SURAU.CO – Perang berdarah berkecamuk di Yarmuk, sebuah kancah pertikaian yang mengukir sejarah. Tentara Romawi bertempur dengan keras, menunjukkan kegigihan yang luar biasa, tetapi tentara Islam mampu mengungguli mereka dengan strategi dan semangat yang tak tergoyahkan. Kaum muslimin menghadapi setiap serangan Romawi dengan pertahanan kokoh, dan memanfaatkan setiap celah yang ada. Akhirnya, militer Romawi terdesak mundur, barisan mereka tercerai-berai oleh tekanan yang tak henti-hentinya.
Kaum muslimin semakin maju, langkah demi langkah, memenangkan setiap jengkal tanah. Tentara Romawi, yang telah mengerahkan segala upaya, akhirnya menghentikan serangan mereka dan melarikan diri, meninggalkan medan perang dalam kekacauan. Panglima tentara muslim, Abu Ubaidah, berhasil memetik kemenangan mutlak atas musuh-musuhnya. Kemenangan ini bukan hanya sekadar mengamankan wilayah, melainkan juga membuka jalan bagi penaklukan-penaklukan berikutnya. Kota demi kota, wilayah demi wilayah, membuka pintu gerbangnya di hadapan panglima yang gagah berani itu, mengukuhkan dominasi Islam di kawasan tersebut.
Pengepungan Yerusalem yang Strategis
Setelah serangkaian kemenangan yang gemilang, Abu Ubaidah berhasil mengepung wilayah Yerusalem. Kota tua ini memegang makna yang sangat mendalam bagi banyak keyakinan. Orang-orang Yahudi dan Nasrani, menganggap kota ini sebagai kota suci, sama halnya dengan kaum muslimin yang juga sangat menghormati kesuciannya. Oleh karena itu, Abu Ubaidah memilih pendekatan yang bijaksana. Dia hanya mengepung kota itu, menahan diri dari upaya untuk melakukan penyerangan langsung.
Dalam sebuah langkah diplomatik yang cerdas, Abu Ubaidah mengirimkan seorang utusan untuk menemui penguasa kota. Tujuannya adalah meminta mereka agar menyerahkan diri secara damai, sehingga bisa menghindarkan pertempuran berdarah di kota suci tersebut. Dia memahami bahwa pertumpahan darah di Yerusalem akan menjadi tragedi bagi semua pihak. Penguasa Kristen kota Yerusalem kemudian mengirimkan seorang utusan balasan kepada Abu Ubaidah dengan pesan yang tegas namun juga menawarkan solusi: “Bila khalifah Umar sendiri yang datang, kami siap untuk menyerahkan kota ini kepadanya. Kalau tidak, kami akan melakukan perlawanan hingga titik darah penghabisan, bahkan meski kami harus binasa untuk itu.” Ini menunjukkan bahwa mereka menghormati kepemimpinan Umar dan hanya bersedia menyerahkan kota kepada sosok yang mereka anggap memiliki otoritas tertinggi dan kebijaksanaan.
Perjalanan Khalifah Umar yang Tak Terduga
Mendengar tuntutan yang tidak biasa ini, Abu Ubaidah melaporkan dengan rinci tuntutan penguasa Yerusalem itu kepada khalifah Umar di Madinah. Setelah menerima surat tersebut, Umar segera membuat keputusan penting: dia memutuskan untuk berangkat ke Yerusalem secara pribadi. Namun, persiapan apakah yang Umar lakukan untuk perjalanan sepenting ini ?
Dengan hanya membawa seorang budak setia dan satu ekor unta, serta mengenakan busana yang sangat sederhana, Umar memulai perjalanannya ke Yerusalem. Perjalanan antara Madinah dan Yerusalem menempuh jarak lebih dari dua ratus mil; jalan yang harus dilalui penuh dengan rintangan, gurun pasir yang belum tersentuh, dan perbukitan yang terjal. Ini bukan perjalanan yang mudah, melainkan sebuah ujian ketahanan dan kesabaran.
Umar menempuh perjalanan ini dengan cara yang amat bersahaja, menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa. Langit yang tak bermendung menyemburkan api di bawah matahari gurun, dan pasir Sahara yang terbentang luas layaknya berubah menjadi lautan api yang menyala-nyala. Meski demikian, khalifah yang termasyhur pemberani itu tetap melangkah maju—hanya dengan unta satu-satunya dan ditemani seorang budak. Unta yang mereka tumpangi tampak enggan berjalan bila tidak ada yang memegang kendalinya. Sehingga, bila Umar yang menaiki punggung unta, maka budaknya harus berjalan kaki dan menggiring binatang itu. Namun, Umar merenung dalam hati, “Bukankah seorang budak juga hamba Allah sepertiku?” Filosofi ini mencerminkan egalitarianisme Islam yang tinggi.
Kesederhanaan yang Menggugah Hati
Melanjutkan prinsip kesetaraan, Umar turun dari punggung unta dan menyuruh budaknya untuk naik menggantikan dirinya. Kemudian, Umar mengambil alih kendali unta dan menuntunnya. Dengan cara bergantian seperti itu, khalifah agung dan budaknya menempuh perjalanan berhari-hari. Mereka berbagi beban dan kenyamanan, sebuah pemandangan yang langka bagi seorang penguasa besar pada masa itu.
Akhirnya, mereka mendekati tempat tujuan, dan Yerusalem sudah terlihat di depan mata, sebuah pemandangan yang mungkin terasa seperti fatamorgana setelah perjalanan panjang yang melelahkan. Penguasa Yerusalem dan Abu Ubaidah sudah menunggu dengan penuh antisipasi untuk menyambut sang khalifah. Mereka bisa mengenali unta khalifah yang tampak di kejauhan, dan dengan penuh kegembiraan, mereka menyambut kedatangannya, meskipun belum sepenuhnya menyadari identitas sebenarnya dari penunggangnya.
Unta khalifah lambat-laun berjalan kian mendekat. Kali itu, adalah giliran si budak yang menaiki unta, sementara Umar menghela tali kekangnya, berjalan kaki di sampingnya. Sembari menghela tunggangannya, Khalifah mendekati para penyambutnya. Penguasa Kristen, dalam penghormatan tertinggi, melangkah maju untuk memberikan penghormatan kepada sosok yang berada di atas unta, mengira dialah Khalifah Umar. Namun, sebelum upacara itu terjadi, seorang penerjemah segera menunjukkan yang mana sebenarnya Umar sang khalifah, menunjuk pada pria sederhana yang berjalan kaki.
Tatkala ribuan orang dengan penuh keingintahuan menyaksikan peristiwa tersebut, Umar dengan tenang melepas tali kekang untanya dan menjabat tangan penguasa Yerusalem. Keduanya saling memberi penghormatan, sebuah momen bersejarah yang dipenuhi makna. Kemudian, dengan saling berpegang tangan, keduanya memasuki kota suci itu, sembari mendiskusikan peranan dan pengaruh kota itu sepanjang sejarah. Penyerahan Yerusalem secara damai ini menjadi salah satu momen paling ikonik dalam sejarah Islam, menunjukkan bahwa kekuasaan sejati datang dari kerendahan hati dan kebijaksanaan, bukan dari kemegahan atau paksaan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
