Opinion
Beranda » Berita » ILUSI KEFASIHAN

ILUSI KEFASIHAN

ILUSI KEFASIHAN
ILUSI KEFASIHAN

 

SURAU.CO – Banyak Orang Indonesia Sudah Terdengar Lancar Berbahasa Inggris, Tapi Ternyata Belum Sesuai dengan Aturan Pelafalan Baku Internasional?

OVERVIEW

Banyak penutur Indonesia yang tampak fasih berbicara dalam bahasa Inggris. Mereka mampu berbicara cepat, menggunakan kosakata modern, bahkan bercampur istilah asing dengan percaya diri. Namun, ketika diuji dengan standar pelafalan internasional — khususnya Modern Received Pronunciation (Modern RP) yang digunakan BBC — kesalahan pengucapan sering muncul hampir di setiap kalimat.

Inilah yang disebut ilusi kefasihan: kemampuan berbicara yang tampak lancar secara permukaan, tetapi tidak memenuhi standar fonetik global yang sebenarnya menjadi penentu kredibilitas di dunia profesional internasional.

Fenomena ini bukan soal kurangnya kemampuan individu, melainkan cerminan dari sistem pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia yang masih mengandalkan hafalan, peniruan, dan translasi, bukan pemahaman struktur dan fonetik secara deduktif.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Lancar Bukan Berarti Benar

Banyak orang Indonesia yang berbicara dengan tempo cepat dalam bahasa Inggris merasa sudah fasih, padahal pelafalan yang digunakan sering kali masih dipengaruhi logat bahasa ibu.

Misalnya,
– bunyi “thank” sering diganti menjadi “tank”,
– bunyi “beach” dilafalkan “bitch”, atau
– bunyi “very” diucap “ferry”.

Kesalahan kecil seperti ini terdengar sepele bagi sesama penutur lokal, tapi bagi penutur internasional, perbedaan bunyi tersebut langsung dikenali dan memengaruhi kesan profesionalisme.

Lancar berbicara tanpa akurasi pelafalan ibarat mengendarai mobil cepat di jalan yang salah arah — terlihat mengagumkan, tapi tidak sampai ke tujuan yang seharusnya.

Sistem Pendidikan yang Kurang Menyentuh Akar Masalah

Kurikulum bahasa Inggris di Indonesia selama ini lebih menekankan grammar dan reading comprehension, bukan pada phonetics (ilmu bunyi) dan pelafalan standar internasional. Akibatnya, siswa tahu aturan tertulis, tetapi tidak tahu bagaimana bunyi setiap simbol fonetik diucapkan. Mereka bisa menulis kalimat “He thought about it carefully”, namun sering mengucapkannya dengan pelafalan yang sama sekali tidak sesuai standar.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Hasil penelitian EF EPI (English Proficiency Index) menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di peringkat “moderate proficiency”, tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura, Filipina, dan Malaysia, terutama pada aspek speaking clarity dan pronunciation accuracy.

Kesalahan Metode: Induktif Parsial dan “Teknik Membeo”

Banyak metode pembelajaran yang diterapkan masih bersifat induktif parsial — mengajak siswa meniru tanpa memahami pola bunyi dan logika struktur bahasa. Siswa mendengar, menirukan, dan menghafal, tetapi tidak mengetahui mengapa suatu bunyi dihasilkan dengan posisi lidah tertentu atau bagaimana intonasi menentukan makna. Akhirnya, otak bekerja dalam mode hafalan, bukan mode analitis. Begitu kecepatan berbicara meningkat, logat asli bahasa Indonesia otomatis kembali muncul.

Efek Global: Kredibilitas yang Tersamarkan

Dalam konteks internasional, pelafalan bukan sekadar estetika — ia menentukan kredibilitas. Seorang pembicara yang memiliki pelafalan baku dan intonasi jelas akan lebih mudah dipercaya, didengar, dan dihormati.

Sebaliknya, pelafalan yang tidak sesuai standar sering tanpa sadar menciptakan kesan “kurang terlatih” atau “tidak sepenuhnya kompeten,” meskipun isi pembicaraannya cerdas.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Di dunia diplomasi, akademik, atau bisnis, kesan pertama dari cara bicara sering lebih menentukan daripada isi kalimat itu sendiri.

Solusi: Metode Deduktif BBC News

Metode Deduktif BBC News menawarkan pendekatan logis berbasis fonetik dan struktur berpikir. Daripada meniru, peserta diajak memahami hubungan antara simbol fonetik, posisi lidah, arah udara, dan panjang vokal.

Hasilnya bukan hanya pelafalan yang benar, tapi juga kesadaran penuh terhadap mengapa bunyi itu harus diucapkan dengan cara tertentu.

Dalam hanya tiga kali kelas teori, peserta sudah dapat memahami dasar pelafalan Modern RP. Dan membangun pondasi berbicara yang profesional, jelas, dan berstandar internasional.

KESIMPULAN

Ilusi kefasihan adalah jebakan sistemik dalam cara kita belajar bahasa Inggris: terlihat lancar, tapi belum benar. Pelafalan yang salah bukan disebabkan oleh kurangnya kemampuan, melainkan oleh metode yang tidak menyentuh logika dan anatomi bunyi.

Menguasai pelafalan baku bukan soal meniru aksen Barat, tapi soal menghormati standar komunikasi global yang menuntut kejelasan, ketepatan, dan profesionalisme.

Sudah saatnya pembelajar Indonesia melampaui sekadar kefasihan semu, dan mulai membangun kefasihan sejati — yang lahir dari pemahaman, bukan hafalan. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk Anda dan keluarga. (Muha Surdirman)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement