SURAU.CO– Dalam dunia filsafat, pemikiran Edmund Husserl telah menjadi pijakan penting dalam pemahaman kita tentang kesadaran dan hubungannya dengan objek di luar dirinya sendiri.
Penekanan Teori Intensionalitas
Husserl menekankan bahwa teori intensionalitasnya mengandaikan adanya objek yang independen dari kesadaran manusia. Teori ini kemudian membuka jalan bagi kita untuk memahami bagaimana kesadaran dapat merujuk pada objek di luar dirinya sendiri, melalui proses intensionalitas yang dimediasi oleh makna. Dengan demikian, teori ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara kesadaran dan objek yang ada di dunia nyata.
Lebih lanjut, dalam teori intensionalitas Husserl, objek intensi bersifat transenden dan independen dari kesadaran. Hal ini menunjukkan bahwa objek-objek tersebut ada secara independen di luar kesadaran manusia dan kita dapat menjangkaunya melalui proses intensionalitas. Oleh karena itu, Husserl lebih cenderung pada realisme perspektival, yaitu pandangan bahwa objek-objek di dunia nyata ada secara independen, tetapi kita hanya dapat mengetahuinya melalui perspektif kita sendiri.
Kritik atas Pemikiran Husserl
Namun, seperti halnya pemikiran filosofis lainnya, kritikus juga menargetkan pemikiran Husserl. Beberapa kritikus berpendapat bahwa Husserl terlalu fokus pada kesadaran dan mengabaikan objek di luar kesadaran. Meskipun demikian, teori intensionalitas Husserl sesungguhnya memungkinkan kita memahami bagaimana kesadaran dapat merujuk pada objek di luar dirinya sendiri. Kritik tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab Husserl memandang objek-objek tersebut ada secara independen, dan kita dapat menjangkaunya melalui proses intensionalitas.
Selain itu, dalam teori intensionalitas Husserl, makna memainkan peran penting dalam memediasi hubungan antara kesadaran dan objek. Intensionalitas kesadaran terhadap objeknya selalu dimediasi oleh makna. Akibatnya, objek yang sama dapat diintensikan dengan mediasi makna yang berbeda-beda, sesuai dengan perspektif yang menyituasikan intensi. Oleh karena itu, teori ini memberikan pemahaman tentang bagaimana kesadaran manusia dapat merujuk pada objek di luar dirinya sendiri melalui proses intensionalitas yang dimediasi oleh makna.
Perspektif Islam terhadap Teori Husserl
Ketika kita menjelajahi pemikiran filosofis tentang kesadaran dan hubungannya dengan objek di luar dirinya, kita dapat memandang teori intensionalitas Husserl dari perspektif Islam. Dalam perspektif ini, penting untuk mengkaji pandangan Husserl secara kritis dengan merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadis, yang menjadi sumber utama ajaran agama Islam. Melalui kajian ini, kita dapat mengevaluasi pemikiran Husserl dan melihat bagaimana ia berhubungan dengan pandangan Islam tentang kesadaran, objek, dan hubungan keduanya.
Terkait teori intensionalitas Husserl, dia mengasumsikan bahwa ada objek yang independen dari kesadaran manusia. Pandangan ini dalam Islam sejalan dengan ajaran bahwa Allah menciptakan objek-objek di dunia ini sebagai realitas yang ada secara independen. Al-Qur’an menyatakan dalam Surah Al-An’am:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar). (Sungguh benar ketetapan-Nya) pada hari (ketika) Dia berkata, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu. Firman-Nya adalah benar, dan milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Mahateliti.”
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah Pencipta yang Mahakuasa dan objek-objek di dunia ini ada berdasarkan kehendak-Nya.
Kesadaran harus menuju pemahaman yang benar tentang Tuhan
Selanjutnya, Islam menekankan bahwa manusia harus menggunakan kesadarannya dengan bijak dan bertanggung jawab. Kesadaran manusia harus menuju pada pemahaman yang benar tentang Tuhan, hakikat kehidupan, dan tujuan hidup manusia itu sendiri. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuhmu dan harta yang kamu miliki, tetapi Allah melihat hati dan amalmu.” (HR. Muslim).
Hadis ini menekankan pentingnya menjaga kesucian hati, karena Allah melihat dan menilai hati setiap individu. Dalam konteks kesadaran, menjaga kesucian hati berarti menggunakan kesadaran dengan bijak dan bertanggung jawab dalam memilih pemikiran dan tindakan yang baik.
Di samping itu, dalam perspektif Islam, penting untuk memahami bahwa hubungan antara kesadaran dan objek tidak terbatas pada pemahaman intensionalitas. Islam mengajarkan konsep tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berdaulat, dan objek-objek di dunia ini adalah ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ikhlas [112:1-4]:
“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.”
Ayat ini menegaskan keesaan Allah dan ketergantungan segala sesuatu pada-Nya, termasuk objek-objek yang ada di dunia ini.
Saat kita memandang teori intensionalitas Husserl, kita perlu mempertimbangkan bahwa Islam mengajarkan pentingnya memperoleh pengetahuan tentang realitas secara menyeluruh. Al-Qur’an dalam Surah Al-Hujurat [49:6] menyatakan:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Ayat ini menekankan pentingnya verifikasi dan pemahaman yang mendalam sebelum mengambil kesimpulan tentang suatu objek atau peristiwa.
Penekanan Islam pada Dimensi Spiritual
Dalam mengevaluasi teori intensionalitas Husserl, kita juga harus mengakui bahwa Islam memberikan penekanan pada dimensi spiritual dalam hubungan kesadaran dan objek. Islam mengajarkan pentingnya kesadaran akan Tuhan dalam setiap tindakan dan interaksi manusia dengan objek-objek di dunia ini. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, sesungguhnya hati adalah pemimpin bagi seluruh anggota tubuh.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menekankan pentingnya memelihara kesucian hati dan kesadaran akan Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Pandangan Realis
Teori intensionalitas Husserl menawarkan pandangan realis tentang hubungan antara kesadaran dan objek di luar dirinya sendiri. Pemahaman ini memungkinkan kita melihat bahwa objek-objek tersebut ada secara independen dan kita dapat menjangkaunya melalui proses intensionalitas. Meskipun posisi metafisik Husserl masih menjadi perdebatan, teori ini memberikan kontribusi penting dalam filsafat dan psikologi kita.
Mengevaluasi Perspektif Relasi antara Kesadaran dan Objek
Secara ringkas, memandang teori intensionalitas Husserl dari perspektif Islam memungkinkan kita mengevaluasi pandangannya tentang hubungan kesadaran dan objek. Dari perspektif Islam, kesadaran manusia adalah anugerah dari Allah yang berperan dalam merasakan dan berinteraksi dengan objek-objek di dunia ini.
Selain itu, Islam mengajarkan pentingnya memperoleh pengetahuan yang menyeluruh dan berlandaskan pada verifikasi. Yang lebih penting lagi, Islam menekankan dimensi spiritual dalam hubungan ini dengan mengarahkan manusia untuk menyadari Tuhan dalam setiap tindakan dan interaksi. Dengan demikian, pandangan Islam dapat memberikan kontribusi berharga dalam pemahaman tentang teori intensionalitas dan hubungannya dengan realitas yang lebih luas.(St.Diyar)
Referensi : Syahiduz Zaman, Panorama Islam:Perspektif Interdisipliner dalam Pemikiran dan Praktik, 2023.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
