SURAU.CO – Sejarah Islam mencatat banyak sosok pahlawan agung. Kisah para sahabat Nabi Muhammad ﷺ senantiasa menginspirasi umat muslim. Abdullah bin Zubair bin Al-Awwam adalah salah satunya. Beliau merupakan seorang ksatria yang sangat disegani. Keberaniannya sungguh luar biasa. Ketegasannya dalam membela kebenaran tak tertandingi. Kisah hidupnya mengajarkan banyak hal berharga. Ini tentang iman yang kokoh, pengorbanan, dan perjuangan melawan kezaliman. Artikel ini akan membahas perjalanan hidup beliau dengan detail.
Abdullah bin Zubair berasal dari keluarga yang sangat mulia dan terpandang. Ayahnya adalah Zubair bin Al-Awwam, seorang Hawari (pengikut setia) Rasulullah ﷺ. Ibunya adalah Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Asma’ dikenal luas sebagai Dzatin Nithaqain. Ia adalah putri Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abdullah bin Zubair lahir pada tahun pertama Hijriah. Beliau adalah bayi muslim pertama yang lahir di Madinah setelah hijrah. Kehadirannya membawa kebahagiaan besar bagi kaum muslimin. Ini sekaligus menepis propaganda Yahudi yang mengatakan muslimin tidak bisa punya anak. Nabi ﷺ sendiri yang mengazankan beliau. Beliau juga mentahniknya dengan kurma. Beliau tumbuh dalam didikan langsung dari kedua orang tua dan kakeknya, Abu Bakar. Oleh karena itu, lingkungan keluarga beliau sangat kuat. Iman dan nilai-nilai Islam mengakar kuat dalam dirinya.
Masa Muda yang Cemerlang: Iman, Ilmu, dan Keberanian Sejak Dini
Abdullah bin Zubair menunjukkan kecemerlangan sejak usia muda. Sejak awal, ia memiliki pribadi yang istimewa.
Beliau dikenal sangat cerdas dan lincah. Sejak kecil, ia telah menunjukkan keberanian luar biasa. Pada usia tujuh atau delapan tahun, ia ikut berperang. Ia ikut dalam Perang Yarmuk, meskipun masih sangat muda. Anak-anak biasanya tidak ikut perang. Namun demikian, ia ikut bersama orang tuanya. Keberaniannya tidak berhenti di sana. Pada usia remaja, ia juga aktif berpartisipasi. Ia ikut dalam ekspedisi militer besar, seperti penaklukan Mesir. Ia juga terlibat dalam penaklukan Afrika Utara. Prestasinya cemerlang di sana. Bahkan, ia mampu menyelesaikan masalah. Masalah-masalah yang sulit diatasi para komandan senior. Ini menunjukkan kepemimpinan alaminya sejak dini.
Tidak hanya itu, Abdullah bin Zubair juga seorang yang sangat taat beribadah. Ia rajin shalat, berpuasa, dan membaca Al-Qur’an secara rutin. Selain itu, ia dikenal sangat zuhud terhadap dunia. Harta dunia tidak memikat hatinya. Ia lebih mementingkan akhirat yang kekal. Ketaatan ini membentuk karakternya menjadi pribadi yang kuat dan berintegritas.
Perjuangan Melawan Kezaliman: Mengangkat Panji Keadilan di Tengah Konflik
Setelah wafatnya Khalifah Muawiyah, situasi dunia Islam mulai memanas. Yazid bin Muawiyah mengambil alih kekhalifahan. Banyak kaum muslimin tidak menyukainya. Abdullah bin Zubair termasuk yang menolak membaiat Yazid. Ia merasa Yazid tidak pantas menjadi pemimpin. Yazid dianggap tidak memenuhi syarat kepemimpinan yang ideal. Ini memicu konflik besar dalam tubuh umat Islam.
Oleh karena itu, beliau kemudian pergi ke Makkah. Ia mengumumkan penolakannya di sana secara terbuka. Banyak orang dari Hijaz dan Yaman mendukungnya. Mereka mendukung kepemimpinannya dan bersedia membaiatnya. Beliau menyerukan perbaikan pemerintahan yang zalim. Beliau bersumpah setia kepada rakyat. Ini menjadi awal gerakan perlawanan kuat. Perlawanan terhadap Kekhalifahan Umayyah yang dianggap menyimpang. Kaum Muslimin di Makkah membaiatnya. Mereka mengakui beliau sebagai Khalifah. Ini adalah bentuk perlawanan moral dan politik. Perlawanan terhadap penguasa yang tidak adil.
Memimpin Kekhalifahan: Penegakan Syariat di Tanah Suci
Abdullah bin Zubair mendirikan kekhalifahan tandingan. Pusat kekuasaannya adalah kota Makkah yang suci. Beliau berupaya keras menegakkan syariat Islam dan ingin mengembalikan keadilan di tengah-tengah umat.
Beliau memimpin dengan adil dan bijaksana. Kebijakannya selalu berpihak pada rakyatnya. Beliau sangat memperhatikan urusan agama, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Selain itu, beliau juga memperluas Masjidil Haram. Ini menunjukkan kecintaannya pada Islam dan Baitullah. Masa pemerintahannya membawa stabilitas dan kedamaian. Stabilitas bagi wilayah Hijaz dan sekitarnya. Namun demikian, konflik dengan Umayyah terus berlanjut. Umayyah ingin mengklaim kembali kekuasaan penuh atas seluruh wilayah Islam.
Pengepungan dan Syahadah: Perjuangan Heroik Hingga Akhir Hayat
Kekhalifahan Umayyah tidak tinggal diam melihat perlawanan ini. Abdul Malik bin Marwan memerintahkan penyerangan. Ia mengirim Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Hajjaj dikenal sebagai seorang komandan yang kejam dan tanpa ampun. Ia mengepung Makkah dengan pasukannya yang besar. Pengepungan ini berlangsung selama berbulan-bulan, menyebabkan kesulitan besar bagi Makkah. Pasukan Abdullah bin Zubair mulai melemah. Banyak pendukung yang meninggalkannya karena tekanan.
Menjelang akhir hayatnya, Abdullah bin Zubair menemui ibunya. Ia menemui Asma’ binti Abu Bakar untuk meminta nasihat. “Semua orang telah meninggalkanku,” katanya dengan sedih. “Bahkan anak-anakku sendiri. Aku tidak memiliki banyak pendukung. Aku takut mereka akan menangkapku. Apa yang harus aku lakukan, wahai Ibu?” Ibunya menjawab dengan tegas dan penuh semangat. “Wahai anakku,” kata Asma’. “Sesungguhnya orang yang terbunuh di jalan kebenaran bukanlah orang yang kalah.” Asma’ menasihatinya untuk tidak menyerah. Nasihatnya adalah untuk berjuang sampai akhir. “Jika engkau telah berjuang karena Allah, maka matilah di jalan-Nya!” ucap ibunya yang perkasa. Nasihat berani ini sungguh menguatkan hatinya.
Abdullah bin Zubair kembali ke medan laga dengan semangat baru. Ia berjuang seorang diri. Ia bertarung dengan gagah berani melawan pasukan Hajjaj. Ia akhirnya gugur sebagai syahid. Ini terjadi pada tahun 73 Hijriah. Jenazahnya disalib oleh Hajjaj, sebuah tindakan keji. Tindakan itu bertujuan untuk menakut-nakuti rakyat. Namun demikian, pengorbanannya justru menjadi inspirasi abadi bagi generasi setelahnya.
Pelajaran Abadi dari Abdullah bin Zubair: Spirit Keadilan dan Pengorbanan
Kisah Abdullah bin Zubair memberi banyak sekali pelajaran berharga. Pertama-tama, ia mengajarkan keberanian luar biasa. Keberanian dalam membela kebenaran di hadapan tirani. Kedua, ia menekankan pentingnya menolak kezaliman. Jangan pernah tunduk pada penguasa zalim. Ketiga, ia menunjukkan kesabaran dalam menghadapi cobaan. Ini terbukti bahkan saat ditinggalkan banyak orang. Keempat, ia adalah bukti kekuatan nasihat ibu. Nasihat ibu dapat menguatkan jiwa yang paling rapuh sekalipun. Kelima, ia menginspirasi pengorbanan tertinggi. Pengorbanan jiwa dan raga demi tegaknya Islam dan keadilan.
Secara keseluruhan, Abdullah bin Zubair adalah teladan yang luar biasa bagi kita semua. Beliau merupakan sahabat Nabi ﷺ yang agung. Hidup beliau mencerminkan iman yang kokoh. Ini juga mencerminkan keberanian dan integritas yang tak tergoyahkan. Semangat beliau dalam membela keadilan sungguh menginspirasi. Keteguhannya pada prinsip-prinsip Islam adalah contoh nyata yang patut ditiru. Semua sifat dan perjuangan ini patut kita contoh dan terapkan dalam kehidupan kita. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kehidupannya yang penuh berkah. Semoga kita menjadi muslim yang berani. Muslim yang mencintai keadilan dan kebenaran, serta gigih memperjuangkannya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
