleh individu, tetapi oleh jamaah yang satu visi. Gerakan Islam lahir dari barisan yang terdidik, bukan dari massa yang tercerai-berai.
Prinsip lainnya adalah syumuliyah (menyeluruh), mencakup aspek ibadah, sosial, ekonomi, politik, hingga budaya. Islam adalah sistem hidup total, dan tarbiyah harus melahirkan kader yang memahami itu.
Buah dari Tarbiyah Harakiyah
Hasil dari proses tarbiyah ini diharapkan melahirkan:
- Muslim yang berilmu dan beramal.
Tidak cukup saleh pribadi, tapi juga menebar kebaikan sosial. -
Kader dakwah yang tangguh.
Siap menghadapi tekanan zaman, tetap istiqamah dalam perjuangan. -
Pemimpin umat yang amanah.
Tidak haus kekuasaan, tapi berjuang demi kebenaran. -
Gerakan Islam yang solid dan berpengaruh.
Menjadi rahmat bagi masyarakat, bukan sumber perpecahan.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
> “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)
Maka, tarbiyah sejati tidak berhenti di ruang halaqah atau majelis, tapi melahirkan amal nyata di tengah umat.
Aplikasi Nyata dalam Kehidupan
Konsep tarbiyah harakiyah harus terwujud dalam amal keseharian:
Menghadiri majelis ilmu dan halaqah tarbiyah dengan disiplin.
Menjadi teladan dalam keluarga, kampus, dan lingkungan kerja.
Terlibat aktif dalam kegiatan sosial, pendidikan, dan pelayanan umat.
Siap menerima amanah dakwah dengan keikhlasan, tanpa pamrih jabatan atau pujian.
Menegakkan nilai Islam dalam sistem dan kebijakan publik.
Dengan demikian, tarbiyah harakiyah membentuk manusia yang hidup untuk Islam, bukan Islam yang hidup untuk manusia. Ia membangun da’i yang menggerakkan, bukan sekadar jamaah yang digerakkan.
Penutup
At-Tarbiyah Al-Islamiyah Al-Harokiyah adalah jantung dari setiap kebangkitan Islam. Tanpa tarbiyah, gerakan akan kehilangan arah; tanpa harakah, tarbiyah akan kehilangan makna.
Oleh karena itu, setiap kader dakwah harus terus menempuh jalan tarbiyah — memperbaiki diri, menguatkan jamaah, dan membangun masyarakat Islam yang kokoh. Sebab, Islam tidak akan tegak kecuali dengan kader yang terdidik dan bergerak.
> “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11). (Tengku Iskandar, M. Pd –
Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
