SURAU.CO-Masjid Kufa memancarkan aura sejarah yang kuat. Masjid Kufa bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga lokasi agung di mana Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. syahid setelah ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam. Di tempat ini, sosok pemimpin yang adil dan berilmu itu menutup perjuangannya dengan darah kesyahidan. Setiap batu dan tiang masjid seolah berbicara tentang keberanian, keteguhan, dan keimanan yang tak pernah padam.
Bangunan ini berdiri di kota Kufa, Irak, pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Khalifah Ali kemudian menjadikan kota ini sebagai pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan. Masjid ini menampung ribuan jamaah dan menjadi tempat para sahabat Nabi berdakwah dan mengajar, termasuk Abdullah bin Mas’ud dan Ammar bin Yasir. Dari sinilah banyak keputusan penting Islam awal lahir dan tersebar ke berbagai wilayah kekuasaan Muslim.
Para ulama menghidupkan Masjid Kufa dengan kajian tafsir, hadis, dan fikih. Mereka menulis, berdiskusi, dan menanamkan ilmu yang melahirkan generasi cendekiawan Islam. Hingga kini, aura keilmuan itu tetap terasa di udara. Setiap doa yang terucap di dalamnya menjadi pengingat akan perjuangan dan keteguhan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.
Kini, Masjid Kufa berdiri megah setelah beberapa kali pemugaran. Kubah emasnya berkilau saat senja, memantulkan cahaya hangat yang mengingatkan umat akan keagungan masa lalu. Ribuan peziarah datang setiap tahun untuk merasakan ketenangan spiritual dan mengenang kisah pengorbanan pemimpin agung itu.
Sejarah dan Makna Spiritual Masjid Kufa
Masjid Kufa menyimpan makna spiritual yang dalam. Tempat ini melambangkan keberanian, keadilan, dan iman yang kokoh. Di sinilah Khalifah Ali bin Abi Thalib menegakkan hukum Islam dengan sikap bijaksana dan penuh kasih. Setiap sudut masjid menghadirkan pelajaran tentang tanggung jawab dan keteguhan dalam memimpin umat.
Dari masjid ini, ajaran Islam menyebar luas ke Irak, Persia, hingga wilayah Asia Tengah. Para ulama menjadikannya pusat kajian dan menulis kitab-kitab penting yang memengaruhi dunia Islam. Hingga kini, jamaah dan peneliti datang untuk menelusuri jejak keilmuan itu. Mereka tidak hanya berziarah, tetapi juga menimba inspirasi dari sejarah panjangnya.
Peristiwa syahidnya Khalifah Ali di Masjid Kufa mengajarkan arti keberanian sejati. Beliau tidak meninggalkan mihrab meskipun ancaman mengintai. Peristiwa itu mengingatkan bahwa kebenaran selalu memerlukan pengorbanan. Banyak peziarah merenung di tempat beliau diserang, merasakan kesedihan sekaligus kebanggaan atas keteguhan sang pemimpin.
Masjid Kufa bukan hanya monumen sejarah, tetapi cermin kehidupan spiritual yang abadi. Di sini, masa lalu berbicara kepada masa kini, menyatukan iman dan hikmah dalam satu ruang yang penuh keberkahan.
Warisan Arsitektur dan Pengalaman Ziarah
Arsitektur Masjid Kufa mencerminkan keindahan dan ketelitian zaman klasik Islam. Pilar-pilarnya berdiri gagah, dihiasi kaligrafi indah yang menuturkan ayat-ayat suci. Mihrab tempat Khalifah Ali bin Abi Thalib berdoa masih terawat, dilindungi kaca bening agar tetap asli. Sentuhan arsitektur Arab dan Persia menciptakan harmoni yang menenangkan mata dan hati.
Peziarah yang datang merasakan pengalaman spiritual mendalam. Saat berdiri di mihrab, banyak yang merasakan getaran batin seolah menyaksikan sejarah hidup. Mereka berdoa, menangis, dan merenungi arti pengorbanan dan keadilan. Ziarah ke Masjid Kufa bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan hati yang menghubungkan manusia dengan keteladanan para khalifah.
Masjid Kufa juga berdekatan dengan situs suci lain seperti Masjid Sahla dan Makam Muslim bin Aqil. Para peziarah biasanya menempuh rute spiritual yang menggabungkan ketiganya. Setiap tempat membawa makna baru—tentang kesetiaan, cinta kepada Allah, dan perjuangan mempertahankan iman.
Masjid ini terus menginspirasi generasi baru. Keindahannya tidak hanya melekat pada batu dan kubah, tetapi juga pada nilai-nilai yang hidup di hati umat Islam di seluruh dunia. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
